Tradisi Megengan di Tuban, Momen Kebersamaan Warga Jelang Ramadan

Budaya | 23 Feb 2025 | 15:04 WIB
Tradisi Megengan di Tuban, Momen Kebersamaan Warga Jelang Ramadan
Warga menyiapkan beragam makanan dalam Tradisi Megengan di Kabupaten Tuban, Jawa Timur.

Uwrite.id - (Tuban) Tradisi Megengan merupakan tradisi turun-temurun yang masih lestari di berbagai daerah, khususnya di Jawa Timur, termasuk Kabupaten Tuban.

 Menjelang bulan suci Ramadan, masyarakat menggelar doa bersama serta membagikan nasi berkat dan kue apem. 

Tradisi ini menjadi momen kebersamaan yang mempererat hubungan antarwarga.

 Dina Susanti, warga Baturetno, Kecamatan Tuban, mengungkapkan bahwa setiap tahun ia bersama keluarganya selalu membuat berkat dan apem untuk dibagikan kepada tetangga.

Baca Juga: https://uwrite.id/news/kombinasi-kontemporer-dan-wayang-orang-ramayana-the-musical-kedepankan-nilai-tradisi-budaya-negeri

 “Megengan ini bukan sekadar tradisi, tapi juga bentuk kebersamaan. Kami biasanya membuat makanan, termasuk apem, bersama keluarga, lalu membagikannya,” ujarnya, Sabtu 22 Pebruari 2025 seperti dilansir dari laman Info Publik.

 Sementara itu, Sumini, warga Kelurahan Mondokan, Tuban, juga mengaku selalu mengikuti megengan di musala dekat rumahnya. 

“Biasanya kami mengadakan doa bersama. Setelah itu, baru makan bersama dengan nasi berkat dan apem. Dengan begini, hati rasanya lebih tenang menyambut Ramadan,” katanya.

Baca Juga: https://uwrite.id/news/pusat-kuliner-cilacap-resmi-dibukabakal-jadi-destinasi-wisata-baru

 Sebagai sebuah tradisi yang sudah ada sejak zaman nenek moyang, megengan mencerminkan nilai-nilai spiritual dan budaya yang terus dijaga oleh masyarakat. 

Kata megengan sendiri berarti “menahan,” yang dalam konteks ini mengajarkan pentingnya menahan diri dari sifat-sifat tercela, seperti kesombongan dan merasa paling benar. 

Makna ini sejalan dengan esensi puasa Ramadan yang menuntut kesabaran, pengendalian diri, serta introspeksi.

Baca Juga: https://uwrite.id/news/belum-lengkap-perjalanan-wisata-kalau-belum-mampir-di-di-kurnia-seafood-semarang

 Secara sejarah, megengan merupakan hasil akulturasi budaya Jawa dan Islam yang diperkenalkan oleh Wali Songo. 

Melalui tradisi ini, ajaran Islam dapat diterima secara lebih mudah oleh masyarakat setempat, dengan tetap mempertahankan unsur-unsur budaya yang sudah mengakar. 

Salah satu contohnya adalah keberadaan kue apem dalam megengan, yang bukan sekadar hidangan pelengkap, tetapi juga memiliki filosofi tersendiri.

Baca Juga: https://uwrite.id/news/thiwul-makanan-tradisional-kaya-manfaat-yang-mulai-tersisih

 Kue apem berasal dari kata afwan dalam bahasa Arab, yang berarti maaf atau ampunan. Sebutan ini kemudian disesuaikan dengan lidah masyarakat Jawa, sehingga menjadi apem. 

Hidangan ini dihadirkan sebagai simbol permohonan maaf kepada sesama serta permohonan ampun kepada Allah SWT atas segala dosa yang telah diperbuat. 

Diharapkan, dengan memohon ampun sebelum Ramadan tiba, umat Muslim dapat menjalankan ibadah puasa dengan hati yang bersih dan lapang.

Baca Juga: https://uwrite.id/news/wayang-potehi-perdana-di-ciamis-suguhkan-kisah-heroik-sie-jin-kwie

Mengutip dari situs resmi Media Informasi Pesantren Tebuireng, penyajian apem dalam megengan bertujuan agar masyarakat dapat mengambil hikmah dari maknanya. 

Oleh karena itu, tradisi megengan di berbagai daerah umumnya diawali dengan tahlil dan istigasah di masjid atau musala. 

Setelah itu, masyarakat akan menikmati hidangan berupa nasi berkat dan apem secara bersama-sama, mempererat rasa kebersamaan dan kekeluargaan.

Baca Juga: https://uwrite.id/news/dari-ramayana-ke-pracimantoro-tari-wanara-dan-pesan-budayanya

 Megengan biasanya digelar pada minggu terakhir bulan Syakban sebagai bentuk rasa syukur karena dipertemukan kembali dengan Ramadan. 

Selain berkumpul di masjid, masyarakat juga memiliki tradisi nyekar, yakni berziarah ke makam keluarga atau leluhur untuk mendoakan mereka. Setelah itu, makanan khas megengan, termasuk apem, akan dibagikan kepada tetangga sebagai wujud kebersamaan dan saling berbagi berkah.

 Tradisi megengan yang masih lestari hingga kini menunjukkan betapa eratnya hubungan antara budaya dan nilai-nilai keagamaan dalam kehidupan masyarakat Tuban. 

Lebih dari sekadar perayaan, megengan mengajarkan makna kebersamaan, introspeksi, dan kesiapan hati dalam menyambut bulan suci yang penuh berkah. 

Klik & baca Uwrite.id untuk mengupdate beraneka warta terkini dari Politik, Hukum, Ekonomi, Pendidikan, Kesehatan & Lingkungan Hidup. Juga berita Internasional & Olahraga dari berbagai belahan dunia serta ragam informasi Teknologi-Sains, Film-Musik, Selebriti-Tokoh, Seni-Budaya hingga Religi. Tak ketinggalan rubrik gaya hidup mulai Kuliner, Kesehatan, Pariwisata, Fashion & Otomotif.

Menulis di Uwrite bisa dapat penghasilan, Investasikan tulisan anda sekarang juga
Daftar di sini

Jika anda keberatan dan memiliki bukti atau alasan yang kuat bahwa artikel berita ini tidak sesuai dengan fakta, anda dapat melakukan pengaduan pada tautan ini

Tulis Komentar