Wayang Potehi Perdana di Ciamis, Suguhkan Kisah Heroik Sie Jin Kwie

Uwrite.id - Seni pertunjukan tradisional Wayang Potehi dipentaskan perdana di Ciamis dalam Pagelaran Seni Budaya Tionghoa Nusantara di Gereja St. Yohanes, Selasa (11/2/2025).
Acara dalam rangka perayaan Cap Go Meh ini menghadirkan kolaborasi unik antara Wayang Potehi Siaw Pek San dan Wayang Golek Dangiang Genta Wirahma Galuh.
Kolaborasi Wayang Potehi dan Wayang Golek
Pagelaran ini mempertemukan dua warisan budaya dalam satu panggung, Tionghoa dan Sunda. Dalang Wayang Potehi, Andika Pratama, menampilkan cuplikan kisah Sie Jin Kwie Ceng Tang, seorang pemuda yang berjuang membela negaranya meskipun menghadapi banyak rintangan.
Sementara itu, dalang Rian Nugraha Tresna (24) menghadirkan Wayang Golek Cepot, yang membawa nuansa humor khas Sunda dan interaksi yang menghidupkan suasana.
Menurut Andika Pratama, pertunjukan ini menjadi momen bersejarah, karena pertama kalinya Wayang Potehi dipentaskan di tempat ibadah Katolik dan berkolaborasi dengan Wayang Golek.
"Ini eksperimen yang sukses. Ada ruang interaksi antara dalang dan tokoh Wayang Golek seperti Cepot, yang membuat pementasan lebih dinamis," ujarnya.
Selain hiburan, kisah Sie Jin Kwie juga menyampaikan pesan moral yang relevan bagi kehidupan.
"Kisah ini mengajarkan bahwa dalam hidup, kita harus tetap berpegang pada kebaikan dan kebenaran, meskipun menghadapi banyak rintangan," jelas Andika.
Ia menambahkan bahwa tokoh Sie Jin Kwie adalah simbol kerja keras, kejujuran, dan ketulusan, yang membuktikan bahwa kegigihan akan membawa seseorang menuju keberhasilan, meskipun jalannya tidak selalu mudah.
Belajar Nasionalisme dari Kisah Sie Jin Kwie
Sie Jin Kwie adalah seorang pemuda dari keluarga sederhana yang bercita-cita menjadi prajurit Dinasti Tang. Namun, jalan menuju impiannya dipenuhi tantangan.
Pada masa itu, Kaisar Lisibin mencari prajurit terbaik untuk memperkuat kerajaan. Namun, seleksi dikendalikan oleh Menteri Thio Su Kwie, pejabat korup yang hanya menerima orang-orang pilihannya.
Ketika Sie Jin Kwie mendaftar, ia langsung ditolak, bukan karena kurang kemampuan, tetapi karena dianggap bukan bagian dari lingkaran elite. Meski kecewa, ia tidak menyerah.
Dalam perjalanan pulang, Sie Jin Kwie menyaksikan sebuah desa diserang begal. Warga ketakutan, sementara prajurit setempat tidak berani melawan. Dengan keberanian dan keterampilan beladirinya, Sie Jin Kwie menghadapi para begal seorang diri dan berhasil menyelamatkan penduduk desa.
Tak lama setelah itu, ia juga menyelamatkan seorang pejabat tinggi yang hampir tewas diterkam harimau liar. Tanpa ragu, ia menghadapi hewan buas itu dan berhasil menaklukkannya.
Pejabat yang selamat itu ternyata adalah utusan Kaisar, yang kemudian melaporkan keberanian Sie Jin Kwie kepada sang pemimpin.
Mendengar kisah heroiknya, Kaisar Lisibin memanggilnya ke istana. Terpesona oleh kesederhanaan dan keberaniannya, Kaisar langsung memberikan pangkat dan menjadikannya bagian dari pasukan kerajaan.
Namun, perjuangan Sie Jin Kwie tidak berakhir di sana. Dalam karier militernya, ia menghadapi intrik politik dan pengkhianatan dari pejabat yang iri dengan kesuksesannya. Tetapi dengan keteguhan hati dan keberanian, ia terus maju hingga akhirnya menjadi jenderal besar yang melegenda dalam sejarah Dinasti Tang.
Apresiasi Pemda Ciamis
Acara ini mendapat sambutan hangat dari masyarakat Ciamis. Banyak yang mengaku baru pertama kali menyaksikan Wayang Potehi secara langsung.
Sekretaris Dinas Kebudayaan, Kepemudaan, dan Olahraga Ciamis, Ega Anggara, mengapresiasi pagelaran ini sebagai bentuk pelestarian budaya yang memperkuat keberagaman.
"Kesenian adalah bahasa universal. Pagelaran ini membuktikan bahwa seni bisa menyatukan berbagai latar belakang, terlebih lagi dilaksanakan di gereja yang menjadi simbol toleransi dan kebersamaan," ujarnya.
Ia berharap pertunjukan ini bisa menjadi agenda tahunan dalam perayaan Cap Go Meh di Ciamis serta menginspirasi seniman lokal untuk mempelajari Wayang Potehi.
Pagelaran ini menjadi bukti bahwa Wayang Potehi tetap hidup dan berkembang sebagai bagian dari akulturasi budaya Indonesia.***
Tulis Komentar