Rektor Uniba Isradi Zainal : Kepekaan Terhadap Ancaman Dampak Climate Change, Telah Ditakar dan Diadopsi oleh IKN
Uwrite.id - Samarinda - Di Samarinda Rektor Universitas Balikpapan Isradi Zainal berbicara mengenai perubahan iklim dan perlindungan ekologis kota yang baru terbentuk di Kalimantan Timur yang juga memiliki fungsi strategis sebagai ibu kota negara.
Pada paparannya Isradi Zainal menyebutkan upaya mitigasi akan potensi risiko kerusakan ekosistem pesut di Sungai Mahakam, oleh karena itu desain salah satu ruas tol yang terhubung ke IKN memilih pada desain tol bawah laut. Desain tol bawah laut ini dinilai sebagai salah satu bentuk langkah perlindungan terhadap habitat biota bawah air di Kalimantan Timur yang mulai terdegradasi akibat perubahan iklim. “Hal ini membuktikan bahwa pembangunan IKN tidak serta-merta mengurangi nilai kelestarian lingkungan hidup melainkan justru mempertahankannya,” ulasnya.
Dalam paparannya, Isradi menggarisbawahi betapa pentingnya upaya tanggap dari OIKN pada fenomena global yakni Climate Change. Hal ini adalah menjadi poin krusialnya, tandas Isradi, dalam paparan hari itu yang mengambil tajuk 'Strategi Mitigasi Dampak Perubahan Iklim terhadap K3 di IKN dan Kaltim'.
Indikator pencapaian dan pengelolaan semua itu meliputi di tahun 2060 bauran energi yang dipergunakan di IKN berupa 100 persen EBT. Di sisi lain, untuk ruang udara IKN, OIKN telah mempersiapkan tolok ukur pencapaian Net Zero Emission (NZE) akan karbon. Sehingga dengan demikian, Ibu Kota Nusantara secara tidak langsung telah menindaklanjuti komitmen Indonesia pada badan dunia pada kerangka upaya antisipatif terhadap fenomena global, yakni Climate Change.
Tak hanya itu, Otorita IKN mempunyai target Net Zero Emission (NZE) untuk karbon di 2045, imbuhnya. Upaya ke arah itu, ditempuh antara lain dengan penghutanan kembali Ibu Kota Nusantara menjadi hutan alam, berikut satwa-satwanya. Dengan demikian, Kalimantan tetap merupakan the lungs of world (paru-paru dunia).
Dokumen acuan policy yang proper dalam kaitannya upaya mitigasi perubahan iklim telah disiapkan dan dirilis oleh tim OIKN. IKN ternyata adalah perintis perdana kota di negeri ini yang memiliki dokumen semacam itu. "Dokumen ini dinamai Nusantara's Regionally and Locally Determined Contribution (RLDC)," ungkap rektor Uniba itu.
Kesemuanya telah tertuang secara lengkap pada dokumen RLDC, yang menjadi acuan dalam upaya pencapaian NZE oleh IKN. Dokumen RLDC bukanlah dokumen statis, melainkan dirancang untuk senantiasa dimutakhirkan. Isradi menyebut, "Poin-poin itu akan diluncurkan nantinya di Dubai ketika penyelenggaraan COP28."
Dalam kaitannya dengan perubahan iklim, OIKN menetapkan beberapa target yang ingin dicapai. Yang nomor satu yakni di tahun 2045, tentunya IKN menjadi kota yang Net Zero Emission. Dan tambahan lagi, perwujudan IKN agar tidak cuma dibangun sebagai model konservasi ekologi nyata bagi Indonesia.
Model pengembangan dan pembangunan IKN Nusantara menjadi salah satu template untuk kota-kota lain di Indonesia dalam mensikapi fenomena perubahan iklim. Hal ini lebih diprioritaskan, oleh karena IKN diplot ke depan memiliki prosentase kawasan hijau (hutan alam) sebesar 70%.
"IKN semestinya akan menjadi template untuk kota-kota lain di Indonesia sebagai wilayah teritori khusus yang mempunyai nilai ketangguhan atau diistilahkan sebagai resiliensi. Resiliensi terhadap apa? Pastinya, tentu resiliensi akan dinamika ekologi dunia yang terjadi ... yang merupakan efek dari perubahan iklim global itu sendiri," ujar Isradi.
Selain penghutanan kembali IKN, sumber energi bersih yang akan digunakan untuk memasok daya listrik di IKN berupa panel surya, hydro power (PLTA) dari Kaltara dan EBT lainnya. Langkah lain adalah dengan menerapkan aturan hanya kendaraan listrik yang boleh berlalu-lalang di dalam kawasan inti maupun di sekitar IKN. Hal tersebut menjadi komitmen akan titik tolak sasaran yang hendak dicapai untuk antisipasi realitas perubahan iklim dunia yang telah dan terus terjadi.
Untuk aspek penting lainnya, seperti merestorasi dampak pembangunan dan dampak dari eks tambang liar di era dulu sebelum IKN dibangun, adalah menghutanalamkan kembali IKN sebagai tropical forest, sehingga Ibu Kota IKN tumbuh dan berkembang sebagai Kota Hijau (Green City) sehingga nyaman untuk ditinggali warganya.
"Menjadi sebuah ikhtiar kita, menyumbangkan substansi penting untuk level global akan kerangka Action Plan langkah taktis dan strategis penanggulangan dampak Climate Change yang terjadi secara global mulai dari IKN," pungkas Isradi menyimpulkan secara rinci. (*)
Tulis Komentar