Raffi Ahmad Bantah NCW, Hanifa Balas Tegaskan Tak Bertendensi Politis

Selebriti | 06 Feb 2024 | 22:51 WIB
Raffi Ahmad Bantah NCW, Hanifa Balas Tegaskan Tak Bertendensi Politis
Raffi mengatakan valuasi perusahaan itu sekitar dua tahun lalu mencapai Rp2,7 T. Dan penghasilan Raffi diakui dari hasil kerja kerasnya sejak muda

Uwrite.id - Presenter ternama, Raffi Ahmad kembali menegaskan bila dirinya tak terlibat dalam pencucian uang.

Hal tersebut dijelaskan oleh Raffi untuk merespon usai adanya tudingan yang dilakukan oleh National Corruption Watch (NCW).

"Yang diberitain di luar sana tidak benar dan saya kerja bener, pakai uang halal," ujar Raffi di kawasan Jakarta Selatan, Senin, (05/02).

Lebih lanjut, ia pun membeberkan hasil uang tersebut. Ia menjelaskan jika dirinya bekerja dari umur 13 tahun hingga sekarang.

"Sejak umur 13 tahun sampai sekarang jadi artis, influencer dan saya sekarang juga punya perushaaan yang sudah 6 tahun berjalan dan pembukuannya rapi, aliran dananya bisa dipertanggungjawabkan," ungkapnya.

"Kalau uang mana yang saya dapatkan, saya kerja dari umur saya 13 tahun, dari 13 tahun sampai detik ini di usia saya 37 tahun bentar lagi ulang tahun tanggal 17 Februari kasih kado. 37 tahun saya kerja jadi sudah hampir 25 tahun aku kerja dan alhamdulillah ya," lanjutnya.

Ia pun merasa bersyukur masih ada beberapa stasiun TV yang mempercayakan dirinya

"Meskipun karir saya seperti anak tangga tapi sampai detik ini dipercaya sama stasiun tv, berbagai macam brand dan saya menabung. Dan kemarin 6 tahun terakhir, bayangin aja saya 26 tahun bekerja kalau kita syuting-syuting kalau 26 tahun," ungkapnya.

Raffi mengaku pendapatannya kian melejit setelah mendirikan RANS Entertainment. Bisnis sektor hiburan itu berkembang pesat sejak berdiri 6 tahun lalu.

Bahkan, Raffi mengatakan valuasi perusahaan itu sekitar dua tahun lalu mencapai Rp2,7 T. Capaian tersebut juga semakin banyak berkat berbagai macam sumber kucuran dana, dari fundraising hingga investasi.

"Kemarin 6 tahun terakhir di luar, bayangin aja saya 26 tahun bekerja kalau kita syuting-syuting 26 tahun ya bisa dikalkulasikan aja gitu berapa yang saya dapetin. Ditambah kemarin saya bangun perusahaan RANS dan RANS Entertainment sendiri alhamdulillah sudah berjalan 6 tahun, sekarang ini udah jamannya ada fund raising lah, ada investment lah," imbuhnya.

"Waktu itu 2 tahun yang lalu kita udah pernah prescon, bahwa valuasinya RANS Entertainment memang waktu itu sudah di angka Rp 2,7 triliun masuklah investment dari Emtec," ungkapnya.

Nasional Corruption Watch atau NCW diketahui merilis sebuah pernyataan yang mengejutkan mengenai dugaan keterlibatan salah satu artis papan atas Tanah Air.

Hanifa Sutrisna selaku ketua NCW menjelaskan dugaan keterlibatan nama Raffi Ahmad dalam kasus yang melibatkan uang hingga ratusan miliar rupiah.

Adapun dugaan pencucian uang Raffi Ahmad diungkap NCW atas bukti yang telah dikumpulkan bahwa uang tersebut berasal dari terduga korupsi.

“Kami telah menerima beberapa dugaan tindakan pencucian uang yang dilakukan oleh saudara Raffi Ahmad dengan nilai yang fantastis,” terang Hanifa.

“Diduga ada ratusan rekening yang dimiliki oleh saudara Raffi Ahmad dan merupakan kantong semar untuk mengelola uang-uang haram,” tambahnya.

Menurut Hanifa, uang-uang haram tersebut diduga dimiliki oleh para terduga korupsi bahkan ada yang telah menjadi terdakwa korupsi dan masuk ke rekening Raffi Ahmad.

Atas adanya dugaan TPPU tersebut, Hanifa meminta pada KPK, Kejaksaan Agung, Bareskrim Mabes Polri untuk memeriksa aliran uang Raffi Ahmad.

Selain itu Hanifa juga meminta untuk memeriksa aliran transaksi uang yang masuk ke RANS yang merupakan salah satu perusahaan Raffi.

“Karena ini adanya dugaan pencucian uang dan penerimaan gratifikasi oleh pejabat-pejabat negara yang menitipkan kekayaan atau dana pada pemilik RANS tersebut,” ungkapnya.

"Jelas dikatakan beberapa waktu lalu bahwa adanya aliran uang ke saudara Raffi,” terang Hanifa di podcast Nasional Corruption Watch dengan judul Ketika Bansos dijadikan bahan bancakan Pilpres dan Pileg.

Tidak hanya itu, Hanifa juga menyampaikan bahwa pihaknya menerima informasi mengenai adanya seorang jenderal yang menitipkan uangnya sekian miliar rupiah kepada terduga TPPU (Tindak Pidana Pencucian Uang) saudara Raffi Ahmad.

“Saat ini jenderal tersebut inginkan dananya dikembalikan namun tidak diberikan dan dia meminta hal tersebut disampaikan,” tambahnya.

Hanifa juga meminta kepada Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan atau PPATK untuk membuka seterang-terangnya tindakan pidana pencucian uang yang dilakukan oleh beberapa perusahaan yang tiba-tiba memiliki kekayaan ratusan miliar bahkan triliunan rupiah yang tidak jelas asalnya.

“Kami yakin saudara Ivan Yustiavandana yang merupakan Ketua PPATK telah mengetahui itu,” tegas Hanifa.

Hanifa menginggatkan jangan sampai kasus ini berlarut-larut dan menguap seperti kasus-kasus lainnya.

NCW menduga Raffi Ahmad menjadi kantong semar untuk praktik pencucian uang.

Dugaan tersebut disampaikan NCW melalui podcast dalam kanal YouTube official mereka.

Tak terima, Raffi Ahmad pun membantah tegas dugaan dari NCW yang diarahkan kepadanya.

Dia menduga NCW memiliki tendensi politis dalam menyampaikan isu tersebut karena kedekatannya terhadap salah satu paslon.

Raffi Ahmad didampingi kuasa hukumnya, Hotman Paris pun menuntut bukti dugaan yang mengarah kepadanya tersebut.

Pasca konferensi pers bantahan Raffi Ahmad atas dugaan keterlibatan dirinya dan RANS Entertainment, Ketua DPP National Corruption Watch (NCW), Hanifa Sutrisna pun menggelar jumpa pers. Dalam jumpa pers itu Hanifa membantah tudingan adanya tendensi politik terkait pengungkapan dugaan kasus pencucian uang yang diarahkan kepada Raffi Ahmad.

Hal tersebut disampaikan Hanifa Sutrisna dalam jumpa pers di kawasan Pancoran, Jakarta Selatan, Senin (05/01).

Hanifa menjelaskan pernyataan dari NCW terkait kasus pencucian uang tersebut tidak ada hubungan dengan kedekatan Raffi Ahmad dan paslon capres tertentu.

"Coba kawan-kawan lihat, ada enggak ornamen politik di kantor kami," ujar Hanifa.

Dia menyatakan pihaknya bahkan melukis ulang semua potret capres dan cawapres sebagai dekorasi studio tanpa menjelekkan salah satu paslon.

Hanifa menyadari Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) besutannya ini memang cukup lantang bicara soal korupsi.

Adapun termasuk imbauan untuk memilih paslon capres dan cawapres yang tidak korupsi dan nepotisme.

Namun, dia menegaskan pernyataan tersebut bukan untuk memojokkan sebelah pihak, melainkan pengingat untuk memilih paslon yang terbaik.

Hanifa menyatakan NCW hanya menjalankan peran sebagai LSM yang netral, dengan menyampaikan beragam aduan dari masyarakat.

"Cuma kami selalu mengatakan piihlah pemimpin yang tidak terduga korupsi dan nepotisme," tutur Hanifa.

"Jika mengarah ke salah satu paslon, silahkanlah masyarakat yang menilainya," pungkasnya. (*)

 

Jika anda keberatan dan memiliki bukti atau alasan yang kuat bahwa artikel berita ini tidak sesuai dengan fakta, anda dapat melakukan pengaduan pada tautan ini

Tulis Komentar

0 Komentar