Waspada Bahaya Antraks! Kenali Gejala, Penyebab, Pengobatan, dan Cegah Penularannya
Uwrite.id - BEBERAPA hari yang lalu, kita disuguhi kabar adanya sejumlah warga Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), terinfeksi penyakit antraks. Lokasi temuan ada di wilayah Gunungkidul, DIY, tepatnya di Dusun Jati, Kecamatan Semanu.
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI mengonfirmasi bahwa sebanyak 85 warga dari Dusun Jati, Semanu, Kabupaten Gunungkidul, dinyatakan positif terinfeksi antraks, dengan 3 orang meninggal dunia akibat penyakit mematikan tersebut.
“Kalau kasus meninggal ada tiga orang di Kecamatan Semanu, Kabupaten Gunung Kidul, Yogyakarta. Kemenkes masih melakukan penyelidikan epidemiologi kasus tersebut,” kata Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes, Siti Nadia Tarmizi melalui keterangan persnya di Jakarta, Selasa (4/7/2023).
Akibat paparan antraks itu, penderita mengalami bengkak, ada yang diare, pusing-pusing dan pula yang luka pada kulit. Lukanya mengering disertai warna hitam pekat di tengah-tengah luka yang gatal, seperti warna arang batubara. Ini menjadi ciri khas dari penyakit antraks.
"Dari 125 orang itu, yang positif (antraks) ada 85. Tapi yang bergejala ada 18 orang, gejalanya ada luka, bengkak, ada pula yang diare, pusing-pusing dan sebagainya," ujar Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Gunungkidul, Dewi Irawaty.
Pada saat bersamaan, keluar hasil laboratorium dari dinas kesehatan Gunungkidul, Yogyakarta yang menyatakan bahwa sampel tanah bekas untuk menyembelih sapi yang telah mati menyatakan positif antraks.
Kabid Kesehatan Hewan (DPKH) Gunungkidul Retno Widyastuti mengatakan total ada 6 sapi dan 6 yang positif antraks mati di dusun itu. Lantaran bangkai sudah tak ditemukan maka yang diperiksa ke laboratorium adalah tanahnya.
"Yang kita periksakan ke lab itu bukan darahnya, bukan dagingnya, tapi tanah yang terkontaminasi darah saat disembelih," ujarnya.
Antraks Pada Manusia. Kenali Gejalanya, Cegah Penularannya
Dokter Spesialis Kulit RSUD dr. Iskak, Tulungagung, Jawa Timur dr. Marta Dwi Rifka, Sp. KK pernah menjelaskan, penyakit antraks berasal dari bakteri bacillus anthracis. Bakteri ini biasanya ditemukan di tanah, tanaman, dan lainnya.
”Walau biasanya menyerang hewan ternak, penyakit antraks juga bisa menjangkiti manusia,” kata Dokter Marta dikutip dari rsud.tulungagung.go.id, Kamis (24/7/21).
Dijelaskan, penyakit antraks pada hewan terjadi saat hewan menelan atau mengirup spora bakteri antraks yang ada di rumput, tanah, atau air.
Masalahnya, antraks juga bisa menular pada manusia, melalui perantara ternak yang terpapar.
“Manusia bisa tertular penyakit antraks dari hewan yang telah terlebih dahulu terpapar antraks. Cara penularan penyakit antraks yang umum terjadi pada manusia adalah infeksi melalui luka terbuka di kulit,” terang dr. Marta.
Penularan penyakit antraks terjadi ketika orang yang memiliki luka pada kulit menyentuh hewan yang terpapar bakteri antraks. Seperti bulu, kulit, daging, dan tulangnya.
“Gejalanya awalnya demam, lemas, mual, lalu muncul benjolan kecil kemerahan di kulit dengan bagian tengah berwarna kehitaman,” terang dokter Marta.
Lalu bagaimana antraks didiagnosis? Menurut penjelasan dr Marta, seseorang bisa disebut positif antraks bila pemeriksaan di laboratorium menemukan bakteri Bacillus anthtracis pada darah atau luka di kulitnya.
Penanganan penyakit kulit yang disebabkan bakteri antraks ini berupa obat antibiotik dan obat kulit. Apabila luka tersebut semakin mengering, amak akan cepat sembuh.
”Kalau tidak segera diobati, maka kulit bisa membengkak dan bernanah, selain itu infeksi bisa masuk ke aliran darah” ujar dia.
Penyakit kulit yang disebabkan antraks ini, lanjut dia, tidak sampai menimbulkan gangguan yang bisa menyebabkan kematian.
Penyakit antraks tidak bisa begitu saja menular dari manusia ke manusia lainnya. Penularannya hanya bisa dari hewan ke manusia.
Selain infeksi antraks melalui kulit, penyakit ini juga bisa menjangkiti melalui saluran pencernaan dan pernafasan. dr. Marta mengatakan jika bakteri antraks sudah masuk di dalam perut manusia, maka ini yang berbahaya.
Ia mengatakan susu sapi dan daging sapi bisa terinfeksi bakteri anttraks.
”Jika pengolahan daging sapi yang terpapar bakteri antraks tanpa memasaknya hingga matang yang sempurna, maka seseorang bisa terjangkiti setelah mengkonsumsinya,” terangnya.
”Kami tidak menakut-nakuti, tak khawatir memasak atau makan daging,” imbuhnya.
Cara paling aman untuk memasak daging sapi, yakni memilih daging yang sehat, seperti dagingnya berwarna merah, segar, tidak layu kehitaman. Kemudian bisa memasaknya hingga matang dengan sempurna, dididihkan dengan suhu 100 derajat Celcius minimal 15 menit. Untuk pencegahan penularan penyakit antraks melalui pencernaan, salah satunya menghindari makanan daging yang dimasak dengan setengah matang.
Tulis Komentar