Usulan Iran Untuk Beri Sanksi Embargo Minyak ke Israel Diabaikan dan Ditolak Negara-negara Arab

Timur Tengah | 13 Nov 2023 | 16:23 WIB
Usulan Iran Untuk Beri Sanksi Embargo Minyak ke Israel Diabaikan dan Ditolak Negara-negara Arab
Presiden Iran Ebrahim Raisi.

Uwrite.id - Presiden Iran, Ebrahim Raisi, mengusulkan embargo minyak terhadap Israel dalam upaya menghentikan agresinya di Jalur Gaza. Namun, usulan tersebut diabaikan oleh negara-negara Arab penghasil minyak dunia pada Konferensi Tingkat Tinggi antara Liga Arab dan Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) di Riyadh.

Raisi menyuarakan dukungan terhadap Hamas dan meminta menjatuhkan sanksi embargo minyak serta barang terhadap Israel.

"Tidak ada cara lain selain melawan Israel, kami mendukung Hamas atas perlawanannya terhadap Israel," kata Raisi dalam pidatonya, seperti dikutip Iran International, Sabtu (11/11/23).

Meski demikian, permintaan tegas Raisi ini ditolak oleh sejumlah negara Arab, termasuk Mesir, Qatar, dan Yordania. Mesir dan Yordania masing-masing telah menandatangani perjanjian damai dengan Israel pada tahun 1979 dan 1994.

Sementara itu, permintaan pemutusan hubungan diplomatik dengan Israel juga ditentang oleh Uni Emirat Arab (UEA) dan Bahrain, yang telah normalisasi hubungan dengan Israel pada tahun 2020 lewat Abraham Accords.

Pandangan Iran yang ditolak negara Arab lainnya yaitu soal solusi dua negara. Negara-negara Arab bersikeras bahwa Palestina dan Israel mesti hidup berdampingan berdasarkan perbatasan 4 Juni 1967. Namun, menurut Iran, Negeri Zionis tidak boleh ada sama sekali.

Meski terjadi perselisihan di antara negara-negara anggota Liga Arab dan OKI yang hadir, pertemuan luar biasa ini sendiri telah menghasilkan klausul yang menyepakati penghentian agresi Israel di Gaza.

KTT ini menelurkan komunike yang di antaranya mengutuk agresi Israel, menolak klaim Israel bahwa mereka bertindak atas dasar bela diri, serta menuntut Dewan Keamanan PBB segera mengadopsi resolusi yang tegas dan mengikat.

Jika anda keberatan dan memiliki bukti atau alasan yang kuat bahwa artikel berita ini tidak sesuai dengan fakta, anda dapat melakukan pengaduan pada tautan ini

Tulis Komentar

0 Komentar