UAH Ungkap Rahasia Pahala Kurban dan Jauhi Larangannya

Uwrite.id - Dilarang Memotong Rambut dan Kuku, Jangan Sampai Ada Bagian Tubuh yang Tidak Mendapatkan Ampunan
Jakarta – Seiring mendekatnya bulan Dzulhijjah, suasana spiritual mulai terasa di kalangan umat Islam. Persiapan menyambut Idul Adha 2025 tak hanya terlihat dari geliat pasar hewan kurban, tapi juga dari semangat memperdalam pemahaman ibadah. Salah satu yang turut memberi pencerahan adalah Ustadz Adi Hidayat (UAH), pendakwah muda Muhammadiyah yang dikenal luas lewat dakwah cerdas dan lugasnya.
Dalam sebuah ceramah yang disiarkan melalui kanal YouTube @Quotes_Hijrah_Time, UAH mengupas sisi tersembunyi dari ibadah kurban yang kerap luput dari perhatian. Ia menekankan, pahala kurban bukan hanya tentang menyembelih hewan—lebih dari itu, seluruh tubuh pun ikut "merasakan" keberkahan ibadah ini. "Ketika seorang Muslim telah berniat untuk berkurban, sejak saat itu berlaku aturan-aturan khusus," ujar UAH.
Ia juga merujuk pada Hadis Muslim nomor 1977 yang menjelaskan larangan memotong rambut dan kuku sejak masuknya awal Dzulhijjah hingga hewan kurban disembelih. Larangan ini bukan semata-mata ritual, melainkan simbol kesempurnaan tubuh saat memohon ampunan dari Allah. Dijelaskan UAH, menjaga keutuhan diri menjadi bentuk pengharapan agar seluruh bagian tubuh turut serta dalam meraih pengampunan. “Jangan sampai ada satu pun bagian tubuh yang tidak mendapatkan ampunan karena sudah lebih dulu dipotong,” jelasnya.
Sepuluh Hari yang Sarat Keutamaan
UAH juga menggarisbawahi kemuliaan 10 hari pertama bulan Dzulhijjah—sebuah periode yang diyakini lebih utama dari hari-hari lainnya dalam setahun. Ia menyebut bahwa pahala ibadah di waktu ini bahkan bisa melampaui pahala jihad di jalan Allah.
“Bacaan Al-Qur'an saat Dzulhijjah bisa lebih bernilai dibandingkan jihad. Bahkan infak kecil pun bisa tercatat sebagai amal besar,” paparnya. Tak heran jika UAH mendorong umat Islam untuk tidak menyia-nyiakan waktu emas ini.
Dalam ceramahnya, UAH juga membagikan tips sederhana: memulai hari dengan dzikir dan membaca Al-Qur’an sejak subuh hingga terbitnya matahari. Ia percaya bahwa momentum ini sangat tepat untuk memperbanyak doa, terutama permohonan ampunan dan keberkahan hidup.
Kurban: Lebih dari Sekadar Menyembelih
Tak berhenti di situ, UAH mengajak umat untuk memperdalam makna kurban sebagai ibadah yang mencerminkan keikhlasan dan ketakwaan. “Kurban bukan sekadar menyembelih hewan. Ini adalah simbol ketaatan, penyucian jiwa, dan kepasrahan kepada Allah,” tegasnya.
Ia mengingatkan pentingnya menjaga niat dan meluruskan tujuan. Sebab, keikhlasan dalam berkurban diyakini dapat membuka pintu keberkahan dan pengampunan yang luas.
Lebih lanjut, UAH juga mengajak umat untuk memperbanyak amal kebaikan lain, seperti sholat sunnah dan mempererat hubungan sosial. Menurutnya, kebiasaan baik yang dimulai di awal Dzulhijjah bisa menjadi bekal amal sepanjang hayat.
"Mari kita manfaatkan momen ini sebaik mungkin. Jangan sampai kita menyesal karena melewatkan waktu yang penuh berkah ini," pesan UAH, menutup ceramahnya dengan harapan agar umat Islam istiqamah dalam ibadah dan amal saleh.(pd)
Tulis Komentar