Situasi Prancis Mencekam. Akankah Revolusi Prancis Terulang?

Eropa | 04 Jul 2023 | 21:10 WIB
Situasi Prancis Mencekam. Akankah Revolusi Prancis Terulang?
Situasi kerusuhan yang terjadi di Paris, Prancis antara kepolisian pemerintah dengan imigran imbas dari penembakan yang terjadi oleh seorang polisi dengan imigran bernama Nahel beberapa waktu lalu (Getty Images)

Uwrite.id - Ada apakah gerangan? Negara adidaya seperti Prancis kini diterpa musibah yang sangat menggemparkan dunia. Tiada hentinya situasi selalu memanas dan menimbulkan perpecahan seperti halnya sebuah peperangan. Seolah negeri ini tidak lagi memberikan rasa aman bagi rakyatnya justru malah menimbulkan peperangan yang kelam dan penuh kekhawatiran. Kekhawatiran tersebut tiada henti bahkan cenderung memuncak. Ini merupakan bentuk kegagalan yang bisa dianalisis sebagai pertanda bahwa rakyat memang sudah pada titik ketidakpuasan bahkan ingin mengutuk segala bentuk ketidakadilan yang terjadi walau darah harus tertumpah

Memang Prancis tidak baik-baik saja. Sudah sakit kronis, ketika sebuah kritik dan kekecewaan tidak bisa lagi diredam dengan mudah seperti beberapa waktu lalu baik aksi rompi kuning atau Gilets Jaunes maupun reformasi pensiun. Semua seakan bisa diredam dengan aksi politik dari penguasa yang sebenarnya hanya sekedar alternatif mengurangi sakit, bukan solusi responsif dalam menanggapi keresahan di masyarakat. Intinya terjadi ketidaksinkronan alias tidak searah antara masyarakat dengan Pemerintah. Berbahaya memang, tapi itulah yang terjadi adanya.

Lantas akankah hal ini bisa dinamakan sebagai sebuah awal Revolusi? Sepertinya hal ini sudah pada tahap puncak. Puncak atas ketidakadilan, lebih-lebih diskriminasi yang terjadi antara imigran dengan negara, apalagi konteksnya perkara ketidakadilan menanggapi situasi krisis sosial ekonomi belum lagi kondisi geopolitik yang tak kunjung memulih. Seharusnya bisa ditanggapi dengan ‘kepala dingin’ malah justru di kondisi internal. Hal ini diberangus dengan ‘aksi gila’ oknum pemerintah. Oknum, namun jumlahnya sangat banyak dan membentuk sistem. Mempertontonkan bahwa Prancis selama ini memelihara ketidakadilan, dalam aksi dan reaksi terhadap situasi fenomena sosial yang lantas merusak tatanan bermasyarakat.

Rakyat seakan diadu, pada nasib tak menentu. Justru bertaruh nyawa dan juga peluru. Penembakan remaja yang tidak bersalah, direspon berlebihan oleh karena sentimen rasial. Menjadi preseden bahwa imigran kini tidak dianggap, Prancis bukan negara ramah namun pemarah. Maka demikian, tanpa disadari gejolak ini membesar meluas seperti bara api, membuat situasi mencekam dan merusak semua. Sampai pada titik bahwa negara sebentar tidak akan mampu hadapi semua dengan ‘kepala dingin’ memang harus dengan ‘tangan dan darah yang panas’. Inikah jalan revolusioner sesungguhnya?

Entahlah, yang jelas revolusi hadir bukan hanya soal krisis namun menanggapi serangkaian ketidakadilan. Tentang sesuatu yang salah dan ‘belok’ serta musti disikapi lurus meski tidak dengan lurus kata. Singkat cerita, seperti gejolak balas dendam. Balas dendam bagi para imigran yang mungkin mengilhami revolusi Prancis ala Napoleon, kini mereka berevolusi atas tanah yang didiami leluhurnya ‘diterabas’ oleh Prancis. Seperti kita tahu Afrika Utara dan Sub Sahara adalah eks-jajahan Prancis dan kini di masa modern pun sedang digoyah, para masyarakat mencari suaka dan justru meramaikan negara penjajah. Bahkan satu saat, mereka lah yang membangun kegemparan. Tentu berdasar, semua berlandaskan ketidakadilan. Ketika kenyamanan diberangus di tanah kelahiran, kini saatnya tanah penjajah membayar semuanya.

Jika anda keberatan dan memiliki bukti atau alasan yang kuat bahwa artikel berita ini tidak sesuai dengan fakta, anda dapat melakukan pengaduan pada tautan ini

Tulis Komentar

0 Komentar