Serangga Sebagai Sumber Protein Masa Depan: Alternatif Gizi untuk Program Makan Gratis

Kesehatan | 26 Jan 2025 | 13:32 WIB
Serangga Sebagai Sumber Protein Masa Depan: Alternatif Gizi untuk Program Makan Gratis
Menikmati belalang goreng. (Indonesiapanen.com)

Uwrite.id - Kepala Badan Gizi Nasional, Dadan Hindayana, mengungkapkan bahwa serangga seperti belalang dan ulat sagu dapat menjadi bagian dari menu makan bergizi gratis. Hal tersebut disampaikannya dalam Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) PIRA Gerindra di Hotel Bidakara, Jakarta Selatan, Sabtu (25/1/25).

Kepala Badan Gizi Nasional, Dadan Hindayana. (Foto:Kompas)

Menurut Dadan, serangga bisa menjadi pilihan sumber protein jika anak-anak di suatu daerah sudah terbiasa mengonsumsinya. “Badan Gizi tidak menetapkan standar menu nasional, tetapi standar komposisi gizi. Sumber protein bergantung pada potensi sumber daya lokal dan kebiasaan masyarakat setempat,” ujarnya.

Dadan mencontohkan daerah seperti Halmahera Barat, di mana masyarakatnya lebih sering mengonsumsi singkong dan pisang rebus sebagai karbohidrat. Keragaman pangan inilah yang menurutnya perlu diakomodasi dalam program makan bergizi gratis.

Serangga, Superfood Kaya Nutrisi

Dalam beberapa tahun terakhir, serangga semakin mendapat perhatian sebagai sumber protein alternatif yang murah, kaya nutrisi, dan ramah lingkungan. Mengutip laporan BBC, sekitar 2.000 spesies serangga telah dikonsumsi di berbagai negara, terutama di Asia, Amerika Selatan, dan Afrika.

Di Thailand, belalang goreng renyah dijual di pasar, sementara di Jepang, larva tawon dimakan mentah sebagai makanan lezat. Namun, di Eropa, hanya 10% masyarakat yang bersedia mengganti daging dengan serangga, menurut survei Organisasi Konsumen Eropa.

Virginia Emery, CEO Beta Hatch, perusahaan rintisan di AS yang mengembangkan pakan ternak dari ulat bambu, menilai bahwa serangga adalah makanan super. “Serangga memiliki kandungan nutrisi yang sangat padat dalam ukuran yang kecil,” ujarnya.

Solusi untuk Krisis Pangan dan Lingkungan

Budidaya serangga dinilai dapat menjadi solusi atas permasalahan pangan global dan krisis lingkungan. Menurut Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO), sektor peternakan menyumbang 14,5% emisi gas rumah kaca global. Sementara itu, penelitian dari Universitas Wageningen di Belanda menunjukkan bahwa jangkrik menghasilkan 80% lebih sedikit metana dibanding sapi dan 8–12 kali lebih sedikit amonia dibanding babi.

“Kita berada di tengah krisis iklim dan harus mencari cara lebih efisien untuk memberi makan populasi yang terus bertambah,” kata Sarah Beynon, ahli serangga yang mengembangkan makanan berbasis serangga di Bug Farm, Wales.

Menurut studi dari University of Edinburgh, mengganti setengah konsumsi daging dunia dengan serangga berpotensi mengurangi penggunaan lahan pertanian hingga sepertiga dan membebaskan 1.680 juta hektar lahan. Selain itu, serangga dapat hidup dari limbah pertanian dan biomassa yang seharusnya dibuang, berkontribusi pada ekonomi sirkular.

Tantangan dan Masa Depan Konsumsi Serangga

Meskipun memiliki banyak manfaat, konsumsi serangga masih menghadapi tantangan, terutama dalam hal penerimaan masyarakat. “Serangga sering dikaitkan dengan sesuatu yang menjijikkan,” kata Giovanni Sagari, peneliti konsumen makanan.

Namun, tren mulai berubah. Diperkirakan, pada tahun 2027, pasar serangga yang dapat dimakan akan mencapai $4,63 miliar. Di Eropa, beberapa perusahaan sudah berinvestasi dalam produk makanan berbasis serangga setelah mendapatkan persetujuan dari Otoritas Keamanan Pangan Eropa.

Para ahli menyarankan bahwa cara terbaik untuk memperkenalkan serangga sebagai makanan adalah dengan mengolahnya menjadi bubuk dan mencampurnya ke dalam produk olahan, bukan menyajikannya dalam bentuk utuh. “Jika rasanya enak dan mudah diterima, maka masyarakat akan lebih terbuka untuk mengonsumsinya,” ujar Chef Andy Holcroft, pemilik restoran berbasis serangga pertama di Inggris.

Dengan semakin meningkatnya kesadaran akan pentingnya pola makan berkelanjutan, konsumsi serangga berpotensi menjadi bagian dari solusi ketahanan pangan dunia di masa depan.

Menulis di Uwrite bisa dapat penghasilan, Investasikan tulisan anda sekarang juga
Daftar di sini

Jika anda keberatan dan memiliki bukti atau alasan yang kuat bahwa artikel berita ini tidak sesuai dengan fakta, anda dapat melakukan pengaduan pada tautan ini

Tulis Komentar