Sindir Gibran, Anies: Asam Folat Sumbernya dari Tanaman, Bukan Bengkel

Pemilu | 05 Dec 2023 | 14:27 WIB
Sindir Gibran, Anies: Asam Folat Sumbernya dari Tanaman, Bukan Bengkel
Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan menjawab pertanyaan komunitas Mileanis saat Talkshow Kebangsaan di RM Losari dan Food, Jalan Lamadukelleng, Makassar, Sulawesi Selatan, Jumat (21/1/2022) malam. ANTARA/Darwin Fatir

Uwrite.id - Calon presiden nomor urut satu, Anies Baswedan, memberikan penjelasan terkait penanganan masalah stunting saat berdialog dengan peserta "Desak Anies Episode: Banjarmasin" di Wetland Square, Jalan Ahmad Yani, Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Sebagai tanggapan atas pertanyaan tentang penanganan stunting, Anies menegaskan pentingnya fokus pada kondisi kesehatan ibu hamil.

"Menangani stunting itu tidak pada usia sekolah, menangani stunting itu sebelum pada ibu hamil, ingat-ingat ini," ungkap Anies, menekankan perlunya perhatian terhadap kesehatan ibu hamil. Dalam konteks ini, Anies menyampaikan bahwa kebutuhan gizi ibu hamil harus terpenuhi, melibatkan zat besi dari sumber daging, yodium, dan asam folat.

Dengan mengeluarkan celetukan yang mengundang gelak tawa para hadirin, Anies menjelaskan dengan tegas bahwa asam folat didapatkan dari sumber tanaman, bukan dari bengkel. Pernyataan tersebut menjadi sorotan dan menyuarakan kesadaran akan pentingnya edukasi gizi yang akurat.

Sebelumnya, kontroversi seputar asam folat dan asam sulfat mencuat, terutama setelah pernyataan calon wakil presiden, Gibran Rakabuming Raka, yang menyebut pentingnya pemenuhan asam sulfat bagi ibu hamil. Video yang menunjukkan Gibran menyampaikan materi tersebut viral di media sosial.

Anies menjelaskan bahwa penanganan stunting pernah dijalankan melalui program "Bagimu" saat menjabat Gubernur DKI Jakarta. Program ini melibatkan PKK (Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga) di Jakarta. Anies menggarisbawahi peran PKK dalam memberikan stimulasi gizi dan kebahagiaan anak, yang merupakan faktor penting dalam pertumbuhan anak.

PKK, sebagai organisasi masyarakat sipil, dikatakan Anies memiliki peran vital dalam mengatasi masalah stunting. Program "Bagimu" dijalankan oleh kader PKK atau dasawisma yang memantau 10 rumah. Anies mengungkapkan bahwa program ini melibatkan pemberian gizi untuk ibu hamil, pemberian gizi untuk anak usia dini, dan stimulasi yang tepat untuk anak usia dini.

Anies menegaskan bahwa persoalan stunting tidak bisa sepenuhnya diselesaikan oleh aparat pemerintah, melainkan harus melibatkan peran aktif dari masyarakat sipil seperti PKK. Pada akhirnya, Anies menyoroti bahwa pemenuhan gizi dan stimulasi yang tepat pada anak menjadi kunci utama untuk mengatasi permasalahan stunting.

Data dari Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) Kementerian Kesehatan pada tahun 2022 mencatat prevalensi stunting di Indonesia sebesar 21,6 persen. Pemerintah Indonesia menetapkan target penurunan stunting sebanyak 14 persen pada tahun 2024 melalui Strategi Nasional percepatan penurunan stunting.

Menulis di Uwrite bisa dapat penghasilan, Investasikan tulisan anda sekarang juga
Daftar di sini

Jika anda keberatan dan memiliki bukti atau alasan yang kuat bahwa artikel berita ini tidak sesuai dengan fakta, anda dapat melakukan pengaduan pada tautan ini

Tulis Komentar