Sayuti Melik, Pengetik Naskah Proklamasi 17 Agustus 1945
Uwrite.id - Sosok ini merupakan salah satu patriot yang menjadi ujung tombak persiapan proklamasi Kemerdekaan Indonesia, 17 Agustus 1945. Sempat terjadi silang pendapat mengenai siapa yang nanti menandatangani tulisan teks proklamasi 17 Agustus 1945 itu. Saat itu bulan Ramadhan.
Dalam buku "Riwayat hidup anggota-anggota MPR hasil Pemilihan Umum 1971" di situ tertera kisah kehidupan Sayuti Melik. Tidak hanya bercerita di saat-saat mempersiapkan teks proklamasi saja, tetapi juga dari mulai latar belakang pendidikan sampai dengan riwayat pekerjaannya.
Siapa sih, yang tidak pernah mendengar tokoh pejuang kemerdekaan nasional Sayuti Melik, tokoh bangsa yang berjasa di balik naskah Proklamasi Kemerdekaan RI
Layaknya deklarasi kemerdekaan Amerika Serikat, Bung Karno awalnya mendorong supaya teks naskah proklamasi 17 Agustus 1945 ditandatangani oleh seluruh peserta yang datang,
Courtesy of Indonesian Museum of Proclamation Manuscript Formulation, © 2007-2023 (Munasprok)
Namun, ide Bung Karno tersebut ditolak oleh golongan muda yang menghendaki dokumen proklamasi terbebas dari pengaruh Jepang. Atas usulan dari Sukarni, akhirnya, Soekarno dan Hatta-lah yang menandatangani teks naskah itu.
Dari Sejak Muda, Telah Berjiwa Nasionalis
Tidak cuma dari ayah semata, Sayuti juga mempelajari nasionalisme dari seorang guru di sekolah yang berkewarganegaraan Belanda, bernama H.A. Zurink.
Tulisan-tulisan Sayuti Melik menyebabkan ia berulang kali ditahan pemerintah Hindia Belanda. Sayuti Melik merupakan seseorang yang penuh inspirasi elan vitae perjuangan karena kerap menuliskan catatan dan tulisan politik. .
Sedari belia, rasa nasionalisme yang terpatri pada diri Sayuti Melik terus membuncah. Sikap ini ditumbuhkan oleh ayahnya.
Ayah Sayuti Melik, Abdul Mu'in, merupakan sosok yang mempunyai sikap patriotis dan nasionalisme yang utuh di kala itu.
Sang ayah ternyata berkali-kali berlawanan dengan pemerintah Belanda. Pada saat itu Belanda menggunakan sawah ayah Sayuti Melik untuk ditanami tembakau.
A. Latar Belakang Pendidikan
Riwayat pendidikan Sayuti diawali dari bangku Sekolah Ongko Loro (sederajat dengan SD) di desa Srowolan, hingga kelas 4.
Setelah itu, Sayuti melanjutkan sampai dengan lulus dan berhasil meraih ijazah di kota Jogjakarta.
Kisah perjuangannya meraih ilmu berlanjut ke perguruan tinggi di fakultas publisistik.
B. Jenjang Organisasi serta Jabatan
- Masa 1920 s.d 1924: Organisasi Pelajar (kesiswaan) Sekolah Guru.
- Masa 1923 s.d 1926: di Serikat Rakyat - IPKI.
- Masa 1934 s.d 1936: Liga Antiimperialisme Asia Tenggara di Singapura serta semenanjung Malaya.
- Masa 1953: Ormas Angkatan '45.
- Masa 1954 s.d 1964: PNI.
- Masa 1960: Anggota DPR Gotong Royong
Anggota PPKI.
Anggota KNIP. - Masa 1971: duduk di Golkar.
C. Riwayat Pekerjaan
Sayuti dikenal dengan sejumlah pekerjaan, yaitu:
- Sosok pejuang kemerdekaan.
- Wartawan.
- Pendamping khusus Bung Karno/Ir Soekarno.
- Penerus pejuang revolusi.
Perjuangan Sayuti dalam Kemerdekaan Indonesia tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Penuh dengan perih dan pilu serta sejuta pengorbanan, baik fisik maupun psikis.
Bersama pasangannya, SK Trimurti, Sayuti bahkan mesti keluar masuk sel tahanan akibat terkadang dalam berjuang merebut kemerdekaan RI bertentangan dengan pihak penjajah.
Berikut riwayat perjuangan dari Sayuti Melik.
1. Masuk Penjara Berulang Kali
Tulisan-tulisan Sayuti mengenai politik menyebabkan beliau ditahan berkali-kali oleh Belanda.
Pada tahun 1936 ditangkap Inggris, dan dipenjara di Singapura selama kurang lebih 1 tahun lamanya.
Pada tahun 1926 Sayuti ditahan Belanda karena dituduh membantu PKI dan Sayuti diasingkan ke Papua (Boven Digul) tahun 1927-1933.
Habis diusir dari wilayah Inggris, Sayuti ditahan lagi oleh Belanda dan dibawa ke Jakarta, dan dimasukkan ke penjara di Gang Tengah (1937-1938).
2. Mengkritisi Pemerintahan Hindia Belanda
Sekembalinya dari pengasingan, Sayuti bertemu dengan Surastri Karma Trimurti, serta terlibat dalam berbagai aktivitas pergerakan secara bersama. Pada akhirnya di 19 Juli 1938 mereka melanjutkan ke pelaminan.
Trimurti dan Sayuti Melik bergiliran masuk keluar penjara akibat tulisan mereka mengkritik tajam pemerintah Hindia Belanda.
Di tahun perkawinan mereka, dua sejoli ini mendirikan Koran Pesat di Semarang yang terbit tiga kali sepekan.
Karena income mereka yang masih kecil, pasangan suami istri tersebut terpaksa melakukan berbagai pekerjaan. Dari redaksi hingga urusan sirkulasi, dari percetakan dan penjualan sampai dengan mengurusi pelanggan koran, semua ditanganinya.
3. Berdiri di Samping Soekarno
Di era pendudukan Jepang, Koran Pesat mengalami nasib naas. Koran ini ditutup pemerintah balatentara Jepang. Istri Sayuti juga ditangkap dan dituding prokomunis.
Pasca berdirinya PUTERA (Pusat Tenaga Rakyat), Trimukti pun bebas atas instruksi Bung Karno.
Sejak waktu itu, Sayuti dan Trimurti selalu berdiri di samping Soekarno.dan hidup dengan tenteram dan nyaman.
4. Masuk ke dalam Tubuh PPKI
Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) diresmikan. Sayuti Melik diminta duduk di dalamnya dan turut andil di dalam mempersiapkan kemerdekaan Indonesia.
5. Termasuk Figur Penting dalam Insiden Penculikan Rengasdengklok
Sayuti Melik termasuk dalam kelompok Menteng 31, yang berperan dalam insiden penculikan Soekarno dan Hatta, 2 hari sebelum Proklamasi RI, di tanggal 16 Agustus 1945.
Penculikan didasari maksud supaya Soekarno dan Hatta tidak terpengaruh Jepang, ditambah lagi agar buru-buru memproklamasikan kemerdekaan negara Indonesia.
6. Sayuti Melik Pasca Proklamasi 17/8/45
Di tahun 1946 atas instruksi Perdana Menteri Mr. Amir Syarifudin, Sayuti Melik ditangkap oleh Pemerintah RI dengan dalih orang dekatnya Persatuan Perjuangan.
Catatan Sayuti Melik yang bertajuk 'Belajar Memahami Soekarnoisme' dikutip di lima puluhan majalah juga suratkabar. Hal ini lantas pada akhirnya membuat kemudian tulisan itu dilarang beredar..
Setelah disidik Pengadilan Tentara, Sayuti divonis tidak bersalah. Tatkala terjadi Agresi Militer Belanda ke-2, Sayuti ditahan lagi oleh Belanda dan dibui di Ambarawa, Jawa Tengah.
Setelah Indonesia Merdeka Sayuti menjadi anggota Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP).
Setelah sejak awal diketahui telah menentang penjajahan, beberapa tahun setelah kemerdekaan, Sayuti pada akhirnya juga menentang tokoh proklamator, Bung Karno.
Setelah selesai Konferensi Meja Bundar, beliau pun akhirnya dibebaskan. Sayuti pernah mewakili Angkatan '45 serta juga mewakili golongan cendekiawan di legislatif. Menurut riwayatnya, pada tahun 1950 Sayuti diangkat menjadi anggota MPRS dan DPRGR.
Setelah memasuki orde baru, nama Sayuti berkibar lagi di kancah politik. Ia menjadi anggota DPR/MPR, mewakili Golkar hasil Pemilu 1971 dan Pemilu 1977.
Sayuti menentang pengangkatan Bung Karno sebagai presiden seumur hidup oleh MPRS.
Di penghujung perjuangan Sayuti Melik yakni di tanggal 27 Februari 1989 Sayuti pun meninggal serta dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata.
7. Mengetik Naskah Teks Proklamasi
Pada awalnya, naskah proklamasi yang masih dalam bentuk tulisan tangan tersebut tidak di-acc oleh kaum pemuda karena isinya dianggap mirip buatan pemerintah Jepang.
Padahal konsep teks proklamasi dikonsep oleh Bung Hatta, Bung Karno, serta Mr Achmad Subardjo.
Sayuti pun mengusulkan agar Bung Karno dan Bung Hatta menerakan tanda tangan di atas naskah teks proklamasi itu.
Sayutilah yang mengetik teks proklamasi itu dengan memakai mesin ketik, serta mengubah frase "Wakil-wakil bangsa Indonesia" menjadi "Atas nama bangsa Indonesia".
Beliau cukup populer dalam tarikh pergerakan menuju Indonesia merdeka 1945. (*)
Lampiran, Biodata Ringkas Sayuti Melik
- Nama Lengkap: Mohamad Ibnu Sayuti.
- Wafat: 27 Februari tahun 1989 (usia 80 tahun) di Kota Jakarta
- Makam: Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta Selatan
- Terlahir: 22 November tahun 1908 di Sleman, Jogjakarta.
- Istri: SK Trimurti.
- Afiliasi Politik: PNI, Golongan Karya.
- Orang Tua: ayah Abdul Mu'in (Partoprawito), seorang kepala desa atau bekel jajar di wilayah Sleman, Jogjakarta, serta ibu yang bernama Sumilah.
Diorama yang menggambarkan proses pengetikan naskah proklamasi oleh Sayuti Melik.
Tulis Komentar