Sangat Dimungkinkan Perubahan Besar Peta Politik Pencapresan Saat Injury Time Pendaftaran Capres

Pemilu | 25 Sep 2023 | 08:55 WIB
Sangat Dimungkinkan Perubahan Besar Peta Politik Pencapresan Saat Injury Time Pendaftaran Capres
Pengamat menilai bahwa sangat dimungkinkan akan terjadinya perubahan besar peta politik pencapresan pada saat detik-detik terakhir pendaftaran capres. Segalanya masih cair, dan tidak tertutup kemungkinan akan ada kejutan.

Uwrite.id - Pengamat menilai bahwa sangat dimungkinkan akan terjadinya perubahan besar peta politik pencapresan pada saat detik-detik terakhir pendaftaran capres. Segalanya masih cair, dan tidak tertutup kemungkinan akan banyak terjadi hal-hal baru yang mengejutkan publik.

Hal yang surprised dalam pencapresan itu banyak ragamnya, ujar pengamat politik Indra Syafei. "Termasuk di antaranya, duet Prabowo-Kaesang, yang tidak pernah dipikirkan di benak publik," tukas staf pengajar Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Ganesha tersebut.

Selain itu, terdapat pula kemungkinan penyatuan dua kubu, yakni kubu Ganjar dan kubu Prabowo.

Tentu saja, penyatuan kubu Ganjar dan kubu Prabowo akan menentukan PDI Perjuangan menjadi ‘partai petarung atau follower'.

Jadi atau tidaknya penyatuan kubu Gsnjar dan kubu Prabowo akan menentukan PDI Perjuangan sebagai partai “petarung atau follower,” menurut analis politik.

Gagasan duet ini bukan pertama kali dihembuskan. Wacana tersebut pernah diselorohkan Budiman Sudjatmiko, eks-politikus PDI Perjuangan yang mendukung Prabowo bakal capres.

Baru-baru ini, wacana duet Prabowo-Ganjar atau Ganjar-Prabowo kembali mengemuka setelah seorang politikus dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Jazilul Fawaid, meyakini ada dua poros pada Pilpres 2024 mendatang.

Penilaian ini ia lontarkan sebagai langkah antisipasi pasangan Anies-Cak Imin (AMIN) menghadapi dua poros.

"Pasangan AMIN mengantisipasi semua kemungkinan, kemungkinannya kan tinggal dua, tiga poros atau dua poros. Saya pribadi melihatnya kayaknya tinggal dua poros pribadi ya ini," ujarnya kepada wartawan, Selasa (19/09).

Bakal capres dari PDI Perjuangan, Ganjar Pranowo, menanggapi wacana ini. "Kalau politik itu sebelum ditetapkan KPU semua peluang bisa terjadi," katanya, Rabu (20/09).

Adapun Ketua DPP PDI Perjuangan, Puan Maharani, mengatakan, "Kita lihat lagi bagaimana dinamikanya selama satu bulan ini."

"Apakah kemudian bisa terjadi atau tidak terjadi, kan semua partai punya kalkulasinya," kata Puan, pada Kamis (21/09).

Di hari yang sama, bakal capres kubu Gerindra, Prabowo Subianto, bicara secara diplomatis. "Yang kita dambakan adalah selalu persatuan, kerukunan. Apapun yang terjadi kita harus rukun, harus sejuk. Apapun yang diberikan mandat oleh rakyat kita hormati," katanya.

Pernyataan sejumlah pentolan parpol dua kubu mengarah pada satu hal: segalanya masih mungkin sampai saat pendaftaran capres-cawapres ditutup 25 Oktober mendatang.

Bagaimana Sebenarnya Peluang Duet Prabowo dengan Ganjar?

Semua tergantung PDI Perjuangan, termasuk ketua umumnya, Megawati Soekarnoputri, kata peneliti politik dari CSIS, Arya Fernandes.

“Pak Ganjar mau diposisikan cawapres atau nggak? Karena Pak Prabowo, hampir besar kemungkinan tidak mau jadi nomor dua,” ujarnya kepada media..

Menurut Arya, saat ini Prabowo tetap ingin menjadi bakal capres karena “pencapaian elektoralnya sedang bagus”. Selain itu, tambahan dukungan dari Partai Demokrat membuat koalisinya semakin besar dibandingkan kubu PDI Perjuangan.

“Dalam beberapa simulasi survei dari lembaga survei. Bisa terjadi dua putaran, kemungkinan Prabowo menang di putaran kedua itu lebih besar dibandingkan Pak Ganjar,” tukas Arya.

Di tengah situasi ini, menurut Arya, PDI Perjuangan sangat menentukan apakah akan dua atau tiga poros pada Pilpres 2024. Pilihannya: menjadi petarung atau follower.

“Tapi kalau PDI Perjuangan memilih bertarung, akan ada tiga pasang,” ujarnya.

Sementara itu, analis politik dari Universitas Negeri Jakarta, Ubedillah Badrun, mengatakan, “Faktor kuncinya ada di Megawati Soekarnoputri.”

“Tapi kalau Megawati enggak setuju, ya enggak mungkin terjadi. Itu hanya ilusi politik,” kata Ubed — panggilan Ubedillah Badrun.

Di sisi lain, senior PDI Perjuangan, Hendrawan Supratikno, menyebutkan bahwa semua kemungkinan yang bisa dibayangkan biarlah tetap dibuka. “Bila tidak mewujud pun tetap bisa hidup dalam alam angan,” tukasnya dalam sebuah kesempatan.

Wakil Ketua Umum Partai Gerindra, Habiburokhman mengatakan, pihaknya tidak akan memaksakan diri. "Enggak mungkin dalam satu koalisi ada dua capres," selorohnya.

Pernyataan ini merujuk pada masing-masing kubu sudah memutuskan nama bakal capres yang akan diusung pada Pilpres mendatang.

Siapa yang Menghembuskan Penyatuan Kubu Ganjar dan Prabowo?

Menurut Ubed, gagasan mengawinkan Ganjar dan Prabowo dalam Pilpres 2024 telah mengemuka sejak Kolisi Indonesia Bersatu (KIB) berdiri.

Saat itu koalisi yang ia sebut “diinisasi oleh Joko Widodo”, dimaksudkan untuk mempertemukan kekuatan politik antara parpol pendukung Jokowi dan parpol pendukung Megawati.

“Namun peristiwa itu kemudian menjadi persoalan, ketika Megawati mendeklarasikan Ganjar lebih dulu. Kemudian, mereka sedikit mengalami ketegangan politik antara Megawati dengan Jokowi pada waktu itu,” ujar Ubed.

Gagasan duet Prabowo dan Ganjar juga berkali-kali mengemuka, tapi kali ini memang lebih kritis karena sudah mendekati masa tenggat pendaftaran capres-cawapres.

Tercatat sejumlah momentum politik yang memperlihatkan tarik ulur menduetkan Ganjar dengan Prabowo:

12 Maret 2023

Duet Prabowo dan Ganjar mengemuka. Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Hashim Djojohadikusumo menyebut syarat pertama adalah Ganjar harus bersedia menjadi calon wakil presiden, sedangkan Prabowo menjadi calon presidennya.

23 Mei 2023

Pertemuan antara Megawati dan Prabowo terjadi setelah Presiden Jokowi menggelar pertemuan tertutup dengan para ketua umum partai politik.

11 Juli 2023

Puan Maharani mengutarakan rencana pertemuan Megawati dengan Prabowo. "Namun, tentunya ini waktunya yang sedang kita jadwalkan. Tinggal waktu, teknis saja," kata Puan.

24 Juli 2023

Sekjen Partai Gerindra, Ahmad Muzani mengatakan isu duet Prabowo-Ganjar sulit terwujud.

26 Juli 2023

Mantan politikus PDI Perjuangan, Budiman Sujatmiko mengutarakan keinginan agar Ganjar bersatu dengan Prabowo menjadi pasangan Pilpres 2024.

13 Agustus 2023

Relawan Pro Jokowi (Bali) menyerukan duet Prabowo-Ganjar.

Sisi Cerah Keluarga Banjarsari Solo di Panggung Politik

Setelah resmi bergabung dengan Partai Solidaritas Indonesia (PSI), Kaesang Pangarep diusulkan menjadi ketua umum partai itu. Sejumlah pengurus daerah dan wilayah PSI bakal mengusulkannya dalam acara partai, Senin (25/09). Apa makna bergabungnya Kaesang ke PSI?

Usulan agar Kaesang menjadi Ketua Umum PSI diungkap oleh sekjennya, Isyana Bagoes Oka, Minggu (24/09) malam.

Disebutkan "banyak usulan" dari kader PSI di daerah supaya anak bungsu Presiden Joko Widodo itu menduduki posisi ketua umum.

"Memang banyak aspirasi dari DPW dan DPD PSI agar Mas Kaesang menjadi Ketua Umum PSI," ungkap Isyana kepada media.

Rencananya, PSI akan menggelar perhelatan Kopi Darat Nasional (Kopdarnas) guna membahasnya.

Usulan ini muncul setelah Kaesang memastikan bergabung PSI, Sabtu (23/09).

Pengamat menilai keputusan Kaesang bergabung PSI merupakan bentuk dukungan Presiden Jokowi kepada bakal capres Prabowo Subianto dalam Pilpres 2024.

Sementara, Ketua DPP PSI, Dedek Prayudi, menepis anggapan bahwa pihaknya menggunakan sosok Kaesang untuk melemahkan PDI Perjuangan.

“Ada yang bilang PSI ingin menusuk PDIP menggunakan keluarga Jokowi. Seolah-olah keluarga Pak Jokowi tidak bisa berpikir sendiri, tidak bisa membuat keputusan sendiri,” kata Uki, sapaan akrabnya.

Di sisi lain, menurut pengamat, terjunnya Kaesang ke dunia politik merupakan upaya melanggengkan ‘dinasti politik’ Jokowi lewat PSI.

Meskipun saat ini masih berstatus kader PDIP, Jokowi tengah mempersiapkan kelanjutan kekuasaannya dengan menggandeng PSI – partai yang sejak Pemilu 2019 mendukung Jokowi – lewat bergabungnya Kaesang.

“Dalam berbagai kesempatan oleh media dieksplorasi kedekatan Jokowi dengan Prabowo dalam berbagai kesempatan. Jadi di sini akhirnya, bisa juga ditafsirkan sebenarnya Jokowi bermain di dua kaki,” kata Cecep Hidayat, pengamat politik dari Universitas Indonesia pada Minggu (24/09).

Ia menegaskan bahwa Kaesang dan PSI memiliki banyak kesamaan nilai, salah satunya adalah keinginan mereka mengedepankan suara kaum muda di ranah politik.

“Kaesang bergabung dengan PSI karena ada kesamaan nilai, jangan diremehkan seolah-olah beliau adalah obyek yang tidak bisa berpikir dan dijadikan alat dan lain-lain,” tegasnya.

Meski begitu, pengamat politik Universitas Gadjah Mada (UGM), Mada Sukmajati, mengatakan keberadaan politik dinasti masih sangat kental dalam pengelolaan partai politik. Jika Kaesang masuk PSI, ia berpotensi membangun dinasti itu pula dalam jajaran PSI jika ia maju sebagai pengurus.

“Mungkin itu menjadi bagian dari strategi yang dikembangkan secara keluarga. Artinya secara lingkungan dan tidak sekedar cuma pertimbangan yang bersifat pribadi, karena bagaimanapun juga Kaesang ini anaknya Presiden,” ujar Mada.

Pada Sabtu (23/09), Kaesang Pangarep resmi bergabung ke PSI. Terkait hal tersebut, bakal capres Ganjar Pranowo menanggapi dengan mengatakan putra bungsu Jokowi memang memiliki hak konstitusional untuk aktif berpartisipasi dalam dunia politik.

“Dalam politik ini semua orang punya hak untuk berdemokrasi, jadi silakan siapapun," ujarnya di kompleks Stadion Gelora Bung Karno pada Minggu (24/09)..

Apakah Jokowi akan Mendukung Kubu Ganjar atau Kubu Prabowo di Pilpres 2024?

Pengamat politik Cecep Hidayat menilai Kaesang tidak bergabung dengan PDIP menandakan Jokowi sedang bermain ‘dua kaki’ dalam Pemilu 2024.

“Dengan wajah lain, dengan berbagai kesempatan sebenarnya memang secara implisit bisa disebut mendukung Prabowo,” kata Cecep.

Walaupun Jokowi masih merupakan kader PDIP yang diekspektasikan untuk setia mendukung Ganjar Pranowo sebagai bakal calon presiden, ia mengatakan Jokowi sudah beberapa kali disorot karena kedekatannya dengan bacapres Prabowo.

Sehingga, masuk akal jika akhirnya ia merestui Kaesang mengambil jalur berbeda dari ayahnya dan kakaknya, Gibran, yang masuk ke ranah politik dengan bergabung sebagai kader PDIP.

Hal ini, lanjut Cecep, menjadi semakin nyata mengingat bahwa PSI merupakan partai yang bergabung dalam koalisi yang mengusung Prabowo menjadi capres untuk Pilpres 2024.

Meski begitu, menurut Cecep, Jokowi mungkin saja mendukung Ganjar dan Prabowo secara bersamaan. Sebab, keduanya menyatakan sikap akan melanjutkan program-program Jokowi di masa kepemimpinan mereka.

“Kemudian dirinya melihat baik Ganjar maupun Prabowo dianggap sosok yang sama. Bagian dari dirinya [Jokowi] yang bisa melanjutkan kepemimpinannya,” ungkap Cecep.

Politikus dari PDIP yang juga merupakan Wakil Ketua Komisi VI DPR RI Aria Bima mengatakan bahwa saat ini jajaran partai sedang berfokus pada upaya mensosialisasikan Ganjar Pranowo sabagai capres menjelang Pilpres 2024.

Sehingga, PDIP memilih untuk tidak mengomentari soal Kaesang yang bergabung ke PSI.

Lebih lanjut, Cecep mengatakan bahwa dengan Kaesang bergabung ke PSI, Jokowi dapat saja menentukan arah keberlanjutan karier politiknya dan keluarganya usai tak lagi menjabat sebagai Presiden.

Sebab, sejak 2019 pula PSI selalu mendeklarasikan diri mereka sebagai partai pendukung Jokowi.

“Karena Jokowi punya basis massa yang besar dan amat sukar, kegiatan apa yang akan dilakukan Jokowi setelah menyelesaikan kepresidennya di 2024. Untuk memimpin PDIP amat sulit karena dinasti Soekarno sudah kuat di sana,” sebut Cecep.

Oleh karena itu, Kaesang berpeluang membuka ruang untuk pengaruh politik Jokowi - serta para relawan Jokowi - dengan dirinya bergabung ke PSI.

“Walaupun kemungkinan besar bukan Jokowi sendiri yang akan memimpin (PSI), tetapi lewat Kaesang ia dapat menggaet PSI,” tutur Cecep.

Makna Masuknya Kaesang ke PSI bagi 'Dinasti Jokowi'

Peneliti politik BRIN, Aisah Putri Budiarti mengatakan sejak Pilkada pun sebenarnya sudah terlihat bagaimana dinasti politik Presiden Joko Widodo tampak nyata dengan anak sulungnya, Gibran menjadi Wali Koto Solo dan menantunya Bobby Nasution yang menjabat sebagai Wali Kota Medan.

”Sudah tidah mengejutkan lagi Kaesang masuk ke dalam perpolitikan Indonesia. Terutama di kontestasi politik level lokal, jadi bukan suatu hal yang terprediksi, karena sudah pasti satu keluarga ini akan masuk ke dalam jalur politik,” kata Puput, sapaan akrab pada Aisah Putri Budiarti.

Ia sebut kemungkinan besar, sebelum Kaesang bergabung dengan PSI, PDIP sudah terlebih dahulu merencanakan pengusungan anak-anak Jokowi ke dalam ranah pilkada atau pileg. Namun, kini rencana itu buyar dengan beralihnya Kaesang ke PSI.

”Sebenarnya sudah pada titik puncak dan benar juga untuk mempertanyakan proses kaderisasi Jokowi pasca sudah tidak menjadi Presiden di PDIP? Termasuk juga ke anak-anaknya,” ungkap Puput.

Dosen politik dari UGM, Mada Sukmajati mengatakan bahwa dinasti politik di Indonesia masih sangat kental dan kerap kali mempengaruhi proses rekrutmen kader dan dalam memenuhi jabatan-jabartan strategis.

Sehingga wajar saja jika Jokowi menggunakan jika Kaesang, yang merupakan putra Jokowi, memutuskan untuk terjun ke politik dan sekaligus melanggengkan dinasti politik keluarganya.

Padahal, dinasti politik, menurut dia, merupakan ‘jebakan otoritarianisme’ yang perlu dihilangkan jika negara ingin terus mengedepankan demokrasi.

”Itu salah satu tantangan terberat kita. Ketika orang itu nanti juga menjadi ketua umum atau memiliki jabatan strategis di partai itu, dia juga akan mengembangkan politik dinasti juga di partai itu,” kata Mada.

Kendatipun demikian, ia juga tidak menutup kemungkinan Kaesang sendiri yang memilih untuk ‘beda sendiri’ dari anggota-anggota keluarganya yang memutuskan untuk terjun ke dunia politik lewat PDIP.

”Anak muda sekarang itu mungkin pertimbangan-pertimbangannya itu jauh lebih banyak, cakrawalanya juga mungkin jauh lebih luas daripada yang generasi-generasi sebelumnya,” ujarnya.

Apa Makna Bergabungnya Kaesang bagi PSI  Sendiri?

Menurut Puput, PSI tampaknya sudah mempersiapkan kedatangan Kaesang. Hal tersebut terlihat dari komunikasi antara Kaesang dan para kader partai yang terus berjalan selama ini.

Kaesang, yang merupakan bagian dari Generasi Z, juga dapat menjadi sosok yang pantas untuk merepresentasikan PSI di ranah Pilkada.

“Menjelang 2024 mereka lebih sibuk terkait dengan pilpres, jadi menurut saya ini langkah yang bisa dilihat positif juga bahwa PSI kemudian menargetkan juga anak muda untuk maju ke tingkat kepala daerah, dengan Kaesang,” ungkap Puput.

Namun, sebelumnya Kaesang sendiri pernah menyatakan bahwa ia belum bisa bergabung dengan PSI. Menurut Puput, perubahan sikap ini berarti komitmen Kaesang pada motivasinya memilih PSI patut dicermati.,

Ketua DPP PSI, Dedek Prayudi, menyebutkan Kaesang Pangarep memiliki kesamaan nilai-nilai dengan PSI.

PSI sendiri, menurut dia, mengalami kemunduran jika dibandingkan dengan keaktifan mereka pada Pemilu 2019. Pada saat itu, mereka banyak disebut sebagai partai anak muda dan berhasil membawa banyak politisi muda hingga mendapatkan kursi DPR.

Kini, dengan menggandeng Kaesang, mereka berpotensi terjebak narasi hanya mengandalkan satu pribadi saja.

“Seharusnya menurut saya PSI tidak hanya menggadang-gadang satu anak muda saja, tapi secara keseluruhan bagaimana PSI membawa anak muda masuk ke dalam kontestasi politik.

“Nanti PSI diberi label partainya Jokowi-Kaesang. Padahal partainya anak muda seharusnya bisa lebih luas lagi daripada itu,” ujar Puput.

Menanggapi hal tersebut, Ketua DPP PSI, Dedek Prayudi, menyatakan Kaesang bukanlah satu-satunya politisi muda yang mereka gadang menjelang Pilpres 2024.

Ia menyebut beberapa kader yang sedang dipersiapkan partai untuk menjadi calon legislatif dalam kontestasi politik. Hanya saja, Kaesang mendapatkan banyak atensi karena ia memang cukup terkenal sebagai sosok publik.

“Pengacaranya (Richard) Eliezer, kemudian juga ada seorang doktor ahli ilmu pertanian dari Belgia bergabung ke PSI. Dan sekarang Mas Kaesang bergabung ke PSI. Masa orang baik bergabung ke PSI terus PSI yang disalahkan?” pungkasnya.

Ia menyatakan pada Pemilu 2019 lalu, PSI banyak disorot karena saat itu baru terbentuk dan mereka merupakan partai yang hadir untuk mengedepenkan hak-hak anak muda dalam berpolitik. Sampai sekarang pun, mereka masih memperjuangkan hal-hal yang menjadi kekhawatiran anak muda.

“Kita tidak punya kader yang pernah dipidana korupsi misalnya. Atau kita adalah partai yang satu-satunya mungkin di Indonesia yang agenda politik utamanya itu mengesahkan RUU Perampasan Aset. Hal-hal seperti ini yang seharusnya dilihat,“ ujar Uki.

Terkait peran Kaesang dalam PSI, Uki mengatakan bahwa pihak internal masih membicarakannya secara intensif. Mengingat bahwa DPD Depok sudah mulai melirik Kaesang sebagai kepala daerah, Uki mengatakan PSI tidak menutup kemungkinan ia dapat maju di Pilkada 2024.

“Jadi pada saat ini, teman-teman di DPD sudah mendukung, cuma DPP statusnya baru tidak menghalangi, tapi belum mengusung,“ sebutnya. (*)


 

Jika anda keberatan dan memiliki bukti atau alasan yang kuat bahwa artikel berita ini tidak sesuai dengan fakta, anda dapat melakukan pengaduan pada tautan ini

Tulis Komentar

0 Komentar