Rudy Mas'ud Tak Punya Inovasi, Pakai Cara Jadul Bentuk Opini

Pilkada | 08 Oct 2024 | 19:03 WIB
Rudy Mas'ud Tak Punya Inovasi, Pakai Cara Jadul Bentuk Opini
Rudy Mas'ud Tak Punya Inovasi, Pakai Cara Jadul Bentuk Opini

Uwrite.id - Samarinda – Dinamika politik Kalimantan Timur menjelang Pilkada 2024 semakin menarik perhatian, terutama dengan semakin seringnya hasil survei yang diumumkan oleh berbagai lembaga terkait popularitas dan elektabilitas para calon gubernur.

Salah satu yang menjadi sorotan adalah strategi politik yang diterapkan oleh Rudy Mas'ud, seorang calon gubernur sekaligus Ketua DPD Partai Golkar Kalimantan Timur, yang dinilai menggunakan survei sebagai cara "jadul" atau kuno untuk menggiring opini publik.

Survei yang dipublikasikan dengan menampilkan angka-angka yang menguntungkan bagi Rudy Mas'ud kerap kali dilihat sebagai alat legitimasi bagi elektabilitasnya.

Namun, banyak kalangan menganggap bahwa cara ini sudah usang dan tidak relevan lagi dengan dinamika politik modern. Penggunaan survei untuk membentuk persepsi publik bukanlah hal baru, tetapi metode ini kian diragukan efektivitasnya dalam era digital yang didominasi oleh keterbukaan informasi dan akses terhadap data yang lebih beragam.

Banyak yang mengkritik penggunaan survei oleh kubu Rudy Mas'ud sebagai upaya yang tidak lagi sepenuhnya efektif dalam mempengaruhi pemilih, terutama generasi muda yang lebih kritis dan lebih cenderung memeriksa validitas klaim yang beredar di ruang publik.

Menurut Pengamat Kebijakan publik, Iradat Ismail, survei yang dilakukan untuk mengangkat elektabilitas Rudy Mas'ud tidak lebih dari upaya membangun opini yang disesuaikan dengan kepentingan politiknya.

"Survei yang diterbitkan itu adalah bagian dari strategi lama untuk membentuk persepsi bahwa seorang calon sedang unggul, tetapi faktanya banyak survei yang tidak mewakili realitas di lapangan. Masyarakat sekarang jauh lebih kritis dan tidak mudah dipengaruhi oleh angka-angka yang mungkin hanya bersifat sementara," ujar Iradat.

"Di era digital, persepsi publik lebih banyak dipengaruhi oleh interaksi langsung, transparansi program, dan keterlibatan calon dengan pemilih, bukan sekadar angka survei yang mungkin bias," tambah Iradat.

Rudy Mas'ud, yang dikenal sebagai politisi dengan latar belakang keluarga kuat dan memiliki akses ke berbagai sumber daya politik, nampaknya mencoba mengandalkan survei untuk menciptakan citra kemenangan yang belum tentu mencerminkan realitas di lapangan.

Namun, kritik terhadap cara ini tidak hanya datang dari oposisi politiknya, tetapi juga dari kalangan masyarakat yang meragukan validitas survei tersebut.

Sebab penggunaan survei secara berlebihan dapat menimbulkan skeptisisme di kalangan pemilih, terutama jika hasil survei tersebut tidak didukung oleh fakta nyata.

Selain itu, banyak pihak juga menyoroti kemungkinan adanya konflik kepentingan dalam hasil survei yang diumumkan oleh lembaga-lembaga tertentu. Beberapa lembaga survei mungkin memiliki afiliasi atau mendapatkan dukungan dari kubu politik tertentu, sehingga menimbulkan keraguan akan objektivitas hasil survei yang dipublikasikan.

"Di Kalimantan Timur, beberapa kali terungkap bahwa survei yang menunjukkan keunggulan bagi Rudy Mas'ud tidak diikuti oleh transparansi terkait pendanaan dan metodologi survei tersebut, sehingga mengundang pertanyaan dari berbagai pihak," Iradat.

Dalam konteks ini, Iradat mengingatkan pentingnya masyarakat untuk lebih cerdas dalam menyikapi hasil survei. "Jangan mudah terpengaruh oleh hasil survei yang mungkin tidak mewakili kenyataan di lapangan. Pemilih harus fokus pada rekam jejak, program, dan kapasitas calon pemimpin yang bisa memberikan dampak positif bagi daerahnya, bukan hanya pada angka-angka survei," ujarnya.

Menulis di Uwrite bisa dapat penghasilan, Investasikan tulisan anda sekarang juga
Daftar di sini

Jika anda keberatan dan memiliki bukti atau alasan yang kuat bahwa artikel berita ini tidak sesuai dengan fakta, anda dapat melakukan pengaduan pada tautan ini

Tulis Komentar