Revolusi Digital Pendidikan: Dari Buku ke Layar Cerdas

Pendidikan | 10 Oct 2025 | 06:26 WIB
Revolusi Digital Pendidikan: Dari Buku ke Layar Cerdas
M. Gema Rizky Ramadhan, Dr. Esti Susiloningsih, M.Si, Dwi Cahaya Nurani, M.Pd

Uwrite.id - Dari Buku ke Layar cerdas

Perubahan zaman membawa pergeseran besar dalam cara manusia belajar dan mengakses informasi. Jika dahulu buku menjadi jendela utama pengetahuan, kini layar gawai, laptop, dan tablet telah menjadi “buku baru” bagi generasi muda. Dunia pendidikan pun bergerak cepat mengikuti arus revolusi digital. Transformasi ini tidak hanya mengubah media belajar, tetapi juga cara berpikir, berinteraksi, dan membangun budaya literasi di era modern.

Digitalisasi pendidikan merupakan fenomena global yang memperlihatkan bagaimana teknologi berperan penting dalam mempermudah akses informasi. Menurut laporan World Bank (2020), Indonesia termasuk negara dengan pertumbuhan tercepat dalam adopsi teknologi pendidikan (EdTech). Pandemi COVID-19 menjadi pemicu utama yang mempercepat transformasi ini. Guru, siswa, dan orang tua kini terbiasa menggunakan platform seperti Google Classroom dan Ruang Guru.

Namun, perubahan dari buku fisik ke layar digital bukan sekadar pergantian media. Ia merupakan revolusi kognitif. Anak-anak belajar bukan hanya membaca teks, tetapi juga menonton, mendengar, dan berinteraksi. UNESCO (2023) menegaskan bahwa potensi besar digitalisasi pendidikan hanya dapat tercapai bila diimbangi dengan peningkatan literasi digital guru dan siswa. Media digital kini menawarkan pengalaman multisensorik yang memadukan suara, gambar, dan animasi. Hal ini terbukti meningkatkan imajinasi dan minat belajar siswa. Penelitian oleh Hidayati dkk. (2024) menemukan bahwa penggunaan Nearpod dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa sekolah dasar.

Transformasi digital menuntut adaptasi dari guru, siswa, dan orang tua. Banyak pendidik masih kesulitan memanfaatkan teknologi secara efektif. World Bank (2021) menyebutkan bahwa pelatihan guru menjadi kunci agar teknologi pembelajaran dapat digunakan secara maksimal dan kreatif. Di sisi lain, distraksi digital juga menjadi masalah. Anak-anak mudah teralihkan oleh media sosial atau hiburan daring. Sementara itu, Ilomata Journal (2022) mencatat bahwa daerah 3T (tertinggal, terdepan, terluar) masih menghadapi kesenjangan digital yang signifikan. Guru kini bisa membuat video pembelajaran, simulasi, hingga komik edukatif menggunakan Canva Edu dan Scratch. Siswa belajar sambil berkreasi, menjadi pencipta konten, bukan sekadar penerima informasi. Penelitian di ResearchGate (2023) menunjukkan bahwa guru yang kreatif secara digital mampu menciptakan pembelajaran yang kolaboratif dan menarik.

Namun, UNESCO (2023) mengingatkan bahwa membaca di layar sering kali dangkal dan cepat. Maka, siswa perlu dilatih untuk membaca mendalam dan berpikir kritis. Untuk mewujudkan pendidikan digital yang adil dan bermakna, kolaborasi antara pemerintah, guru, dan masyarakat sangat dibutuhkan. UNICEF (2022) menekankan pentingnya kerja sama lintas sektor agar semua anak Indonesia memiliki kesempatan yang sama dalam mengakses teknologi pendidikan. Sejalan dengan itu, World Bank (2020) menyatakan bahwa Indonesia siap melangkah lebih jauh jika transformasi digital dilakukan secara inklusif dan berkelanjutan.

Penutup

Revolusi digital membawa angin segar bagi pendidikan Indonesia. Namun, di balik segala kemudahannya, tersimpan tanggung jawab besar untuk memastikan teknologi digunakan secara bijak. Pendidikan masa depan bukan hanya soal digitalisasi, tetapi juga perubahan cara berpikir dan budaya belajar.

Dengan literasi digital yang kuat, kreativitas guru, serta dukungan masyarakat, layar cerdas bukan lagi sekadar alat belajar melainkan jendela menuju masa depan pendidikan Indonesia yang inklusif, kreatif, dan berdaya saing global.

Menulis di Uwrite bisa dapat penghasilan, Investasikan tulisan anda sekarang juga
Daftar di sini

Jika anda keberatan dan memiliki bukti atau alasan yang kuat bahwa artikel berita ini tidak sesuai dengan fakta, anda dapat melakukan pengaduan pada tautan ini

Tulis Komentar