Potensi Peningkatan Kasus HIV/AIDS pada Gen Z di Kabupaten Ciamis

Kesehatan | 28 Nov 2023 | 13:54 WIB
Potensi Peningkatan Kasus HIV/AIDS pada Gen Z di Kabupaten Ciamis
Bupati Ciamis mengukuhkan 81 Duta KPA Tingkat SMP sebagai garda terdepan penanggulangan HIV/AIDS di kalangan Gen Z. Foto/istimewa

Uwrite.id - Kabupaten Ciamis mengalami peningkatan 83 kasus HIV/AIDS selama tahun 2023 hingga bulan Agustus.

Meskipun demikian, Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Ciamis mencatat bahwa pada tahun yang sama, tidak ada kasus yang terdeteksi di kalangan Gen Z (usia 8-23 tahun), yang mencakup rentang usia dari SD hingga mahasiswa.

Meski situasi terkini menunjukkan angka nol pada tahun 2023, perlu diperhatikan bahwa dua tahun sebelumnya, terdapat 5 kasus HIV/AIDS yang terdeteksi pada Gen Z.

Keempat dari mereka merupakan lulusan SMP yang memutuskan untuk tidak melanjutkan pendidikan, sedangkan satu orang melanjutkan ke perguruan tinggi di Bali dan kini telah kembali ke Ciamis.

Data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Ciamis menunjukkan bahwa secara akumulatif, jumlah orang dengan HIV/AIDS mencapai sekitar 802 orang sejak tahun 2012 hingga 2023.

Bahkan, satu dari mereka teridentifikasi sebagai tenaga pendidik yang positif HIV/AIDS (ODHA).

Kepala Sekretariat Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kabupaten Ciamis, Andi Ali Fikri,  mengatakan, Gen Z yang tekena HIV/AIDS didominasi oleh kasus Laki-Laki Seks Laki-Laki (LSL).

"Kasus LSL di Ciamis cukup tinggi," ungkapnya, usai pengukuhan duta KPA tingkat SMP se Kabupaten Ciamis di Aula Setda pada Senin, 27 November 2823.

Andi menyatakan bahwa tingginya kasus Laki-Laki Seks Laki-Laki (LSL) di Kabupaten Ciamis dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti perlindungan keluarga dari latar belakang broken home, pola asuh yang kurang perhatian, dan kesibukan orang tua yang menyebabkan kehilangan kontrol anak-anak terhadap pergaulan.

"Psikologisnya dimulai dari situ, termasuk situasi broken home atau orang tua yang bercerai, serta pola asuh di mana laki-laki diperlakukan seperti perempuan. Dari titik tersebut, LSL ini akhirnya mengalami perubahan perilaku," jelasnya.

Guru BP Memiliki Peran Penting di Sekolah

Ia juga menekankan pentingnya peran guru Bimbingan Penyuluhan (BP) di sekolah, menyatakan bahwa guru BP harus menjadi seorang profesional yang memahami masalah mentalitas para siswa di masa puber, bukan hanya fokus pada karir semata.

"Peran vital Guru BP sebagai asisten sutradara kepala sekolah sangat penting dalam lingkungan sekolah," ujarnya.

"Harapannya, dan kita telah memberikan masukan, adalah agar ke depan para guru BP adalah lulusan dari akademisi psikologi sehingga dapat lebih memahami mentalitas siswa, khususnya dalam menghadapi masa puber, untuk meningkatkan efektivitas penanganan masalah ini," tambahnya.

Menjadikan E-sport sebagai Ekskul

Untuk mencapai tujuan ini, Andi menuturkan, dilakukan berbagai kegiatan edukatif, termasuk peningkatan aktivitas ekskul, mendukung e-sport seperti Mobile Legend sebagai ekskul, dan meningkatkan kegiatan spiritual melalui pengajian di sekolah.

"E-sport, termasuk game Mobile Legend, akan didorong menjadi ekskul. Langkah ini diambil sebagai tindakan positif untuk mengendalikan aktivitas online anak melalui ekskul," ucapnya.

Peran Warga Pendidikan

Keterlibatan warga pendidikan, termasuk orang tua, guru, dan pemerintah, dianggap sangat penting dalam mendukung penanganan masalah ini.

Dalam menghadapi tantangan HIV/AIDS di kalangan Gen Z, Andi menganggap bahwa edukasi seks di tingkat SMP menjadi fokus yang penting.

"Pendidikan seks di tingkat SMP perlu dimulai sekarang, karena saat ini, pengetahuan tentang seksualitas didukung oleh teknologi. Warga pendidikan, termasuk orang tua, guru, dan pemerintah, harus peduli," tegasnya.

Jika anda keberatan dan memiliki bukti atau alasan yang kuat bahwa artikel berita ini tidak sesuai dengan fakta, anda dapat melakukan pengaduan pada tautan ini

Tulis Komentar

0 Komentar