Polda Jateng Ungkap Sindikat TPPO, Bos Perusahaan Pengiriman Pekerja Migran Ilegal Ditangkap

Hukum | 20 Feb 2025 | 14:52 WIB
 Polda Jateng Ungkap Sindikat TPPO, Bos Perusahaan Pengiriman Pekerja Migran Ilegal Ditangkap
Kabid Humas Polda Jateng Kombes Pol Artanto saat menginterview tersangka bos perusahaan pengiriman pekerja migran ilegal.

Uwrite.id - (Semarang) Petugas Ditreskrimum Polda Jawa Tengah untuk kesekian kalinya kembali dapat membongkar praktek kejahatan tindak pidana perdagangan orang (TPPO).

 Korban dari kejahatan ini adalah puluhan warga Kabupaten Brebes. 

Para korban dijanjikan pekerjaan di Jepang dengan gaji puluhan juta rupiah, namun pada kenyataannya tidak diberangkatkan meski telah menyetor sejumlah uang.

Baca Juga: https://uwrite.id/news/kompol-iman-sudiyantoro-pimpin-sosialisasi-operasi-keselamatan-candi-2025-di-area-cfd-semarang

Direktur Reserse Kriminal Umum (Dirreskrimum) Polda Jawa Tengah Kombes Pol Dwi Subagio mengatakan pihaknya menggagalkan pengiriman calon pekerja migran Indonesia di Kabupaten Brebes setelah menerima laporan dari korban. 

Hal itu Dwi Subagio saat memimpin pers rilis ungkap kasus dalam di lobi kantor Ditreskrimum Polda Jateng pada Rabu 19 Pebruari 2025.

"Para korban sudah membayar sejumlah uang dengan janji akan diberangkatkan ke luar negeri ke Jepang. Namun, dalam proses pelaksanaannya sejak tahun 2023 sampai dengan Desember 2024, korban tidak diberangkatkan," ungkap Kombes Pol Dwi Subagio.

Baca Juga: https://uwrite.id/news/cara-humanis-satgas-preemtif-okc-2025-polda-jateng-ingatkan-pengendara-tertib-berlalu-lintas

Salah satu korban, Abdul Rohman, mengaku telah membayar DP sebesar Rp 22,5 juta dari total Rp 45 juta untuk bisa berangkat ke Jepang di sektor pertanian. 

Beberapa korban lainnya bahkan menjaminkan sertifikat tanah atau rumah mereka kepada tersangka yang berinisial S, direktur PT RAB di Brebes. 

Namun, dalam praktiknya, PT RAB tidak memiliki Surat Izin Perusahaan Penempatan Pekerja Migran Indonesia (SIP3MI).

Baca Juga: https://uwrite.id/news/deklarasi-tolak-intoleransi--terorisme-di-pondok-pesantren-baitussalam-semarang

"Tersangka merekrut korban melalui media sosial dengan menawarkan pekerjaan yang menggiurkan. Namun, dalam pemeriksaan, PT RAB tidak bisa menunjukkan adanya perjanjian resmi dengan negara tujuan. Pelaku juga diketahui tidak memiliki izin untuk mengirim pekerja migran ke luar negeri," jelas Kombes Pol Dwi Subagio.

Dari hasil penyelidikan, diketahui bahwa PT RAB sebelumnya pernah memberangkatkan 32 anak buah kapal (ABK) ke Taiwan, sementara 55 ABK lainnya masih belum diberangkatkan. 

Selain itu, total kerugian dari 20 korban yang tidak jadi berangkat ke Jepang mencapai Rp 450 juta serta tiga sertifikat rumah yang diserahkan sebagai jaminan.

Baca Juga: https://uwrite.id/news/rekrutmen-anggota-polri-ditutup-6-maret-2025-peminat-diminta-segera-mendaftar

Tersangka bakal dikenakan pasal 10 Undang-Undang tentang Pemberantasan TPPO.

Adapun ancaman hukuman paling singkat tiga tahun dan paling lama 15 tahun. 

Selain itu, ia juga dijerat dengan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2017 tentang Perlindungan Pekerja Migran Indonesia serta pasal 86 dan pasal 378 KUHP.

Baca Juga:https://uwrite.id/news/saat-kombes-pol-m-syahduddi-pimpin-apel-kamtibmas-dengan-pokdar-semarang-utara

Kepala Balai Pelayanan Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (BP3MI) Jawa Tengah Pujiono, menegaskan bahwa setiap penyalur pekerja migran Indonesia harus memiliki perizinan resmi dari pemerintah. 

"Kami akan terus melakukan pembinaan dan pengawasan, bekerja sama dengan Polda Jawa Tengah," ujarnya.

Klik & baca Uwrite.id untuk mengupdate beraneka warta terkini dari Politik, Hukum, Ekonomi, Pendidikan, Kesehatan & Lingkungan Hidup. Juga berita Internasional & Olahraga dari berbagai belahan dunia serta ragam informasi Teknologi-Sains, Film-Musik, Selebriti-Tokoh, Seni-Budaya hingga Religi. Tak ketinggalan rubrik gaya hidup mulai Kuliner, Kesehatan, Pariwisata, Fashion & Otomotif.

Menulis di Uwrite bisa dapat penghasilan, Investasikan tulisan anda sekarang juga
Daftar di sini

Jika anda keberatan dan memiliki bukti atau alasan yang kuat bahwa artikel berita ini tidak sesuai dengan fakta, anda dapat melakukan pengaduan pada tautan ini

Tulis Komentar