Pilpres AS, Dampak Kemenangan Donald Trump terhadap Dinamika Global
Uwrite.id - Washington DC - Media terkemuka, New York Times, memprediksi bahwa Donald J. Trump (78) akan memenangi pertarungan Pilpres di negeri Paman Sam tahun ini.
Trump diperkirakan akan meraih setidaknya 281 suara electoral college, sementara Kamala Harris diprediksi mendapatkan minimal 257 suara electoral vote.
Untuk memenangi Pemilihan Presiden di AS, kandidat harus memperoleh minimal 270 dari total 538 suara electoral college. Ramalan dari NYT ini sejalan dengan hasil exit poll yang dilakukan oleh Edison Research dan dirilis oleh CNN serta jaringan televisi lainnya.
Exit poll ini dilakukan terhadap pemilih setelah mereka memberikan suara, dengan sejumlah pertanyaan spesifik yang diajukan kepada responden.
Hasil dari exit poll Edison Research menunjukkan bahwa 71 persen pemilih merasa tidak puas dan marah terhadap kondisi negara di bawah kepemimpinan Joe Biden.
Hal ini menunjukkan bahwa reaksi tidak puas dan kemarahan tersebut juga ditujukan kepada Wakil Presiden Kamala Harris, mengingat mereka berdua merupakan dwitunggal dalam kepemimpinan Biden.
Dengan pukulan Donald yang membuat Kamala Harris bertekuk lutut dengan 270 suara Electoral College, tentu membawa imbas terhadap dinamika global, termasuk di Timur Tengah.
Publik mempertanyakan, dengan kemenangan Trump ini, bagaimana nasib perang di Gaza antara Israel dengan Hamas?
Memang kemungkinan nasib Timur Tengah menjadi agenda utama Trump setelah memenangkan pertarungan Pilpres AS 2024.
Mengakhiri perang di Gaza dan Lebanon serta mengintegrasikan Israel di Timur Tengah kemungkinan akan menjadi prioritas agenda Timur Tengah presiden terpilih.
"(Benjamin) Netanyahu akan menghadapi presiden yang jauh lebih keras daripada yang biasa dihadapinya, dalam artian saya rasa Trump tidak akan menoleransi perang dengan cara yang terjadi saat ini," kata Pemimpin Inisiatif Nasional Palestina, Mustafa Barghouti, dikutip dari CNN.
Barghouti menambahkan, bagi Palestina, hal ini tidak akan membuat perbedaan besar, karena kedua pemerintahan tersebut sepenuhnya bias" terhadap Israel.
Trump tidak ingin perang-perang tersebut "menjadi isu yang mendesak di mejanya" menjelang pelantikannya pada tanggal 20 Januari, kata Alon Pinkas, mantan diplomat Israel, kepada CNN.
"Dia akan berkata: selesaikan saja; saya tidak membutuhkan ini," kata Pinkas.
Pinkas menyebut Trump kemungkinan akan meminta Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu untuk “mengumumkan kemenangan” dan kemudian mencapai kesepakatan melalui mediator.
Sepanjang kampanyenya, Trump tidak menyebutkan bagaimana ia akan menyikapi perang Israel-Hamas jika terpilih kembali.
Pada bulan April lalu, Trump mengatakan bahwa Israel perlu "menyelesaikan apa yang telah mereka mulai".
Trump, kata Pinkas, “tidak peduli dengan masalah Palestina”.
Selama masa jabatan pertamanya, dia tidak mendukung dukungan AS yang sudah lama untuk negara Palestina yang merdeka, dengan mengatakan dia menginginkan solusi “yang disukai kedua belah pihak”. (*)
Tulis Komentar