Peran Budiman Selain Ringankan Masa Lalu 08, Juga Bantu Konsep Bahasa Taktis di Debat

Pemilu | 13 Dec 2023 | 20:43 WIB
Peran Budiman Selain Ringankan Masa Lalu 08, Juga Bantu Konsep Bahasa Taktis di Debat
Prabowo menyukai setiap pemikiran Budiman dan mengakui punya banyak benang merah yang menyatukan dua gagasan dari tokoh yang berbeda latar belakang itu.

Uwrite.id - Dua orang yang pernah berhadap-hadapan secara politik pada masa lalu, kini bertemu dan saling mendukung. Prabowo Subianto selaku danjen Kopassus dan Budiman Sudjatmiko sebagai aktivis yang getol menyuarakan Soeharto lengser, pernah terlibat perseteruan ketika menjalankan ‘perannya’ masing-masing semasa sebelum dan sesudah reformasi 1998.

Budiman yang sudah bukan politisi Banteng lagi, kini bertugas melatih Prabowo dengan konsep bahasa taktis di tiap putaran debat di kediaman Menteri Pertahanan itu di Jakarta Selatan. Tugas ini sekilas terbilang berat bukan hanya karena kedua capres sebelah, merupakan intelektual yang smart dalam menggulirkan perkataan yang mengena dalam tiap pernyataannya, tapi juga internal diri Prabowo sendiri yang mesti Budiman perbaiki, terutama menurunkan tensi emosionalnya dalam berbicara.

Sejarah mencatat bahwa Budiman dan Prabowo punya posisi berseberangan sepanjang dan sebelum reformasi 1998. Saat Budiman dan rekan-rekan aktivisnya berupaya menjatuhkan Presiden Soeharto, Prabowo justru aktif di TNI AD sebagai Danjen Kopassus.

Bahkan, Prabowo diduga kuat terlibat dalam kasus penculikan aktivis yang dilakukan Tim Mawar Kopassus. Dengan posisi Budiman menyatu dengan Prabowo saat ini, hal tersebut diyakini akan 'meringankan' beban masa lalu Prabowo.

Budiman menyebut ketua umum Partai Gerindra Prabowo Subianto sebagai orang baik. Dia berharap perjuangan politik mantan danjen Kopassus itu tidak lagi dibebani peristiwa lampau. Dalam pertemuan sekitar dua jam itu, ia dan Prabowo salah satunya membahas perbedaan posisi mereka saat jelang reformasi tahun 1998.

Budiman mengakui, pada masa itu dirinya sebagai aktivis dan Prabowo sebagai tentara berada pada situasi saling berhadap-hadapan. Dirinya dan Prabowo sama-sama mempertaruhkan nyawa, kehormatan dan cita-cita ketika itu. 

Jelang reformasi 1998, Budiman merupakan ketua Partai Rakyat Demokratik (PRD), organisasi militan yang berupaya melengserkan Soeharto. Sedangkan Prabowo ketika itu adalah danjen Kopassus sekaligus menantu Soeharto. Salah satu catatan merah pada masa itu adalah aksi Tim Mawar Kopassus menculik aktivis-aktivis penentang Soeharto, termasuk eksponen PRD. Sejarah kelam ini terus diungkit-ungkit oleh sejumlah pihak setiap Prabowo maju sebagai calon presiden.

Budiman dan Prabowo menutup perseteruan jelang reformasi 1998 itu sebagai kenangan masa lalu. Di tengah situasi Indonesia yang kini semakin membaik dan keduanya sudah berusia matang, Budiman ingin fokus memikirkan masa depan bangsa. Menurut Budiman bangsa ini berutang kepada masa depan, buka berutang kepada masa lalu. 

Budiman juga berharap Prabowo terus sehat dan bisa menyelesaikannya tugas sebagai menteri pertahanan. Orang Indonesia layak mendapatkan orang terbaik, salah satunya Pak Prabowo.

Prabowo mengakui pula bahwa dirinya dan Budiman dulu pernah saling berhadap-hadapan. Namun, Prabowo menegaskan bahwa hal itu terjadi karena ‘kondisi dan sistem’ ketika itu. Prabowo mengatakan, dirinya dan Budiman sebenarnya punya cita-cita yang sama untuk memperjuangkan kesejahteraan rakyat, keadilan rakyat, dan kemakmuran bangsa.

Bahwa keadaan dan situasi membuat waktu itu kita berhadapan. Bukan karena kita ingin berhadapan, tapi situasi membuat begitu. Alhamdulillah dengan waktu hubungan kita membaik.

Budiman menganggap penting dua kaum nasionalis bersatu. Menurut Budiman, persatuan kaum nasionalis dibutuhkan untuk menjaga dan memajukan Indonesia pasca-2024 di tengah guncangan global. Sangat rugi bagi Indonesia andaikata di antara  kaum nasionalis tidak saling mendukung.

Prabowo merupakan calon presiden dari Partai Gerindra untuk Pilpres 2024. Sedangkan eks partai Budiman, PDIP, mengusung Ganjar Pranowo sebagai capres. Kedua partai tersebut selama ini dikategorikan sebagai partai nasionalis. 

Budiman mengeklaim, ia sengaja mengambil peran sebagai sosok yang berupaya mencairkan hubungan antara kelompok-kelompok nasionalis. Budiman menyebut dirinya mewakafkan diri untuk mencairkan, agar kaum nasionalis bisa meneruskan apa yang dilakukan oleh Pak Jokowi dengan segala konsekuensinya.

Prabowo menyukai setiap pemikiran Budiman dan mengakui punya banyak benang merah yang menyatukan dua gagasan dari tokoh yang berbeda latar belakang itu. Termasuk pemikiran mengenai persatuan, penting untuk memastikan kapal besar bernama Indonesia bisa terus melaju. (*)
 


 


 

Menulis di Uwrite bisa dapat penghasilan, Investasikan tulisan anda sekarang juga
Daftar di sini

Jika anda keberatan dan memiliki bukti atau alasan yang kuat bahwa artikel berita ini tidak sesuai dengan fakta, anda dapat melakukan pengaduan pada tautan ini

Tulis Komentar