Penanggulangan Terorisme di Indonesia Harus Mulai Mengantisipasi Dampak Negatif AI

Hukum | 10 Jul 2024 | 14:07 WIB
Penanggulangan Terorisme di Indonesia Harus Mulai Mengantisipasi Dampak Negatif AI
Ansyaad berharap Pemerintah bisa terus meningkatkan koordinasi antara kementerian/lembaga yang terkait dalam menghadapi tantangan menangani terorisme.

Uwrite.id - Jakarta - Pengamat Terorisme, Ansyaad Mbai menyampaikan jika Pemerintah perlu meningkatkan upaya antisipasi dan mitigasi terhadap tumbuhnya paham radikalisme dan terorisme dengan memanfaatkan kemajuan teknologi antara lain kecerdasan buatan maupun Artificial Intelligence (AI) yang ternyata dipakai juga oleh komunitas radikal untuk menyebarkan ideologi itu.

"Ini terutama terjadi di media sosial. Kelompok radikal dan para pendukungnya berkembang di sana. Oleh karena itu, kemampuan menggunakan teknologi untuk mengantisipasi itu semua menjadi hal yang paling utama, termasuk dalam tugas-tugas yang sifatnya intelijen" kata Ansyaad, saat dihubungi, Senin, 8 Juli 2024.

Menurut beliau, selama 14 tahun belakangan upaya penanggulangan terorisme di Indonesia sudah sangat baik, fungsi serta tugas bawah tanah atau intelijen dalam penanggulangan terorisme berjalan secara efektif sehingga serangan terbuka aksi terorisme terus menurun.

"Fungsi intelijen dalam penanganan terorisme tentu memegang peran yang sangat penting. Fungsi intelijen itu harus betul-betul akurat dan tidak boleh salah. Dan fungsi itu sudah dijalankan dengan cukup baik."

Dirinya menyampaikan  bahwa peran BNPT dalam menangani radikalisme dan terorisme di Indonesia tidak dapat dikesampingkan karena Badan ini memiliki tugas yang strategis dalam pencegahan hingga kerja sama global.

"Selama ini BNPT punya peran yang sangat penting di semua langkah yang berkaitan dengan upaya menangani terorisme, baik itu berupa pencegahan, penindakan, maupun kerja sama internasional," ujarnya.

Ansyaad mengapresiasi pula BNPT untuk menanggulangi terorisme selama 14 tahun lembaga itu berdiri. Di antara keberhasilan misi tersebut tergambar dari tidak adanya serangan teroris dengan terbuka (zero terrorist attack) di Indonesia selama kurun tahun 2023 hingga Juni 2024.

Ansyaad berharap Pemerintah bisa terus meningkatkan koordinasi antara kementerian/lembaga yang ada kaitannya dalam menghadapi challenge penanganan radikalisme dan terorisme yang sudah mulai memanfaatkan penerapan teknologi. Ia menggarisbawahi bahwa jika penanganan radikalisme dan terorisme membutuhkan keterlibatan berbagai pihak dan tidak mampu dilakukan oleh hanya satu lembaga saja.

"Upaya melawan radikalisme dan terorisme itu harus menggunakan pendekatan the whole of government approach. Pendekatan yang melibatkan semua lembaga pemerintah dan pemangku kepentingan yang terkait," kata Ansyaad. (WAN)

Menulis di Uwrite bisa dapat penghasilan, Investasikan tulisan anda sekarang juga
Daftar di sini

Jika anda keberatan dan memiliki bukti atau alasan yang kuat bahwa artikel berita ini tidak sesuai dengan fakta, anda dapat melakukan pengaduan pada tautan ini

Tulis Komentar