Pemimpin Iran Ayatollah Ali Khamenei Tegaskan Iran Tak Akan Ikut Perang Lawan Israel

Timur Tengah | 17 Nov 2023 | 00:01 WIB
Pemimpin Iran Ayatollah Ali Khamenei Tegaskan Iran Tak Akan Ikut Perang Lawan Israel
Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei.

Uwrite.id - Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, menegaskan kepada ketua Hamas, Ismail Haniyeh, bahwa Iran tidak akan terlibat dalam perang melawan Israel. Pernyataan ini disampaikan dalam pertemuan awal bulan ini, di mana Khamenei menyatakan dukungan politik terhadap Hamas namun menolak intervensi langsung dalam konflik tersebut.

Menurut laporan Reuters yang mengutip dari tiga pejabat senior, Khamenei juga meminta Haniyeh untuk menahan seruan dari suara-suara di dalam Hamas yang meminta partisipasi langsung Iran dan kelompok proksinya, Hezbollah, dalam perang melawan Israel.

Laporan tersebut juga mencatat bahwa Hezbollah terkejut dengan serangan 7 Oktober yang memicu konflik baru antara Israel dan Hamas.

“Kami terbangun karena adanya perang,” kata seorang komandan kelompok Lebanon yang tidak disebutkan namanya.

Seperti diketahui, perang Israel-Hamas meletus ditahun 2023 ketika Hamas terlebih dahulu menyerbu Israel dari Gaza pada tanggal 7 Oktober. Serangan Hamas ketika itu telah membunuh sekitar 1.200 orang warga Israel, sebagian besar warga sipil, dan menyandera lebih dari 240 orang dalam serangan paling mematikan dalam sejarah negara Yahudi tersebut.

Sejak konflik dimulai, terjadi serangkaian serangan terhadap pasukan AS di Irak dan Suriah, serta baku tembak hampir setiap hari di perbatasan Israel-Lebanon antara Hezbollah dan IDF. Meskipun ketegangan meningkat, Khamenei menegaskan bahwa Iran tidak akan terlibat secara langsung dalam konflik tersebut.

Bagaimana sejarah hubungan antara Iran dan Israel

Israel dan Iran, dalam lanskap geopolitik yang penuh intrik, tidak selalu menjadi musuh bebuyutan. Sebelum revolusi 1979 dan berdirinya Republik Islam Iran, keduanya pernah berbagi panggung sebagai sekutu strategis.

Namun keadaan berubah drastis terjadi ketika Ayatollah Ruhollah Khomeini menduduki takhta kekuasaan Iran melalui revolusi. Negara yang sebelumnya pro-Israel berubah menjadi negara teokratis dengan retorika anti-Israel.

Perjuangan demi Palestina dengan cepat menjadi bagian kunci dalam narasinya. Misi itu menjadi sangat populer, termasuk di dalam komunitas intelektual dan sayap kiri.

Hanya enam hari setelah revolusi, Yasser Arafat, pemimpin Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) saat itu, menjadi pejabat luar negeri pertama yang bertemu Ayatollah Khomeini dan pemerintah sementara di Teheran.

Beberapa jam setelah pertemuan Arafat dengan kabinet baru, Iran memutuskan hubungan diplomatik dengan Israel. Namun, keputusan Iran untuk berpihak pada Palestina tidak sesederhana itu.

Meskipun hubungan Iran dengan Palestina semakin dekat, tak lama kemudian Iran menerima dukungan militer dari Israel.

Selama awal perang Iran-Irak, yang berlangsung dari 1980 hingga 1988, Israel secara tidak resmi menawarkan berbagai bentuk bantuan militer kepada Iran melalui perantara.

Aliansi tersebut tak terduga, namun bagi Israel, selama perang itu masih sedang berlangsung, Iran dan Irak menjadi sibuk dengan satu sama lain.

Namun, momen itu merupakan pengecualian dalam hubungan Iran dan Israel yang dipenuhi agresi, ancaman, dan tudingan bebalas yang tidak ada akhir.

Selama 1980-an dan 1990-an, Israel dan AS sama-sama menuduh Iran terlibat dalam serangkaian peluncuran bom mematikan, yang dibantah Iran.

Iran mengeklaim Israel berada di balik pembunuhan beberapa ilmuwan nuklir Iran dan kedua negara terus saling menyalahkan atas serangan siber yang berlangsung.

Jika anda keberatan dan memiliki bukti atau alasan yang kuat bahwa artikel berita ini tidak sesuai dengan fakta, anda dapat melakukan pengaduan pada tautan ini

Tulis Komentar

0 Komentar