Negara Barat Balik Kritik Agresi Israel, Usul Iran Beri Sanksi Embargo Minyak ke Israel Diabaikan Negara-negara Arab

Timur Tengah | 13 Nov 2023 | 18:38 WIB
Negara Barat Balik Kritik Agresi Israel, Usul Iran Beri Sanksi Embargo Minyak ke Israel Diabaikan Negara-negara Arab
Kondisi Gaza. (AP Photo/Hassan Eslaiah)

Uwrite.id - Negara-negara Barat mulai berubah sikap terhadap agresi Israel di Jalur Gaza, Palestina, yang telah menelan korban lebih dari 11.100 jiwa, termasuk lebih dari 8.000 anak-anak dan perempuan. Amerika Serikat, sebagai sekutu terdekat Israel, kini mengeluarkan kritik tajam kepada Tel Aviv. AS mengecam serangan brutal yang memakan banyak korban warga sipil Gaza.

Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken, dalam kunjungannya ke India, menyampaikan keprihatinannya terhadap korban sipil dan mendesak Israel untuk melindungi warga Gaza.

"Terlalu banyak warga Palestina yang terbunuh, terlalu banyak yang menderita di masa lalu," ungkap Blinken saat berkunjung ke India, seperti dilansir Reuters.

Kritik tajam juga datang dari Presiden Prancis Emmanuel Macron, yang menekankan bahwa membombardir warga sipil tidak dapat dibenarkan. Spanyol bahkan menyerukan sanksi internasional terhadap Israel, menyebutnya sebagai rencana "genosida" di Gaza.

"Bayi-bayi ini, para perempuan ini, orang-orang lanjut usia ini dibom dan dibunuh. Jadi tidak ada alasan untuk itu dan tidak ada legitimasi. Kami mendesak Israel untuk berhenti." kata Macron dikutip dari BBC.

Sanksi internasional juga menjadi tuntutan dari Spanyol. Melalui Menteri Sosial Ione Belarra, ia menyerukan komunitas internasional untuk menjatuhkan sanksi ke Israel yang dianggap tengah "merencanakan genosida" di Gaza.

"Negara Israel harus menghentikan genosida terencana ini terhadap warga Palestina," kata Belarra.

Balarra juga menyindir  keheningan banyak negara dan pemimpin politik atas kebrutalan di Jalur Gaza.

"Ada keheningan yang memekakkan telinga di banyak negara dan begitu banyak pemimpin politik yang bisa melakukan sesuatu. Saya berbicara tentang apa yang saya ketahui dengan baik, yaitu Uni Eropa. Tampaknya kemunafikan yang ditunjukkan oleh Komisi Eropa tidak dapat diterima," kata Belarra dikutip Al Jazeera.

Tidak ketinggalan, Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau juga turut angkat bicara, ia mendesak Israel untuk melakukan jeda sementara atas agresinya, sambil menekankan pentingnya solusi dua negara.

"Saat kita benar-benar melakukan pekerjaan berat yang diperlukan untuk kembali ke jalur solusi dua negara, untuk mulai membayangkan seperti apa masa depan jangka panjang negara Palestina yang layak, aman," ucap Trudeau seperti dikutip CTV News.

Norwegia, melalui Perdana Menteri Jonas Gahr Store, juga mendukung jeda kemanusiaan di tengah eskalasi konflik yang membuat warga sipil menderita akibat kelangkaan kebutuhan pokok di Gaza.

"Norwegia mendukung jeda kemanusiaan [di Gaza]. Kebutuhan kemanusiaan sangat besar," kata Store, mencerminkan keprihatinan terhadap kondisi krisis di Jalur Gaza seperti dikutip dari Xinhua.

Jumlah korban tewas terus bertambah, mencapai lebih dari 11.100 orang, termasuk lebih dari 8.000 anak-anak dan perempuan. Dunia internasional terus memantau dan memberikan tekanan terhadap Israel untuk menghentikan agresinya dan memberikan bantuan kemanusiaan yang dibutuhkan oleh warga Palestina di Gaza.

Usulan Iran Beri Sanksi Embargo Minyak ke Israel Diabaikan dan Ditolak Negara-negara Arab

Sementara itu, dalam Konferensi Tingkat Tinggi antara Liga Arab dan Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) di Riyadh, usulan Presiden Iran, Ebrahim Raisi, untuk memberi sanksi embargo minyak terhadap Israel dalam upaya menghentikan agresinya di Jalur Gaza diabaikan oleh negara-negara Arab.

Raisi menyuarakan dukungan terhadap Hamas dan meminta menjatuhkan sanksi embargo minyak serta barang terhadap Israel.

"Tidak ada cara lain selain melawan Israel, kami mendukung Hamas atas perlawanannya terhadap Israel," kata Raisi dalam pidatonya, seperti dikutip Iran International, Sabtu (11/11/23).

Meski demikian, permintaan tegas Raisi ini ditolak oleh sejumlah negara Arab, termasuk Mesir, Qatar, dan Yordania. Mesir dan Yordania masing-masing telah menandatangani perjanjian damai dengan Israel pada tahun 1979 dan 1994.

Sementara itu, permintaan pemutusan hubungan diplomatik dengan Israel juga ditentang oleh Uni Emirat Arab (UEA) dan Bahrain, yang telah normalisasi hubungan dengan Israel pada tahun 2020 lewat Abraham Accords.

Pandangan Iran yang ditolak negara Arab lainnya yaitu soal solusi dua negara. Negara-negara Arab bersikeras bahwa Palestina dan Israel mesti hidup berdampingan berdasarkan perbatasan 4 Juni 1967. Namun, menurut Iran, Negeri Zionis tidak boleh ada sama sekali.

Meski terjadi perselisihan di antara negara-negara anggota Liga Arab dan OKI yang hadir, pertemuan luar biasa ini sendiri telah menghasilkan klausul yang menyepakati penghentian agresi Israel di Gaza.

KTT ini menelurkan komunike yang di antaranya mengutuk agresi Israel, menolak klaim Israel bahwa mereka bertindak atas dasar bela diri, serta menuntut Dewan Keamanan PBB segera mengadopsi resolusi yang tegas dan mengikat.

Jika anda keberatan dan memiliki bukti atau alasan yang kuat bahwa artikel berita ini tidak sesuai dengan fakta, anda dapat melakukan pengaduan pada tautan ini

Tulis Komentar

0 Komentar