Menggugat Data Kemiskinan BPS, Anthony Budiawan: Tidak Realistis dan Tidak Manusiawi

Opini | 18 May 2023 | 20:57 WIB
Menggugat Data Kemiskinan BPS, Anthony Budiawan: Tidak Realistis dan Tidak Manusiawi
Foto: Ilustrasi

Uwrite.id - Badan Pusat Statistik (BPS) telah menetapkan garis kemiskinan di Indonesia dengan pendapatan sebesar Rp13.000 per orang per hari. Namun, angka tersebut oleh Managing Director PEPS (Political Economy and Policy Studies), Anthony Budiawan, dinilai tidak realistis dan tidak manusiawi untuk saat ini.

Dalam artikelnya yang berjudul "Manipulasi Garis Kemiskinan Tidak Bisa Menghapus Fakta Kemiskinan," Anthony Budiawan menyatakan pendapatnya bahwa kemiskinan adalah kondisi di mana pendapatan seseorang tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari, termasuk pangan, pakaian, tempat tinggal, kesehatan, dan pendidikan.

Kemiskinan absolut atau ekstrim terjadi ketika pendapatan seseorang tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan gizi minimum harian, yang pada akhirnya dapat berdampak negatif pada pertumbuhan manusia, seperti stunting.

BPS telah menetapkan kebutuhan gizi minimal harian sebesar 2100 kilokalori dan garis kemiskinan sebesar Rp535.547 per orang per bulan pada tahun 2022. Namun, pengungkapan ini dipertanyakan karena dianggap sulit diterima oleh akal sehat.

Dalam analisis yang dilakukan oleh Tim Jurnalisme Data Harian Kompas, dengan menggunakan acuan Food and Agriculture Organization (FAO) tentang makanan bergizi seimbang, biaya rata-rata nasional untuk memenuhi gizi harian seimbang mencapai Rp22.126 per orang per hari atau sekitar Rp663.791 per orang per bulan.

Berdasarkan kriteria tersebut, sekitar 183,7 juta orang atau 68 persen dari populasi Indonesia masuk dalam kategori miskin.

Analisis ini juga sejalan dengan data dari FAO yang menunjukkan bahwa 69,1 persen penduduk Indonesia tidak mampu membeli pangan yang bergizi. Oleh karena itu, kebijakan garis kemiskinan yang ditetapkan oleh BPS saat ini perlu direvisi.

Menurut Anthony, garis kemiskinan sebesar Rp13.000 per orang per hari dianggap tidak realistis dan tidak manusiawi untuk saat ini. Jumlah tersebut tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan dasar gizi harian berdasarkan standar makanan sehat.

Oleh karena itu, Anthony berpendapat bahwa revisi kebijakan garis kemiskinan menjadi hal yang mendesak guna menghadirkan pendekatan yang lebih realistis dan manusiawi terhadap permasalahan kemiskinan di Indonesia.

Menulis di Uwrite bisa dapat penghasilan, Investasikan tulisan anda sekarang juga
Daftar di sini

Jika anda keberatan dan memiliki bukti atau alasan yang kuat bahwa artikel berita ini tidak sesuai dengan fakta, anda dapat melakukan pengaduan pada tautan ini

Tulis Komentar