Menembus Batas Buku: Membangun Minat Baca Diera Digital

Pendidikan | 04 Oct 2025 | 21:44 WIB
Menembus Batas Buku: Membangun Minat Baca Diera Digital
Dr. Esti Susiloningsih, M.Si. Dwi Cahaya Nurani, M.Pd.

Membaca dalam Bayang-Bayang Gadget

Zaman digital seperti sekarang ini membuat kebiasaan membaca di kalangan masyarakat Indonesia jadi semakin sulit dipertahankan. Berdasarkan yah Survei Kominfo: Indeks Literasi Digital 2022 Naik Jadi 3,54. Ini memang tanda kemajuan yang bagus, tapi ironisnya, kenaikan literasi digital ini tidak selalu berarti minat baca ikut bertambah. Sebaliknya, banyak orang lebih suka menghabiskan waktu di media sosial, nonton video pendek, atau asal gulir layar daripada ambil buku yang butuh fokus dan waktu lebih. Situasi seperti ini bikin ada jarak lebar antara kemampuan dapat informasi dan cara mengolahnya lewat membaca yang bener-bener mendalam.

Seorang mahasiswa di Jakarta bilang, “Saya lebih sering membaca caption di Instagram dari pada membaca buku kuliah.” Kata-kata itu terdengar biasa aja, tapi sebenarnya ngegambarin apa yang dialami banyak anak muda di Indonesia: lebih nyaman sama teks pendek daripada bacaan panjang. Akibatnya, kemampuan berpikir kritis terganggu, dan budaya membaca yang dulu kuat sekarang mulai goyah. Arus digital yang deras bikin membaca terasa ketinggalan jaman dibanding hiburan cepat yang lebih seru dan langsung.

Tapi, bukan berarti budaya membaca harus hilang begitu aja. Teknologi yang maju justru bawa solusi baru. Perpustakaan Nasional Indonesia misalnya, udah luncurin platform digital kayak iPusnas dan IOS, Solusi Digital Literasi, yang bikin orang bisa akses ribuan buku langsung dari gadget mereka. Aplikasi ini nunjukin kalau buku nggak lagi terikat sama tempat atau waktu. Baik di kota atau desa, siapa pun bisa baca tanpa harus ke perpustakaan sungguhan. Intinya, teknologi bisa jadi penghubung buat bangkitin lagi semangat membaca di dunia digital.

Survei Status Literasi Digital Indonesia 2022 dari Katadata juga catat ada peningkatan tren, meski tantangan utama masih di keamanan digital dan budaya digital yang belum mateng sepenuhnya. Laporan dari Indonesia Baik nambahin kalau literasi digital memang naik, tapi kualitasnya belum rata di semua umur atau daerah. Jadi, ada perbedaan besar antara orang yang pinter manfaatin teknologi buat baca dengan yang malah stuck di konsumsi digital yang cuma sekilas.

Biar tantangan ini teratasi, pemerintah Indonesia udah gerak cepat lewat program literasi. Contohnya Gerakan Literasi Nasional (GLN), yang fokus ngebangun minat baca dari kecil. Lewat GLN, sekolah didorong buat perkuat aktivitas literasi, dan masyarakat biasa juga diajak aktifin budaya baca di sekitar mereka. Bahkan, pemerintah sebarkan 29 juta buku ke daerah 3T (Terdepan, Terluar, Tertinggal) supaya akses literasi lebih adil. Ini langkah krusial biar anak-anak di pelosok punya peluang sama buat biasain diri baca.

Nggak cuma itu, Gerakan Literasi Sekolah (GLS) jadi garda terdepan buat naikin budaya baca di sekolah. Program favoritnya adalah baca 15 menit sebelum belajar mulai. Kebiasaan kecil ini ternyata ampuh banget buat tanamkan rutinitas membaca sejak dini. Direktorat PAUD Dikdasmen bilang kalau literasi nggak cuma soal baca tulis, tapi juga pondasi pendidikan karakter, seperti yang dijelasin di program resmi mereka. Jadi, membaca bantu bentuk karakter anak sekaligus latih pikiran kritis mereka.

Di sisi perpustakaan, transformasi digital makin bikin literasi lebih kuat. Aplikasi iPusnas dan Indonesia One Search (IOS), Solusi Digital Kebutuhan, kasih akses gratis ke ribuan e-book, bisa dibaca kapan pun dan di mana aja. Fitur cari, catat digital, sampe share bacaan bikin pengalaman baca lebih hidup dan cocok buat gaya hidup digital anak muda. Nggak perlu bawa buku berat lagi, cukup gadget di tangan, baca bisa dilakukan di perjalanan, nongkrong, atau pas mau tidur.

Dari semua ini, terlihat kalau minat baca di Indonesia masih punya rintangan gede, walaupun indeks literasi digital lagi naik. Pemerintah, sekolah, dan perpustakaan udah berusaha keras, dari Gerakan Literasi Nasional, "Gerakan Literasi Sekolah, bagi-bagi jutaan buku, sampe ubah digital lewat iPusnas. Tapi, usaha ini nggak bakal jalan tanpa kesadaran pribadi. Membaca harus diliat sebagai bagian hidup, bukan tugas doang, yang bisa tambah ilmu, kuatin kompetisi, dan bentuk diri yang lebih baik.

Sekarang waktunya kita tembus batas buku: bikin membaca jadi kebiasaan harian, entah lewat kertas atau layar. Gabungin gerakan literasi sama teknologi, Indonesia bisa punya budaya baca yang solid, lahirin generasi pintar, dan siap hadapi dunia digital yang penuh tantangan.

Menulis di Uwrite bisa dapat penghasilan, Investasikan tulisan anda sekarang juga
Daftar di sini

Jika anda keberatan dan memiliki bukti atau alasan yang kuat bahwa artikel berita ini tidak sesuai dengan fakta, anda dapat melakukan pengaduan pada tautan ini

Tulis Komentar