Menag: Indonesia Contoh Toleransi Beragama yang Damai
Uwrite.id - Menteri Agama (Menag) Nasaruddin Umar mengungkapkan bahwa Indonesia memiliki potensi yang unik dan berharga bagi masyarakat global, yaitu kerukunan dalam keberagaman agama. Hal tersebut diutarakannya saat menjadi pembicara dalam sebuah acara talkshow di televisi nasional.
Menurut Menag Nasaruddin, keberagaman Indonesia menawarkan nilai jual tersendiri yang tidak dimiliki banyak negara. "Indonesia adalah negara besar, sangat plural, namun politiknya stabil. Ditambah lagi, perekonomian kita juga terus bertumbuh, walaupun dengan berbagai catatan. Kita adalah negara dengan jumlah umat Islam terbesar kedua di dunia setelah Pakistan," kata Nasaruddin, dikutip dari situs resmi Kementerian Agama pada Minggu, 3 November 2024.
Namun, Menag menekankan bahwa kekuatan kerukunan ini masih belum mendapat promosi yang cukup di kancah internasional. "Indonesia adalah contoh yang sangat baik dalam pola hidup beragama yang toleran, stabil, dan damai," tambahnya.
Menag Nasaruddin pun mengungkapkan bahwa ia kerap menerima tamu dari berbagai negara yang ingin belajar mengenai cara Indonesia menjaga harmoni di tengah beragamnya keyakinan dan budaya.
"Banyak pemimpin dari luar negeri ingin memahami bagaimana Indonesia dengan keanekaragaman agama, budaya, serta luasnya wilayah, mampu hidup rukun," jelasnya.
Ia juga menegaskan bahwa wajah keberagamaan Indonesia memberikan kontribusi besar dalam membangun citra positif bangsa. "Bangsa ini tidak bisa dibangun tanpa ketenangan sosial. Kementerian Agama memiliki peran penting dalam menjaga situasi yang damai ini," katanya.
Menag Nasaruddin menambahkan bahwa sebagian besar upaya yang dilakukan Kementerian Agama tidak selalu terlihat kasat mata. Salah satunya adalah pembinaan yang diarahkan pada hati dan perilaku masyarakat. Dengan demikian, diharapkan ada keselarasan antara kehidupan sehari-hari dengan nilai-nilai agama.
"Makin jauh masyarakat dari ajaran agamanya, makin menunjukkan adanya tantangan dalam pembinaan. Namun, semakin dekat masyarakat dengan ajaran agamanya, maka itu tanda keberhasilan," ungkapnya lebih lanjut.
Nasaruddin menutup penjelasannya dengan menggarisbawahi bahwa keberagamaan tidak hanya diukur melalui formalitas, melainkan bagaimana filosofi ajaran agama itu diinternalisasi dan diterapkan dalam kehidupan.
"Jika masih ada jarak antara pemeluk dan ajaran agama, maka masih ada pekerjaan rumah yang harus diselesaikan," pungkasnya. ***
Tulis Komentar