Kawasan di Sekitar Proyek IKN Tetap dalam Batas Aman dari Sisi Tata Kelola LH

Lingkungan Hidup | 21 Jun 2024 | 12:49 WIB
Kawasan di Sekitar Proyek IKN Tetap dalam Batas Aman dari Sisi Tata Kelola LH
Akibat dari berbagai tekanan ini, populasi pesut mahakam hanya menyisakan 67 ekor saja. (Sumber foto: Koral[dot]info)

Uwrite.id - Balikpapan - Teluk Balikpapan tidak hanya sekedar perairan biru nan luas, tetapi juga rumah bagi berbagai satwa endemik dan dilindungi. Namun, keberadaan proyek pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) yang masif mulai membawa dampak yang cukup mengkhawatirkan terhadap lingkungan di sekitarnya.

Beberapa satwa endemik yang menghuni kawasan ini, seperti pesut mahakam, duyung, lumba-lumba hidung botol, bekantan, dan berbagai jenis burung, mulai menunjukkan tanda-tanda kelangkaan. Banyak di antara mereka berada dalam status konservasi rentan atau bahkan terancam punah.

Keprihatinan ini semakin menjadi-jadi saat Majalah Tempo edisi 10-16 Juni 2024 mencatat adanya sejumlah ancaman lingkungan yang menyertai proyek pembangunan IKN di Teluk Balikpapan.

Permasalahan ini mencakup kebisingan bawah air, pembabatan hutan mangrove, hilangnya mangrove endemis, pencemaran logam berat, hingga ancaman serius bagi habitat pesut mahakam.

Pesut mahakam, yang menjadi salah satu ikon penting dari Teluk Balikpapan, mengalami tekanan yang luar biasa.

Habitat mereka terganggu akibat kebisingan bawah air dari aktivitas konstruksi, pencemaran logam berat, dan sedimentasi yang menurun kualitas air.

Pesut mahakam diketahui sangat sensitif terhadap perubahan lingkungan. Kebisingan mengganggu komunikasi mereka, sementara pencemaran dan sedimentasi merusak ekosistem perairan yang menjadi sumber makanan utama mereka.

Akibat dari berbagai tekanan ini, populasi pesut mahakam hanya menyisakan 67 ekor saja.

Selain pesut mahakam, biota lain di Teluk Balikpapan juga terancam eksistensinya.

Duyung, lumba-lumba hidung botol, bekantan, monyet ekor panjang, lutung kelabu, berbagai jenis burung seperti elang, bangau, enggang, dan kuntul, padang lamun, hingga terumbu karang terdampak degradasi habitat yang semakin hari semakin akut.

Jenis-jenis biota ini dikabarkan mengalami stres dan serangan panik, dugaan ini berdasarkan penurunan drastis populasi mereka.

Salah satu ancaman terbesar yang dihadapi penghuni Teluk Balikpapan adalah pembangunan Bendungan Sepaku Semoi dan Intake Sungai Sepaku yang menyebabkan migrasi pesut terganggu.

Bendungan dan sistem intake ini mempengaruhi aliran air dan kualitas ekosistem sungai, menyebabkan pesut kesulitan mencari makan dan tempat berlindung. Selain itu, pembabatan hutan mangrove yang menjadi rumah bagi berbagai jenis satwa membuat situasi semakin complicate.

Menyikapi permasalahan ini, langkah-langkah mitigasi mulai diterapkan.

Beberapa putra-putri bangsa yang peduli pada kelestarian lingkungan hidup terus mencari solusi guna meminimalisir dampak buruk pembangunan.

Program rehabilitasi mangrove dan monitoring kualitas air menjadi upaya yang sedang digiatkan, guna mengembalikan keseimbangan ekosistem Teluk Balikpapan.

Namun, solusi-solusi tersebut memerlukan pengawasan ketat dan eksekusi yang tepat agar penerapan di lapangan bisa menjamin keberlanjutan kehidupan satwa dan ekosistem sekitar IKN. Ini semua menuntut keseriusan dan sinergi antara pemerintah, akademisi, masyarakat, dan pemegang kepentingan lainnya.

Dengan upaya kolaboratif dan komprehensif, diharapkan kawasan Teluk Balikpapan bisa tetap dalam batas aman dari sisi tata kelola lingkungan hidup, meskipun berada di tengah-tengah proyek pembangunan yang besar.

Melestarikan alam tidak hanya tanggung jawab satu pihak saja, tetapi menjadi tugas bersama agar warisan alam ini tetap lestari untuk generasi mendatang. (*)

Menulis di Uwrite bisa dapat penghasilan, Investasikan tulisan anda sekarang juga
Daftar di sini

Jika anda keberatan dan memiliki bukti atau alasan yang kuat bahwa artikel berita ini tidak sesuai dengan fakta, anda dapat melakukan pengaduan pada tautan ini

Tulis Komentar