Kasus Pencucian Uang di Singapura Menjadi Agenda Utama Parlemen

Asia | 03 Oct 2023 | 12:56 WIB
Kasus Pencucian Uang di Singapura Menjadi Agenda Utama Parlemen
Gedung Parlemen Singapura pada 19 Agustus 2019 di Singapura. Foto oleh Athanasios Gioumpasis/Getty Images

Uwrite.id - Singapura telah lama memanfaatkan reputasi pemerintahannya yang bersih dan tidak menoleransi kejahatan untuk menarik investasi asing dan masyarakat kaya. Hal ini dipertanyakan setelah pihak berwenang menyita aset senilai lebih dari 1,8 miliar dolar AS dan menangkap sepuluh orang asing—semuanya berasal dari Tiongkok—atas dugaan pemalsuan dan pencucian hasil penipuan dan perjudian online ilegal.

Anggota parlemen mengajukan puluhan pertanyaan yang harus dijawab oleh pemerintah, termasuk perlunya memperketat peraturan pencucian uang yang ada, langkah-langkah lebih lanjut untuk mencegah kejahatan lintas batas dan pemeriksaan imigrasi. Akan ada pernyataan dari Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Perdagangan dan Industri, serta Kementerian Keuangan dan Pembangunan Nasional.

Kasus ini, yang mulai menjadi perhatian publik pada pertengahan bulan Agustus, menyoroti aliran dana dari luar negeri dan apakah sektor keuangan senilai 2 triliun dolar AS yang menggerakkan perekonomian negara tersebut telah melakukan upaya yang cukup untuk memblokir transaksi-transaksi yang meragukan. Singapura telah menyaksikan masuknya orang-orang kaya dari Asia, termasuk mereka yang berasal dari Tiongkok, yang mencari investasi yang aman di tengah tindakan keras di Tiongkok dan pembatasan pandemi.

Arus masuk kekayaan lintas batas ke Singapura berjumlah 1,5 triliun dola AS tahun lalu, menurut perkiraan Boston Consulting Group. Hal ini menjadikan negara ini sebagai pusat keuangan terbesar ketiga di dunia setelah Swiss dan Hong Kong, tempat orang-orang kaya memarkir aset mereka.

Piyush Gupta, CEO bank terbesar di Singapura DBS Group Holdings Ltd, pekan lalu membandingkan proses mengidentifikasi transaksi terlarang seperti mencari jarum di tumpukan jerami, bahkan dengan penggunaan teknologi.

Pihak berwenang mengatakan bulan lalu operasi tambahan mencakup penyitaan rekening bank dengan nilai lebih dari 1,13 miliar dola Singapur dan mata uang kripto lebih dari 38 juta dolar Singapura. Polisi juga telah mengeluarkan perintah untuk mencegah penjualan lebih dari 110 properti dan 62 kendaraan dengan total nilai lebih dari 1,24 miliar dolar Singapura.

Bank-bank di negara kepulauan kaya tersebut meningkatkan pengawasan terhadap beberapa nasabah kelahiran Tiongkok yang memiliki kewarganegaraan lain.

Beberapa pemberi pinjaman telah meninjau pembukaan rekening baru dan transaksi dengan klien asal Tiongkok yang membawa paspor terkait investasi, dilansir dari Bloomberg. Setidaknya satu bank internasional menutup beberapa rekening klien dengan kewarganegaraan dari negara-negara termasuk Kamboja, Siprus, Turki dan Vanuatu.

Jika anda keberatan dan memiliki bukti atau alasan yang kuat bahwa artikel berita ini tidak sesuai dengan fakta, anda dapat melakukan pengaduan pada tautan ini

Tulis Komentar

0 Komentar