Injury Time Nama Cawapres Bisa Belok, RK-08 Diplomasi Cilok, Belum Saatnya Jika Dibuka Tak Elok

Pemilu | 14 Sep 2023 | 11:58 WIB
Injury Time Nama Cawapres Bisa Belok, RK-08 Diplomasi Cilok, Belum Saatnya Jika Dibuka Tak Elok
Di Kertanegara, Prabowo bertatap muka 4 mata dengan Ridwan Kamil membicarakan peluang-peluang yang bisa menjadi benih kerjasama di antara dua partai politik, Gerindra dan Golkar, pada Rabu (13/09) malam.

Uwrite.id - Pertarungan untuk menentukan siapa bacawapres yang akan mendampingi Ganjar Pranowo dan Prabowo Subianto, kian gencar. Setelah Muhaimin Iskandar bakal mendampingi bacapres Anies Baswedan, kini Ridwan Kamil mulai dimunculkan. Ada yang mengatakan Ridwan Kamil layak berpasangan mendampingi Ganjar Pranowo, namun dari internal Partai Golkar menampik hal itu dan hanya mengatakan bahwa Ridwan Kamil dipersiapkan oleh partai cukup untuk bertarung di ajang Pilgub Jawa Barat semata. Tentu argumentasi bahwa RK menjaga ‘fatsoen politik’ dengan Ketum Airlangga ini rasional pula.

Nama Ridwan Kamil semakin mencorong dan diunggulkan untuk menempati posisi sebagai salah satu bakal calon wakil presiden untuk mendampingi Prabowo Subianto, selain secara khusus kemunculannya menyita perhatian warganet, saat menemui Megawati Soekarnoputri, Selasa, tanggal 05/09 lalu di Teuku Umar. Pertemuan itu pulalah yang sempat menimbulkan spekulasi khalayak ramai akan peluang mantan Gubernur Jawa Barat itu mendampingi Ganjar Pranowo.

Sejumlah pimpinan PDI Perjuangan membenarkan hal itu, terlebih lagi fakta terungkap, Ridwan Kamil sebagaimana disebutkan telah bertemu Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri.

Belakangan Menko Polhukam Mahfud MD juga disebut sebagai alternatif lainnya sebagai bacawapres Ganjar.

Beberapa media melaporkan Mahfud mengaku sudah bertemu Megawati.

Di sisi lain, bacapres Koalisi Indonesia Maju sekaligus Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto bertatap muka 4 mata dengan Waketum Golkar Ridwan Kamil, Rabu (13/09) malam. Ada cilok istimewa dan pembahasan khusus di Kertanegara.

"Jadi benar tadi malam Pak Prabowo makan malam bersama Pak Ridwan Kamil. Beliau makan di Kertanegara, Kang Emil datang lalu membawa oleh-oleh cilok untuk Pak Prabowo. Mereka makan malam, ya bercerita panjanglah," kata Ketua DPP Gerindra Andre Rosiade saat dihubungi melalui sambungan telepon, Kamis (14/09).

Ia menambahkan, banyak hal yang dibahas. Apalagi Prabowo dan Ridwan Kamil sudah lama memiliki hubungan istimewa.

"Ya ‘kan, Pak Ridwan Kamil ini kan secara stories punya hubungan yang baik dengan Pak Prabowo. Bahkan beliau jadi calon wali kota (Bandung) ’kan didukung Gerindra. Cerita apa yang dilakukan selama beliau di Jawa Barat, meng-update-lah ke Pak Prabowo," ujarnya.

"Lalu silaturahmi makan malam bareng. Wajarlah, Kang Emil punya hubungan baik dengan Pak Prabowo. Kang Emil juga kan merupakan kader Golkar, merupakan bagian dari keluarga besar Koalisi Indonesia Maju," sambungnya.

Prabowo bersantap malam bersama Ridwan Kamil di kediaman Kertanegara pada Rabu (13/09) malam.

Sekjen Gerindra Ahmad Muzani sebelumnya mengatakan, Prabowo Subianto juga melirik Ridwan Kamil sebagai kandidat cawapres. Lantas, dalam pertemuan tersebut, Prabowo langsung menawari eks Gubernur Jabar itu posisi cawapres?

Andre menjawab diplomatis. Ujarnya, Gerindra dan Prabowo tentu tak memungkiri nama Ridwan Kamil di survei sedemikian moncer.

Ridwan memang senantiasa menempati urutan 3 besar di berbagai survei. Pesaingnya ada Menteri BUMN Erick Thohir dan Menparekraf Sandiaga Uno.

"Jadi begini, Kang Emil itu kan kalau di survei-survei salah satu kandidat cawapres yang menonjol. Tapi siapa cawapres Pak Prabowo kan tergantung musyawarah mufakat para ketum partai," katanya.

Parpol yang dimaksud Andre adalah Gerindra, PAN, Golkar, dan PBB.

"Kita tunggulah kesepakatannya apa," tukas Andre.

Cilok sebagai menu kudapan yang dibawakan Ridwan Kamil ke Kertanegara untuk Prabowo Subianto (Istimewa)

Pada kesempatan berbeda, Partai Keadilan Sejahtera (PKS) melalui Wakil Ketua Majelis Syura Hidayat Nur Wahid menegaskan bahwa partainya tetap mendukung capres Anies Baswedan dan tidak akan keluar dari Koalisi Perubahan untuk Persatuan.

”PKS tetap konsisten dengan keputusan-keputusan Majelis Syura soal bacapres maupun bacawapres,” ungkap Hidayat dalam keterangannya, Senin (11/09).

Hingga berita ini diturunkan, PKS belum mengadakan musyawarah Majelis Syura terkait pengusungan pasangan Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar dalam Pilpres 2024.

Peneliti Indikator Politik Indonesia, Adam Kamil, menilai Demokrat kemungkinan besar akan bergabung dengan koalisi PDIP, demikian pula PPP pun akan tetap bertahan di dalam koalisi dengan PDIP tersebut.

Sebab, jika kedua partai itu memutuskan untuk membuat ‘poros keempat’ maka jumlah kursi tidak akan cukup untuk memenuhi batas 20% suara gabungan partai.

”Keuntungan bergabung dengan PDIP, yang pasti dia bisa mengusung capres dan berpeluang mendapat coattail effect (efek ekor-jas) dari capres yang diusungnya. Kalau kerugiannya, dia tidak punya calon yang diusung,” ujar Adam.

Apa Pro-Kontra PPP dan Demokrat Jika Bergabung dengan Koalisi Besar?

Anggota Majelis Tinggi Partai Demokrat, Syarief Hasan, menyatakan bahwa Demokrat masih mempertimbangkan koalisi mana yang mereka akan pilih untuk bergabung.

“Kita belum bisa menentukan yang mana kita lebih condong. Karena kita masih punya waktu yang banyak untuk melakukan evaluasi. Dan tingkat kenyamanan juga menjadi pertimbangan kita,“ ujar Syarief.

Ia mengungkapkan komunikasi antara Demokrat dan koalisi Ganjar dan koalisi Prabowo masih terus berjalan. Namun, Demokrat sudah tidak lagi mengharuskan AHY dipilih menjadi bakal cawapres jika diterima oleh koalisi lain.

“Kalau koalisi baru, mungkin kita masih mempertimbangkan itu. Tetapi kalau merapat ke koalisi, mungkin sudah tidak mempertimbangkan lagi (mencalonkan AHY),“ tutur Syarief.

Direktur Eksekutif Puskapol UI sekaligus dosen Departemen Ilmu Politik FISIP UI, Hurriyah, menilai keputusan Demokrat cukup wajar karena dari segi elektabilitas, sosok AHY kurang kuat untuk mendongkrak calon-calon yang ada.

“Pilihan paling rasional yang bisa diambil oleh Demokrat kalau mereka ingin menjadi bagian dari koalisi, adalah mengikuti saja koalisi mana pun yang mau menerima Demokrat,“ tukas Hurriyah.

Berbeda halnya dengan PPP, yang menurut Adam masih memiliki keinginan untuk mengusung Sandiaga Uno sebagai cawapres Ganjar. Meskipun, menurut dia, elektabilitas Sandiaga masih kalah dengan Ridwan Kamil, mantan Gubernur Jawa Barat.

Tak hanya itu, sosok yang akrab disapa Kang Emil disebut berpotensi mendongkrak popularitas Ganjar karena Jawa Barat juga memiliki konsentrasi pemilih terbesar secara nasional, yakni 17% hingga 18%.

Sehingga, sambungnya, wajar jika pihak Ganjar melirik Ridwan Kamil sebagai bakal cawapres.

“Cukup jauh signifikan antara Ridwan Kamil dan Sandiaga Uno. Bang Sandi di bawah, kalau Kang Emil di atas,“ lengkapnya.

Terkait cawapres Ganjar, Sekretaris Jenderal PPP Arwani Thomafi menegaskan bahwa PPP berkomitmen untuk menjalankan amanat Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) Kelima, yaitu “memenangkan Ganjar Pranowo dan memperjuangkan Sandiaga Uno sebagai cawapres Ganjar“.

Andai pun akhirnya bukan Sandiaga Uno yang terpilih menjadi cawapres Ganjar, ia menegaskan pihaknya akan tetap menjajaki proses kerja sama politik yang ada demi memperkuat ikatan internal antara PPP dan PDIP.

“Kami tentu percaya atas dasar kerja sama ini akan berjalan dengan baik. Semua keputusan nanti akan dibicarakan, dimusyawarahkan dan itu semua (terkait) bagaimana memenangkan Pak Ganjar Pranowo,“ ujar Arwani.

Ketua Majelis Pertimbangan PPP, Muhammad Romahurmuziy mengatakan hingga kini Sandiaga Uno menjadi satu-satunya nama yang diusulkan empat partai koalisi sebagai cawapres pendamping Ganjar Pranowo di Pilpres 2024.

"Perlu kami tegaskan, hanya nama Pak Sandi yang muncul di pertemuan para Ketum pekan lalu. Karena hanya PPP melalui Pak Mar (Mardino, Ketum PPP) yang mengajukan nama cawapres, yaitu Pak Sandi, sesuai hasil Rapimnas PPP 17-18 Juni lalu," tutur Rommy dalam keterangannya kepada media, Senin (11/09).

Nama Oesman Sapta Odang (OSO) dan Tuan Guru Bajang (TGB) Kerap Disebut-Sebut, di Luar SSU

Rommy menyebut, dua partai lain yakni Partai Hanura dan Perindo hingga kini belum mengusulkan nama cawapres Ganjar. Kendati demikian, di sejumlah dengungan media sosial, nama Oesman Sapta Odang dan nama Tuan Guru Bajang (TGB) kerap disebut-sebut.

Rommy meyakini Sandiaga Salahuddin Uno (SSU) merupakan kandidat terkuat cawapres pendamping Ganjar.

Realita Posisi PKS Makin Kukuh Setelah PKB Bergabung ke Koalisi

Kendati PKS masih belum menentukan sikap terkait pasangan Anies-Cak Imin, peneliti Indikator Politik Indonesia, Adam Kamil menilai PKS tidak mungkin keluar dari koalisi perubahan yang mengusung Anies Baswedan.

“Basisnya PKS itu ada di dalam Anies. Kalau mereka lompat dari gerbong itu, belum tentu basisnya ikut partainya. Jadi tetap berat bagi PKS,” kata Adam.

Ia mengatakan kalaupun PKS tak lagi mendukung Anies, para pendukung partai tersebut akan tetap berpihak pada Anies meskipun berseberangan dengan pilihan partai.

Lebih lanjut, meski PKS dan PKB dianggap memiliki paham yang berseberangan karena PKS merepresentasikan Islam modernis sedangkan PKB melambangkan kaum Islam tradisional, Adam menilai hal tersebut justru dapat menguatkan koalisi Anies.

”Seandainya koalisi ini bisa mengkonsolidasikan paling tidak 60% basis Islam, itu bisa menang satu putaran. Karena itu menggabungkan dua basis Islam yang terbelah,” imbuh Adam.

Ia pun yakin bahwa musyawarah Majelis Syura tidak akan banyak membahas mengenai apakah PKS menerima atau menolak Muhaimin sebagai Cawapres Anies. Melainkan, mereka akan membicarakan strategi paling tepat untuk memenangkan Pilpres 2024 dengan Anies.

Terkait hubungan antara PKS dan PKB, juru bicara PKS Pipin Sopian mengatakan hubungan antara kedua partai cukup baik dan kerja sama berjalan dengan lancar. Bahkan, PKS dan PKB pernah berkoalisi di beberapa daerah saat pilkada.

”Kami sebetulnya (hubungan) dengan PKB baik, dengan Cak Imin silaturahmi juga terjalin. Malah saya kira dengan PKB hadir di koalisi perubahan, kami yakin peluang Anies Baswedan menang besar,” ulas Pipin.

Ia mengatakan bahwa PKS masih mempersiapkan diselenggarakannya musyawarah Majelis Syura yang akan menghasilkan keputusan akhir terkait Anies-Cak Imin. Bahkan Cak Imin juga berencana mengunjungi PKS untuk menjalin silaturahmi, katanya.

Wakil Ketua MPR RI sekaligus Wakil Ketua Majelis Syura Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Hidayat Nur Wahid mengatakan bahwa gabungan suara PKS dan PKB dapat memperbesar peluang Anies memenangkan Pilpres 2024.

”Sangat wajar apabila Bacapres Anies Baswedan, Nasdem dan PKB sangat berharap agar bisa menang, dengan PKB kuat di Jatim dan Jateng, tapi juga dengan PKS yang kuat di Jabar, Jakarta dan Banten.

Apakah Menguntungkan bagi Parpol-Parpol Jika Membentuk 'Poros Keempat'?

Dengan sikap PKS yang masih enggan meninggalkan koalisi Anies, Direktur Eksekutif Puskapol UI, Hurriyah mengatakan kemungkinan terbentuk poros keempat yang terdiri dari PPP dan Demokrat sangat benar-benar tidak mungkin terjadi.

”Membentuk koalisi baru itu enggak mudah apalagi kalau sekadar membuat koalisi, kemudian mencari minimal 25% kursi partai yang memenuhi, itu bisa saja gabungan partai," ulas Hurriyah.

”Namun, tantangannya adalah, apakah bisa memenangkan pemilu?” tanya Hurriyah.

Menurut Hurriyah, risiko membentuk poros keempat terlalu besar jika dibandingkan dengan peluang menang Pilpres 2024 jika harus berhadapan dengan koalisi Ganjar, koalisi Prabowo dan koalisi Anies. Sebab, untuk berkampanye saja membutuhkan ongkos dan sumber daya yang besar.

Berdasarkan pengamatannya, Hurriyah menilai semua partai saat ini sedang memperhitungkan cara mencapai kans terbesar untuk memenangkan Pilpres 2024 dari segi elektabilitas tokoh-tokoh yang diusung. Sementara, poros baru akan sulit diharapkan untuk menang.

”Membuat koalisi baru pun itu akan dianggap sebagai koalisi partai-partai buram. Karena figurnya enggak ada yang populer,” tutur Hurriyah.

Senada, peneliti Indikator Politik Indonesia, Adam Kamil, menyebut pembentukan koalisi keempat sebagai ‘jalan buntung’ bagi partai manapun yang berupaya melakukannya.

Dengan PKS tetap berdiri bersama Anies, ia mengatakan PPP dan Demokrat akan sulit menemukan partai besar lain yang dapat membantu mencapai syarat 20% suara gabungan partai yang dibutuhkan untuk mengusung calon baru.

”Kalau membuat poros baru untuk membangunnya susah. Dan waktu semakin pendek untuk konsolidasi di lapangan. Elektabilitas calon juga belum pasti angkanya seberapa,” ungkapnya.

Oleh karena itu, menjelang batas waktu pendaftaran pasangan capres-cawapres yang ditentukan KPU pada 10 Oktober 2023, ia menilai peta koalisi tidak akan banyak berubah.

”Porosnya tiga ini saja. Tetap dengan tiga poros dan komposisinya seperti ini. Plus dengan Demokrat satu lagi, entah ke Prabowo atau koalisi Ganjar. tapi kemungkinan besar ke koalisi Ganjar,” tutup Adam.

Ketua Badan Pemenangan Pemilu (Bappilu) Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Sandiaga Salahudin Uno mengatakan tak ada lagi isu membentuk poros baru dengan mengajak Partai Demokrat dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) untuk mengusung bakal capres yang baru.

"Kita (DPP PPP) istiqamah bersama dengan kerja sama politik yang telah kami tandatangani bersama PDI-P," ujar Sandiaga pada Ahad (10/09).

Ia mengatakan partainya akan konsisten mendukung bakal calon presiden (capres) Ganjar Pranowo bersama PDIP.  (*)

 

 

Menulis di Uwrite bisa dapat penghasilan, Investasikan tulisan anda sekarang juga
Daftar di sini

Jika anda keberatan dan memiliki bukti atau alasan yang kuat bahwa artikel berita ini tidak sesuai dengan fakta, anda dapat melakukan pengaduan pada tautan ini

Tulis Komentar