IHT Dorong Peningkatan Kompetensi Guru dalam Pertajam Interaksi di Antara Guru dan Siswa

Pendidikan | 08 Jul 2024 | 09:47 WIB
IHT Dorong Peningkatan Kompetensi Guru dalam Pertajam Interaksi di Antara Guru dan Siswa
Pelaksanaan IHT haruslah didampingi oleh narasumber yang mampu menyampaikan materi dengan lebih praktis dan aplikatif.

Uwrite.id - Jakarta - Pembelajaran abad 21 menekankan penguasaan dan pemanfaatan teknologi dalam pendidikan. Sekolah-sekolah kini berlomba menghadirkan berbagai media belajar berbasis teknologi untuk mendukung proses pembelajaran. Harapannya, pembelajaran akan semakin canggih, kreatif, dan menarik.

Namun, perkembangan teknologi yang begitu pesat sering kali melampaui kompetensi sebagian besar guru. Banyak di antara mereka merasa sudah kompeten dan inovatif dalam menggunakan teknologi. Namun, realitanya, masih ada yang mengalami kesulitan dalam penerapan teknologi secara optimal.

Sering kali, supervisi terhadap guru dianggap sebagai ajang pencarian kesalahan, bukan sebagai upaya perbaikan metode pengajaran. Hal ini menambah tekanan bagi guru, yang sebenarnya sudah memiliki dedikasi dan kompetensi yang luar biasa. Alih-alih merasa terbantu, mereka justru merasa gugup dan tertekan saat akan disupervisi.

Di sinilah peran In-House Training (IHT) sangat penting. IHT bisa menjadi solusi efektif untuk meningkatkan semangat dan kompetensi guru dalam mengajar. Biasanya, IHT diadakan di awal atau akhir semester untuk menjaga motivasi guru tetap tinggi. Selain itu, IHT juga bertujuan untuk meningkatkan kolaborasi antar-guru, yang merupakan bagian vital dari kompetensi abad 21.

Baca Juga: Rendi Susiswo Serahkan Buku IKN Karya Rektor Uniba IZ kepada Prof Jimly Asshiddiqie

Namun, pelaksanaan IHT haruslah didampingi oleh narasumber yang mampu menyampaikan materi dengan lebih praktis dan aplikatif. Sayangnya, tidak semua narasumber mampu melakukan hal ini dengan baik. Beberapa IHT justru berakhir dengan penyampaian materi yang terlalu konseptual dan kurang memberikan praktik nyata yang bisa langsung diterapkan di kelas.

Materi IHT sebenarnya tidak perlu terlalu muluk-muluk. Guru diajak untuk belajar bersama melalui praktek baik yang dapat mendorong semangat dan motivasi dalam mengajar. Praktik dalam IHT bisa mulai dari penggunaan metode sederhana hingga yang kompleks, dari media tradisional hingga media berteknologi tinggi.

Hal ini penting agar guru mampu mensinergikan media yang ada dengan metode yang tepat dalam pembelajaran. Sebagai contoh, media berbasis video tidak hanya digunakan untuk "nonton bareng", tetapi juga dipadukan dengan diskusi interaktif dan tugas-tugas kreatif yang melibatkan siswa secara aktif.

Menutup artikel ini, kehadiran IHT sangat penting untuk menjadikan pendidikan lebih baik. Kualitas IHT sangat berpengaruh terhadap kompetensi guru dan kualitas pembelajaran. Oleh karena itu, IHT idealnya dilaksanakan minimal sekali dalam setahun agar pembelajaran sepanjang hayat terus terjaga. 

Jika IHT dijalankan dengan baik, harapannya guru akan lebih siap menghadapi tantangan pendidikan abad 21, mampu meningkatkan interaksi yang lebih tajam dan bermakna dengan siswa, serta memanfaatkan teknologi secara optimal dalam proses belajar mengajar. (*)

Menulis di Uwrite bisa dapat penghasilan, Investasikan tulisan anda sekarang juga
Daftar di sini

Jika anda keberatan dan memiliki bukti atau alasan yang kuat bahwa artikel berita ini tidak sesuai dengan fakta, anda dapat melakukan pengaduan pada tautan ini

Tulis Komentar