Haidar Alwi: SPPG Polri Bukti Reformasi yang Sudah Berjalan Sebelum Wacananya.

Uwrite.id - R. Haidar Alwi, pendiri Haidar Alwi Care dan Haidar Alwi Institute, menilai program Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Polri merupakan bukti konkret bahwa reformasi kepolisian Indonesia telah berjalan lebih cepat daripada wacananya. Program ini diresmikan langsung oleh Presiden Prabowo Subianto pada 1 Juli 2025, bertepatan dengan peringatan Hari Bhayangkara ke-79 di Monumen Nasional Jakarta. Menurut Haidar Alwi, langkah Polri di bawah kepemimpinan Jenderal Listyo Sigit Prabowo tidak sekadar inovasi sosial, melainkan transformasi paradigma institusi: dari penegak hukum semata menjadi pelayan kemanusiaan yang hadir di tengah rakyat.
Dari Apresiasi Presiden ke Instruksi Nasional.
Dalam pidato Hari Bhayangkara, Presiden Prabowo memberi apresiasi atas keberhasilan Polri mengoperasikan dapur gizi melalui program SPPG yang mendukung agenda nasional Makan Bergizi Gratis (MBG). Program itu dinilai mewakili semangat Polri Presisi yang sesungguhnya: disiplin, efisien, dan berorientasi kemanusiaan. Per 23 September 2025, Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo melaporkan bahwa terdapat 617 SPPG di seluruh Indonesia, 103 sudah beroperasi, 31 dalam tahap persiapan, dan 483 masih dalam pembangunan.
Momentum baru muncul awal Oktober 2025. Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) menyatakan bahwa, atas instruksi Presiden Prabowo, seluruh dapur MBG lintas kementerian dan lembaga akan mencontoh sistem SPPG Polri. Instruksi ini dikeluarkan setelah beberapa kasus keracunan makanan di dapur non-Polri mendorong evaluasi menyeluruh terhadap keamanan pangan nasional. BGN menyebut standar SPPG Polri sebagai yang paling lengkap, dengan penerapan rapid test bahan makanan, sistem sanitasi berlapis, dan pengawasan gizi harian yang transparan.
Menurut Haidar Alwi, keputusan Presiden tersebut bukan sekadar tanggapan terhadap masalah teknis, melainkan pengakuan bahwa Polri telah menyiapkan standar reformasi sosial yang nyata. *“Keputusan Presiden menunjukkan bahwa Polri kini bukan hanya pelaksana kebijakan, tetapi penentu standar nasional. Ketika banyak lembaga masih menunggu panduan, Polri justru menjadi panduan itu sendiri,”* ujar Haidar Alwi.
Reformasi yang Nyata di Lapangan.
Bagi Haidar Alwi, SPPG Polri adalah bukti bahwa reformasi sejati tumbuh dari tindakan, bukan dari pidato atau perdebatan politik. Melalui ratusan dapur gizi di berbagai daerah, Polri menunjukkan cara baru melayani bangsa: memperkuat rasa aman melalui kesejahteraan. SPPG tidak hanya menyediakan makanan bergizi, tetapi juga membuka lapangan kerja lokal, menumbuhkan partisipasi warga, dan membangun kepercayaan publik terhadap institusi kepolisian.
“SPPG Polri adalah reformasi yang sudah berjalan sebelum wacananya. Ini bukan teori di meja rapat, tapi kerja di lapangan yang menyelamatkan masa depan anak bangsa,”
Haidar Alwi menilai banyak pihak yang sibuk berbicara soal reformasi justru tertinggal oleh realitas di lapangan. “Ketika yang lain baru membahas siapa yang layak diganti, Polri sudah memulai perubahan lewat dapur rakyat. Itulah reformasi yang sesungguhnya,”
Konsep Presisi yang diperkenalkan Kapolri kini tidak lagi berhenti sebagai slogan institusional. Melalui SPPG, Polri menerjemahkan Presisi menjadi kerja sosial yang terukur, memprediksi kerawanan gizi, bertanggung jawab terhadap kesejahteraan publik, transparan dalam pendistribusian pangan, dan menegakkan keadilan sosial di tingkat keluarga. *“Negara kuat bukan karena gaduhnya elite, tapi karena sehatnya rakyat. Polri sudah memahami hal itu. Mereka menjaga bangsa ini bukan hanya dengan senjata, tapi dengan kasih sayang,”* tutur Haidar Alwi.
Hentikan Provokasi, Lihat Fakta di Lapangan.
Menanggapi narasi politik yang menuntut pergantian pucuk pimpinan Polri, Haidar Alwi menilai isu tersebut tidak berdasar dan kontraproduktif terhadap reformasi yang sedang berjalan. Haidar Alwi menegaskan bahwa mengganti pemimpin yang sedang efektif bekerja hanya akan merusak momentum perubahan. “Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo sedang menjalankan reformasi melalui tindakan, bukan pernyataan. Mengganti orang yang sedang bekerja adalah langkah mundur yang merugikan bangsa,” tegas Haidar Alwi.
Keberhasilan Polri melalui SPPG menunjukkan bahwa reformasi sejati bukan sekadar restrukturisasi internal, melainkan keberanian untuk menempatkan kemanusiaan di pusat kebijakan. Dengan memperkuat gizi rakyat, Polri sesungguhnya sedang memperkuat ketahanan nasional dari akar terdalam, keadilan sosial dan kesejahteraan keluarga.
Haidar Alwi menilai bahwa di tengah riuh politik yang memperdebatkan arah reformasi kepolisian, Polri telah membuktikan diri sebagai pelopor perubahan nyata dan SPPG Polri adalah wajah baru reformasi Indonesia yang lembut namun tegas, efisien sekaligus manusiawi.
“Di balik setiap piring makan anak bangsa, ada polisi yang bekerja diam-diam menjaga masa depan negeri ini,” pungkas Haidar Alwi.
Tulis Komentar