Haidar Alwi Mengungkap Desain Ka'bah, Haji, dan Umrah: Harmoni Kosmik dalam Ibadah

Peristiwa | 08 Apr 2025 | 13:23 WIB
Haidar Alwi Mengungkap Desain Ka'bah, Haji, dan Umrah: Harmoni Kosmik dalam Ibadah
Haidar Alwi, sumber Rahmat Hidayat Humas dan bendahara Haidar Alwi care

Uwrite.id -  

R. Haidar Alwi, pendiri Haidar Alwi Care dan Haidar Alwi Institute, baru saja menuntaskan perjalanan spiritualnya yang berlangsung dari tanggal 28 Maret hingga 5 April 2025. Perjalanan suci yang membawanya dari Mekkah dan Madinah, lalu ke Dubai dan Turki, membuka dimensi pemahaman baru tentang ibadah haji dan umrah. Dalam refleksinya, Haidar Alwi mengurai makna terdalam dari Ka'bah, tawaf, serta struktur ibadah yang bukan hanya bersifat ritualistik, melainkan merupakan representasi dari keteraturan alam semesta yang terstruktur rapi dan ilmiah.

Ka'bah sebagai Titik Pusat Desain Kosmik

Menurut Haidar Alwi, Ka'bah bukan hanya pusat kiblat umat Islam, tetapi juga menjadi simbol geometris dan spiritual yang mencerminkan poros perputaran jagat raya. Ka'bah berdiri bukan hanya sebagai bangunan batu, tetapi sebagai titik nol spiritual — pusat gravitasi ruhani yang menghubungkan manusia dengan poros semesta.

"Ka'bah adalah pusat rotasi umat manusia dalam ibadah, sebagaimana bumi dan seluruh galaksi berputar mengikuti porosnya masing-masing. Semua bergerak dalam keteraturan. Tawaf adalah perwujudan dari gerakan kosmik itu," jelas Haidar Alwi.

Tawaf: Replika Gerak Alam Semesta

Dalam tawaf, umat Islam bergerak melingkar berlawanan arah jarum jam sebanyak tujuh kali. Haidar Alwi menekankan bahwa arah rotasi tersebut identik dengan rotasi bumi pada porosnya, orbit bulan mengelilingi bumi, dan revolusi bumi terhadap matahari. Bahkan, pada skala atomik, elektron pun bergerak mengelilingi inti atom dalam arah yang sama. Tak hanya itu, galaksi Bima Sakti sebagai rumah kosmik umat manusia juga berputar dalam arah yang sejalan.

"Gerakan ini bukan kebetulan. Ia adalah bagian dari desain ilahi yang sudah terprogram dalam setiap partikel ciptaan. Tawaf adalah bentuk nyata ketaatan kita pada pola semesta yang diciptakan oleh Allah," ungkapnya.

Misteri Angka Tujuh dan Struktur Simbolik

Haidar Alwi juga mengangkat signifikansi angka tujuh yang mendasari banyak aspek dalam ibadah haji. Dari tujuh putaran tawaf, tujuh kali sa’i, hingga pelemparan tujuh batu jumrah — semuanya memiliki makna yang tidak bisa dilepaskan dari simbol kesempurnaan.

"Dalam tubuh manusia dan struktur biologis makhluk hidup, angka tujuh hadir berulang. Tujuh ruas tulang leher pada seluruh mamalia, tujuh warna pelangi, tujuh lapis langit dan bumi — semuanya menunjukkan bahwa tujuh bukan angka biasa, tetapi kunci simetri ciptaan," ujar Haidar Alwi.

Orbit Langit dan Struktur Linguistik Al-Qur’an

Merujuk Surah Al-Anbiya ayat 33, Haidar Alwi menyampaikan bahwa segala benda langit ‘yasbahun’ — berenang di orbitnya. Ia menyebut bahwa istilah ini secara linguistik dan ilmiah menunjukkan bahwa ruang angkasa bukan kehampaan mutlak, melainkan memiliki medium seperti lautan partikel dan materi gelap tempat benda-benda langit bergerak. Bahkan, struktur ayat ini palindromik, mencerminkan keseimbangan dan keteraturan, selaras dengan orbit planet dan gerak benda langit.

“Setiap unsur dalam ciptaan ini terhubung dalam simetri. Dan Al-Qur’an mengungkapnya bukan hanya dalam makna, tapi juga dalam struktur bahasanya. Inilah keagungan wahyu,” jelasnya lebih lanjut.

Al-Bait Al-Ma’mur: Dimensi Langit dari Tawaf

Dalam dimensi spiritual yang lebih tinggi, Haidar Alwi menjelaskan konsep Al-Bait Al-Ma’mur, Ka'bah langit yang dilalui oleh 7.000 malaikat setiap hari untuk bertawaf, dan tak satu pun dari mereka mengulanginya. Ini menunjukkan bahwa tawaf adalah ibadah lintas dimensi yang terus berlangsung — dari bumi hingga ke langit tertinggi, dari manusia hingga ke malaikat.

"Ritual ini tidak hanya ada di bumi. Ia adalah gelombang spiritual yang terus memutar, sebagai bentuk dzikir semesta kepada Allah," ungkap Haidar Alwi dengan nada mendalam.

Ihram: Simbol Kembali ke Fitrah

Baginya, ihram bukan sekadar pakaian seragam. Ia adalah deklarasi kesetaraan, kehambaan, dan kembalinya manusia ke bentuk spiritual paling murni. Tanpa perbedaan status sosial, jabatan, atau kekayaan, setiap jamaah haji berdiri sejajar sebagai hamba di hadapan Sang Pencipta.

"Ihram adalah bentuk manusia ketika lahir dan ketika wafat: putih, sederhana, dan bersih. Ini adalah pengingat bahwa dunia hanyalah persinggahan. Tawaf adalah perjalanannya, dan Allah adalah tujuannya," ujar Haidar Alwi.

Menjawab Panggilan Semesta

Perjalanan spiritual Haidar Alwi dari 28 Maret hingga 5 April 2025 bukan hanya menjadi momentum pribadi, tetapi juga menjadi titik tolak penyebaran pemahaman baru tentang nilai-nilai universal ibadah haji dan umrah. Ia mengajak seluruh umat manusia untuk melihat bahwa haji bukan sekadar perjalanan fisik ke Tanah Suci, tetapi juga perjalanan metafisik menuju harmoni semesta.

"Bagi siapa pun yang belum menunaikan haji, semoga Allah berikan kesempatan. Dan bagi siapa yang menyebarkan pemahaman tentang kebesaran-Nya, maka ia telah menjadi bagian dari gelombang cahaya ilahi yang mengitari bumi,” pungkas Haidar Alwi.

Ia menutup dengan seruan agar setiap hati yang masih ragu, setiap jiwa yang masih mencari, mendengar kembali panggilan Ka'bah. Karena Ka'bah bukan hanya tempat, tetapi pusat gravitasi ruhani yang menarik seluruh ciptaan untuk kembali kepada Tuhan.

Menulis di Uwrite bisa dapat penghasilan, Investasikan tulisan anda sekarang juga
Daftar di sini

Jika anda keberatan dan memiliki bukti atau alasan yang kuat bahwa artikel berita ini tidak sesuai dengan fakta, anda dapat melakukan pengaduan pada tautan ini

Tulis Komentar