Haidar Alwi: Kesaktian Pancasila Adalah Energi Rakyat untuk Bangkit Bersama.

Peristiwa | 30 Sep 2025 | 23:14 WIB
Haidar Alwi: Kesaktian Pancasila Adalah Energi Rakyat untuk Bangkit Bersama.

Uwrite.id - R. Haidar Alwi, pendiri Haidar Alwi Care dan Haidar Alwi Institute, melihat bahwa peringatan Hari Kesaktian Pancasila pada 1 Oktober selalu menjadi momen penting bagi bangsa Indonesia. Setiap tahun, rakyat diajak kembali mengingat bagaimana dasar negara ini mampu bertahan dari guncangan sejarah dan tetap menjadi penopang kehidupan berbangsa. Dari masa ke masa, Pancasila tidak hanya dipandang sebagai dasar hukum, tetapi juga sebagai energi persatuan yang membuat bangsa ini tetap tegak.

“Kesaktian Pancasila bukanlah simbol kosong, melainkan janji kolektif bangsa untuk tetap setia pada persatuan. Ia sakti karena rakyat percaya, bukan karena negara memaksa,” kata Haidar Alwi.

Keyakinan ini menegaskan bahwa sakti atau tidaknya Pancasila selalu ditentukan oleh rakyat. Dari sini, bangsa ini perlu kembali menengok sejarah yang pernah menguji fondasi kebangsaan dan membuktikan bahwa persatuan adalah sumber kekuatan sejati.

Kesaktian Pancasila: Ujian Sejarah dan Energi Persatuan

Hari Kesaktian Pancasila lahir dari peristiwa kelam G30S/PKI tahun 1965. Kala itu, ada upaya mengganti dasar negara dengan ideologi lain yang mengancam keutuhan bangsa. Namun sejarah mencatat, Pancasila tetap tegak karena rakyat menolak tunduk pada ketakutan dan perpecahan.

“Sejarah 1965 menunjukkan, Pancasila tidak runtuh oleh senjata karena rakyat menolak diperintah oleh kebencian. Rakyat lebih percaya pada persatuan daripada pada ancaman,” ujar Haidar Alwi.

Kekuatan moral rakyat adalah penopang utama bangsa. Kesaktian Pancasila tidak lahir dari kekuasaan semata, melainkan dari pilihan rakyat untuk berdiri bersama.

Sejak saat itu, bangsa ini belajar bahwa ancaman apa pun dapat dilalui selama rakyat menjaga persatuan. Namun ujian zaman terus berganti. Jika dulu ancamannya kudeta, kini wajahnya berupa kesenjangan sosial, korupsi, dan propaganda sektarian yang bisa melemahkan fondasi persatuan. Inilah tantangan baru yang harus dijawab dengan menghidupkan kembali roh Pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Dari sinilah gerakan sosial rakyat menemukan arti pentingnya.

Rakyat Bantu Rakyat: Pancasila yang Hidup dalam Aksi Sosial.

Kesaktian Pancasila hanya bisa dirasakan bila nilai-nilainya diwujudkan dalam tindakan nyata. Di tengah kemiskinan dan kesenjangan, rakyat tidak bisa hanya berharap pada upacara, melainkan harus menghadirkan gotong royong sebagai kekuatan.

Gerakan Rakyat Bantu Rakyat yang dijalankan Haidar Alwi Care dan Haidar Alwi Institute adalah jawaban atas tantangan itu. Program distribusi beras untuk keluarga miskin, santunan ribuan anak yatim, rehabilitasi rumah ibadah lintas agama, hingga bimbingan belajar gratis di Rumah Pintar Haidar Alwi menjadi bukti nyata bahwa sila kedua Kemanusiaan yang Adil dan Beradab dan sila kelima Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia masih hidup.

“Kesaktian Pancasila terbukti dalam gerakan rakyat. Ia sakti bila rakyat kecil tidak ditinggalkan sendirian, bila solidaritas mengalahkan individualisme, dan bila keadilan sosial hadir nyata, bukan janji,” tegas Haidar Alwi.

Inti dari Pancasila adalah aksi kemanusiaan. Gotong royong yang lahir dari rakyat adalah bukti paling nyata bahwa dasar negara ini tidak hanya dihafalkan, tetapi dijalankan. Dan ketika rakyat bergerak bersama, bangsa ini menemukan kekuatan barunya.

Dari kerja-kerja kecil yang konsisten, lahirlah energi besar yang mampu menjaga bangsa ini tetap teguh di tengah ujian zaman. Energi itu harus diwariskan, terutama kepada generasi muda yang menjadi penerus estafet bangsa.

Pesan Bijak untuk Generasi dan Bangsa

Haidar Alwi mengingatkan bahwa generasi muda Indonesia tidak boleh hanya menghafal sila, tetapi harus berani menjalankannya. Mereka adalah pewaris sekaligus penggerak Kesaktian Pancasila di masa depan. Solidaritas digital, kreativitas sosial, dan inovasi ekonomi rakyat adalah wajah baru dari gotong royong yang relevan dengan zaman.

“Pancasila sakti karena generasi mudanya memilih bersatu. Ia sakti bila pemuda menolak propaganda perpecahan, dan memilih menguatkan saudaranya dengan ilmu, karya, dan kepedulian,” ucap Haidar Alwi.

Kesaktian Pancasila tidak diwariskan secara otomatis. Ia harus dijaga dengan kesadaran dan tindakan. Generasi muda harus menolak menjadi korban adu domba, dan sebaliknya tampil sebagai pelindung persatuan bangsa.

Hari Kesaktian Pancasila 1 Oktober 2025 adalah saat yang tepat untuk memperbarui tekad. Ujian boleh berubah bentuk, tetapi jawaban bangsa ini selalu sama: persatuan dan gotong royong.

“Pancasila sakti bukan karena dituliskan dalam konstitusi, tetapi karena rakyat yang menghidupinya. Ia sakti bila setiap warga memilih menolong sesamanya, bila setiap pemuda memilih membangun bangsanya, dan bila setiap pemimpin menolak mengkhianati rakyatnya. Itulah energi sejati Kesaktian Pancasila,” pungkas Haidar Alwi.

Pesan penutup ini mengikat seluruh makna: bahwa dari sejarah yang menguji, aksi sosial hari ini, hingga masa depan yang menuntut keberanian generasi muda, Kesaktian Pancasila selalu menjadi energi rakyat untuk bangkit bersama.

Menulis di Uwrite bisa dapat penghasilan, Investasikan tulisan anda sekarang juga
Daftar di sini

Jika anda keberatan dan memiliki bukti atau alasan yang kuat bahwa artikel berita ini tidak sesuai dengan fakta, anda dapat melakukan pengaduan pada tautan ini

Tulis Komentar