Haidar Alwi: Kematian Adalah Undangan Resmi Allah untuk Pulang

R. Haidar Alwi, pendiri Haidar Alwi Care dan Haidar Alwi Institute, menyampaikan bahwa kematian kerap disalahpahami sebagai musibah, padahal hakikatnya jauh lebih mulia. Kematian bukanlah dinding penghabisan, melainkan pintu keabadian. Ia bukan gelap yang menakutkan, melainkan cahaya yang terlalu terang hingga mata dunia tak sanggup menatapnya. Kematian adalah jamuan cinta, di mana ruh disambut oleh kasih Allah tanpa syarat, setelah sekian lama terpenjara dalam tubuh yang lelah.
Kematian Bukan Musibah, Melainkan Cahaya
Menurut Haidar Alwi, orang yang wafat tidak pernah benar-benar hilang. Mereka hanya bersembunyi di balik tirai waktu, menunggu kita menyusul. Tangisan kita di dunia hanyalah gema dari kegembiraan di langit, sebab ruh yang kembali dipeluk Allah tidak lagi mengenal rasa sakit atau beban.
Kubur yang kita lihat dari luar seakan sempit, padahal sejatinya ia hanyalah pintu kecil menuju taman luas tanpa batas. Setiap hembusan napas terakhir bukanlah tanda berakhirnya hidup, melainkan bisikan lembut Allah yang berkata: “Pulanglah, Aku menunggumu.”
Kematian adalah keadilan paling murni, sebab ia datang kepada raja maupun rakyat tanpa membeda-bedakan. Ia menyatukan semua manusia dalam satu kepastian, satu tujuan, dan satu rumah abadi. Dunia hanyalah ruang tunggu, sedang kematian adalah panggilan masuk menuju ruang utama yang penuh cahaya.
Belajar Memandang dengan Iman
“Kita tidak perlu takut pada kematian. Yang patut ditakuti hanyalah dosa yang kita bawa ketika memenuhi undangan Allah,” tegas Haidar Alwi. Kematian sejatinya adalah mudik paling agung. Jika mudik dunia penuh sukacita, mengapa mudik ruhani justru kita tangisi? Orang beriman akan melihatnya dengan iman, bukan dengan tangisan.
Doa yang kita panjatkan untuk mereka yang telah mendahului bukan sekadar ritual, melainkan jembatan cinta yang melintasi dimensi. Hubungan itu tidak pernah terputus, hanya berganti cara. Yang hidup diberi kesempatan menambah amal, yang wafat menunggu dengan tenang, dan kelak semua akan dipertemukan kembali di rumah abadi. Tangisan kita di tepi kubur hanyalah riak kecil, sementara lautan keabadian di seberangnya sedang menyambut dengan ombak kebahagiaan.
Cahaya di Balik Tirai Waktu
Haidar Alwi menutup pandangannya dengan ajakan untuk mengubah cara memandang kematian. Jangan lagi melihatnya sebagai kegelapan, tetapi sebagai cahaya yang menuntun kita pulang. Kematian adalah undangan penuh kasih, bukan musibah yang layak ditakuti.
“Mari belajar memandang kematian dengan iman. Sebab kematian bukanlah akhir, melainkan awal dari kehidupan sejati. Tangisan dunia hanyalah tirai, sementara di baliknya ada cahaya abadi yang menanti kita semua,” pungkas Haidar Alwi.

Tulis Komentar