Haidar Alwi: Habib, Sayyid, Syarif Bukan Ahlulbait.

Peristiwa | 06 Sep 2024 | 16:40 WIB
Haidar Alwi: Habib, Sayyid, Syarif Bukan Ahlulbait.

Uwrite.id - Kita ini menghormati nabi dan keluarga Nabi dianjurkan. Kita bedakan antara nabi dan keluarga Nabi dan keturunan nabi. Kalau Nabi dan keluarga nabi Ahlulbait itu ditegaskan dalam Alquran, ditegaskan dalam hadits-hadits, yang beredar di tengah umat Islam.

Mereka di hormati karena suci, dan mereka Suci karena menjadi panutan, pengawal agama, tapi keturunannya tidak boleh diperlakukan sama.

Sebagian habib menjadikan hadist hadist tentang Ahlulbait untuk melegitimasi dirinya, sebagai orang yang harus dihormati sebagaimana keluarga nabi.

Keluarga nabi suci, nabi yang menetapkan itu karena mereka adalah suksektor mereka adalah pelanjut tugas Nabi untuk mengawal agama ini. Tapi selain itu tetap saja ukurannya adalah perilaku ketakwaan, adalah parameter kemuliaan, siapapun dari keturunan manapun, keturunan nabi atau bukan, menyandang gelar Habib atau bukan.

Banyak masyarakat yang justru terpengaruh oleh orang-orang yang menggunakan gelar Habib ini dan menjadikan hadits hadits anjuran nabi untuk menghormati dan Mengikuti Ahlulbait yang suci, yang jumlahnya itu terbatas untuk mereka.

Nah orang-orang ini mestinya harus diperlakukan sebagaimana umumnya umat islam. Setiap individu harus diukur karena perilakunya.Justru orang yang tidak banyak sebetulnya dari orang-orang yang berhak untuk menyandang gelar Habib tetapi tidak memasang dirinya. 

Karena mereka tahu ini beban yang berat, justru mereka menyembunyikan dan itu jumlahnya sangat banyak. Jangan hanya karena segelintir orang yang mendeclare dirinya sebagai habib, memperagakan simbol-simbol agama, justru akhirnya mencoreng Citra habib, Hal ini sangat disayangkan.

Banyak habib habib baik, banyak habib habib yang tidak semuanya berurusan dengan agama, yang sekuler, yang liberal, bahkan yang agnostik mungkin ada, dan ini tidak diketahui oleh banyak orang memang tidak menunjukkan dirinya.

Justru karena dua tiga pengulahnya, macam-macam yang selalu ingin mencari perhatian dengan pernyataan pernyataan negatif, masyarakat mestinya sudah lebih sadar terutama di era yang sudah canggih ini.

Tidak perlu kita hanya karena segelintir orang melakukan sebuah kesalahan, kemudian kita GEBYAH UYAH, kan kasihan banyak orang yang juga tidak berperilaku  negatif dan tidak menunjukkan dirinya Habib, Tidak mengeksploitasi dirinya habib, tidak mengambil keuntungan dari habib.

Saya lebih suka orang melihat saya karena kemampuan saya, karena perilaku saya bukan karena gelar saya. Gelar yang sebenarnya bukan gelar akademik. Yang perlu diketahui Habib ini bukan gelar akademik tidak ada asosiasinya.

Dulu gelar Habib ini hanya diberikan kepada sebagian dari keturunan nabi yang berkiprah dalam bidang dakwah. Ulama di kalangan keturunan nabi itu disebut habib.

Tapi sekarang entah bagaimana jadinya, siapapun baik yang asli maupun yang palsu, baik yang ngaku-ngaku, baik yang mendeclare maupun yang menyembunyikan semua disebut habib, sehingga ini harganya menjadi murah dan akibat dari itu banyak orang-orang ngamen dengan gelar Habib.Yang Justru lebih dirugikan, yang merasa paling dirugikan adalah habib yang tidak ikut ambil keuntungan dari ini.

Mereka merasa risih, ketika membaca narasi narasi yang justru memvonis semua habib ini tidak benar. Karena Baik dan buruk itu bisa terjadi di semua masyarakat, ulama, Ustadz, Kyai, pejabat, semua bisa melakukan keburukan.

Hanya karena satu dua orang pejabat atau perwira atau Ustadz atau ulama atau agamawan melakukan keburukan kemudian semuanya kita BURUKKAN, itu tidak logis menurut saya.

Dan pelaku kekerasan terorisme, radikalisme itu ada dimanapun, dari suku manapun bahkan dari semua keyakinan. Jadi kita harus adil jangan sampai kita melawan radikalisme, melawan ekstrimisme, tapi dengan cara yang tidak kalah buruknya yaitu rasisme.

Itu sama dengan membersihkan lantai, membersihkan rumah, tujuannya membersihkan tapi dengan air kotor. Apa artinya ?

Jadi menurut saya perlu dikembalikan kepada posisi yang sebenarnya, dengan akal sehat.

Bagi saya mau HABIB mau TABIB siapapun, selama dia berperilaku negatif, selama dia mengganggu hak orang lain, selama dia melanggar hukum, mereka harus ditindak. Tanpa melihat keyakinannya, tanpa melihat asal keturunannya, tanpa melihat aspek apapun.Menghormati siapapun itu, wajib. Wajib secara akal sehat.

Seorang Habib, seorang Sayyid, seorang keturunan nabi dihormati karena apa, karena nabi?

Tapi apakah penghormatan menggeser asas keadilan. Apakah kemudian kita bisa mengesampingkan hukum hukum, tidak bisa menurut saya.

Justru dengan kita menegakkan hukum, mereka sebagai orang yang membawa nama nabi, keluarga Nabi, Mestinya mereka dituntut untuk lebih baik, mestinya dihukum lebih berat.

Di Dalam Al Quran ada ayat yang artinya: 

“Wahai istri istri nabi, kamu tidak seperti perempuan perempuan lain, kalau benar benar bertaqwa.”

Mereka yang mengaku sebagai keturunan nabi, kalau mereka berbuat baik pahalanya lebih banyak, mengapa demikian? Karena mereka membawa Citra nabi, orang pun ikut. Tapi kalau Mereka berbuat buruk, ya Mereka lebih rendah, Kenapa? Karena nanti orang akan berfikir, yang mengaku keturunan nabi saja perilakunya saja begitu, akhirnya orang justru, mencemooh nabi, mencemooh ajaran Islam,

Jadi menurut saya, Apapun alasannya kalau orang hendak dihormati, penghormatan harus proporsional.

Ir. R. Haidar Alwi, Mt

Presiden Hai Hac,

Tokoh Toleransi Indonesia.

 

Menulis di Uwrite bisa dapat penghasilan, Investasikan tulisan anda sekarang juga
Daftar di sini

Jika anda keberatan dan memiliki bukti atau alasan yang kuat bahwa artikel berita ini tidak sesuai dengan fakta, anda dapat melakukan pengaduan pada tautan ini

Tulis Komentar