Haidar Alwi: Di Usia 64, Tanggung Jawab Jokowi Tak Lagi Politik, Tapi Peradaban.

Uwrite.id - Haidar Alwi: Di Usia 64, Tanggung Jawab Jokowi Tak Lagi Politik, Tapi Peradaban
Sebagai pendiri Haidar Alwi Care dan Haidar Alwi Institute, saya ingin menyampaikan ucapan selamat ulang tahun ke-64 kepada Presiden ke-7 Republik Indonesia, Ir. H. Joko Widodo. Pada tanggal 21 Juni 2025, bangsa ini kembali mengingat bukan hanya usia seorang mantan pemimpin, melainkan nilai-nilai hidup yang telah beliau perlihatkan dalam sepuluh tahun memimpin dan kini terus berlanjut di luar kekuasaan.
Jokowi membuktikan bahwa untuk memberi dampak besar pada sejarah, tak harus berkuasa seumur hidup. Tapi cukup hadir dalam nilai dan teladan yang menyalakan arah peradaban bangsa. Ia bukan pemimpin yang mengandalkan retorika, melainkan yang mengajarkan arti kerja dalam diam, kehadiran dalam kesederhanaan, dan keputusan dalam keberanian moral. Di usia 64 tahun ini, doa kami adalah agar beliau tetap sehat, dan tetap kuat memikul tanggung jawab sebagai penjaga ruh bangsa di luar politik, di atas kontestasi kekuasaan.
Warisan Jokowi:
Selama dua periode memimpin Indonesia, Jokowi telah membalikkan banyak paradigma. Ia menghapus sekat antara istana dan rakyat. Ia membangun jalan, pelabuhan, dan infrastruktur di tempat-tempat yang sebelumnya hanya dikenal di peta. Jokowi menjangkau wilayah 3T—terluar, tertinggal, dan terdepan dengan filosofi membangun dari pinggiran, bukan dari pusat kekuasaan.
Namun warisan terbesar beliau bukan sekadar jalan tol atau bendungan. Warisan itu adalah cara berpikir dan cara hadir: bahwa peradaban bisa tumbuh dari kerja nyata, kesetiaan pada amanah, dan kesederhanaan yang tak dipoles pencitraan. Ia makan di warung, blusukan ke pasar, menyapa nelayan dan petani tanpa jarak. Itu bukan gaya, tapi sikap. Sebuah sikap yang kini menjadi fondasi mental baru dalam struktur kepemimpinan nasional.
Tentu, tidak semua kebijakan Jokowi berjalan sempurna. Kritik terhadap pengelolaan sumber daya alam, penegakan hukum, dan posisi politiknya terhadap oligarki adalah bagian dari sejarah yang harus dicatat. Namun di tengah badai itu semua, Jokowi tetap berdiri dengan pilihan yang tenang menjawab dengan kerja, bukan amarah. Di situlah letak nilai strategisnya sebagai fondasi moral, bukan hanya sebagai eks presiden.
Menjadi Pilar Peradaban: Peran Baru Seorang Mantan Presiden
Kini, setelah kepemimpinan nasional berpindah kepada Presiden Prabowo Subianto, tanggung jawab Jokowi bukan lagi dalam bentuk kuasa politik. Tapi justru dalam bentuk kuasa moral. Ia kini berada pada posisi yang lebih hening namun lebih dalam yakni sebagai penjaga arah sejarah dan peradaban bangsa.
Indonesia tidak hanya butuh pemimpin politik, tapi penjaga nurani bangsa. Sosok yang melampaui kepentingan kelompok dan partai. Sosok yang bersedia berdiri di garis netral sejarah, demi menjaga keseimbangan. Sebagaimana Gus Dur yang tetap menjadi teladan pasca-presiden, Jokowi pun kini memikul tanggung jawab serupa: bukan untuk berkuasa kembali, tapi untuk mengawal nilai-nilai yang menyatukan.
Di era penuh hoaks, pembelahan sosial, dan demoralisasi elite, peran seorang mantan presiden menjadi sangat vital. Jokowi bisa menjadi suara penuntun generasi baru bukan dari panggung politik, tapi dari ruang batin rakyat yang tetap mencintainya.
Selamat ulang tahun ke-64, Bapak Jokowi.
Terima kasih telah memimpin dengan hati, dan kini terus menginspirasi tanpa jabatan. Tanggung jawab sejarah belum selesai—ia hanya bergeser dari politik menuju peradaban. Semoga Bapak menjadi penjaga suara kebijaksanaan di tengah kebisingan zaman
Ir. R. Haidar Alwi, Mt
Pendiri Haidar Alwi Care & Haidar Alwi Institute
Tulis Komentar