Generasi Muda, Jadilah Agen Kebenaran Untuk Reformasi
Uwrite.id - Generasi muda memang gandrung akan jati diri. Mereka masih berpaku pada kenyamanan atau mencari kenyamanan dalam materi, lantas para pemuda kini bersusah hati. Ketika situasi yang berlaku saat ini tidak sepenuhnya memberikan mereka rasa aman akan berekspresi, disitulah tanda alarm berbunyi akan keragaun sejauh mana peran negara dalam kehidupan berbangsa hari demi hari.
Para pemuda memang labil, tapi mereka masih punya naluri untuk situasi yang lebih stabil. Mereka memang keras dan apa adanya. Namun, jangan remehkan sikap kritis para pemuda, karena sejarah telah mencatat bahwa perubahan besar negeri ini telah berjalan karena dampak gerakan para anak muda.
Anak muda selalu berusaha untuk berubah. Hanya saja situasi negeri tak kunjung berubah. Ada apa gerangan? Ketika relasi kuasa yang terbangun atas dasar demokratisasi, yang diperoleh segenap mandat rakyat tidak berbanding lurus dengan kepercayaan. Kepercayaan timbul atas dasar komitmen lugas, untuk sekonsisten apa mereka pada pimpinan dan wakil rakyat untuk berusaha memikirkan kepentingan mereka.
Reformasi hanya menjadi gagasan ketika situasi berbalik. Para pemuda di masa lampau yang berhasil menggugah negara dan dunia, kini berhasil duduk pada kursi-kursi kuasa. Melalui modal suara lantang mereka, berhasil pula kue kekuasaan dibagi. Namanya juga konsekuensi demokrasi, ketika rakyat percaya. Maka sekejap kue itu terbagi dengan porsi yang sekiranya adil. Adil karena proses pemilihan terbuka, rakyat punya hak memilih.
Siklus berulang seakan terjadi, lambat laun aktivisme anak muda malah justru menjadi bagian dari oligarki yang menggembosi demokrasi ini. Miris, para pemuda yang ingin hidup nyaman seakan tertegun dan introspeksi. Ketika ada yang salah dalam republik, wajar saja bahwa mereka tak tinggal diam untuk suarakan kebenaran.
Kebenaran memang abstrak, apalagi keadilan dan kesejahteraan. Hanya saja, rakyat melalui para generasi muda, kelak akan menentukan nasib bangsa kedepan. Mereka ingin situasi bangsa tidak berbelok, melainkan tegak lurus sesuai agenda reformasi maupun agenda para pendiri bangsa (founding fathers). Berat yang harus dipikul, gagasan tersebut terkesan menjadi utopia, terkesan manis namun kenyataan pahit.
Kepada para pemuda, meski bukan momen sumpah pemuda. Percaya dan yakin, suatu saat nanti. Kebenaran akan menghampiri, bagi mereka yang bersatu hati, bagi mereka yang berpikir dan sadar diri, untuk memperbaiki negeri. Wahai anak muda, teruslah berbenah dan berubah. Karena, kalau bukan kalian. Siapa lagi?
Tulis Komentar