Gadis Sukabumi Jadi Korban Perdagangan Orang di Kamboja

Asia | 24 May 2023 | 21:56 WIB
Gadis Sukabumi Jadi Korban Perdagangan Orang di Kamboja
DM (29) gadis asal Kecamatan Warudoyong, Kota Sukabumi harus rela dipisahkan dari keluarganya di Kamboja setelah diduga menjadi korban perdagangan orang (TPPO). .

Uwrite.id - SUKABUMI – DM (29) gadis  asal  Kecamatan Warudoyong, Kota Sukabumi harus rela dipisahkan dari keluarganya di Kamboja setelah diduga menjadi korban perdagangan orang (TPPO). .

Dari informasi yang diperoleh, peristiwa itu terjadi pada 10 April 2023. Awalnya, DM berpamitan dengan kedua orang tuanya, yakni Ois Ismail Hadi (58) dan Lia Rulianti (52), dan berangkat bekerja di kawasan Kuala Lumpur Malaysia dengan kenalan dari media sosial (Medsos).

Beberapa hari kemudian, alih-alih kabar baik, orang tua korban menerima kabar bahwa DM dipekerjakan, tetapi tidak jelas, sebagai penipu atau bertanggung jawab atas penipuan online di Kamboja.

“Awalnya mau liburan sama pacarnya dari Jakarta, niatnya mau liburan ke Kuala Lumpur. Tapi, beberapa hari kemudian, kami dapat kabar anak saya diangkat jadi pengurus. Tapi entah apa pengurus,” kata keluarga korban, Ois Ismail Hadi kepada Radar Sukabumi, Rabu (24/5).

"Mereka sudah bekerja di sana selama satu setengah bulan dan belum dibayar sama sekali. Bahkan telepon genggamnya pun disita," jelasnya.

DM dan 12 lainnya merasa tidak enak badan dan diperlakukan dengan buruk, sehingga mereka meminta untuk pergi. Namun pihak perusahaan tidak mengambil sikap dan meminta mereka pergi, malah dibawa ke suatu tempat dan dikurung di sebuah ruangan.

"Dilaporkan dari KBRI atau aparat setempat, namun selama empat hari ini mereka ditahan di sebuah ruangan di kawasan Sambrong tanpa makan dan minum," jelasnya.

Dijaga Ketat

Bahkan, Ois mengaku sudah melaporkan kejadian tersebut ke Pemkot Sukabumi melalui Dinas Tenaga Kerja (Disnaker), namun hingga kini belum ada kejelasan. Tak hanya itu, keluarga korban juga melaporkan kejadian tersebut ke Polres Sukabumi Kota, namun polisi kelimpungan atas laporan tersebut.

"Di sana mereka dijaga ketat oleh polisi, bahkan dianiaya, dan diajak minum-minum dan berhubungan badan. Saya berharap pemerintah dan polisi membantu anak saya dan 12 orang lainnya untuk bebas karena kelaparan," ujarnya. dikatakan.

Sementara itu, Kepala Dinas Tenaga Kerja Kota Sukabumi Abdul Rahman mengaku sudah menerima laporan atas kejadian tersebut. Bahkan, Dinas Kepegawaian berkoordinasi langsung dengan Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BP2MI) Kota Sukabumi. "Kami sudah berkoordinasi dengan BP2MI dan KBRI," katanya.

Menurut Abdul, hingga saat ini Kementerian Ketenagakerjaan belum mendapat perkembangan penanganan kasus tersebut.

“BP2MI dan KBRI juga tutup mata karena para korban ini ilegal. Namun untungnya masih ada korban yang masih memiliki handphone, sehingga bisa berjualan baju. Pesannya, rombongan bekerja sama dengan pejabat di daerah,”tegasnya. (*)

Menulis di Uwrite bisa dapat penghasilan, Investasikan tulisan anda sekarang juga
Daftar di sini

Jika anda keberatan dan memiliki bukti atau alasan yang kuat bahwa artikel berita ini tidak sesuai dengan fakta, anda dapat melakukan pengaduan pada tautan ini

Tulis Komentar