Fenomena 'Makan Tabungan' Sampai Tahun Depan, Hati-hati Orang Miskin Meroket
Uwrite.id - Gara-gara tak masuk daftar penerima bantuan sosial (bansos), masyarakat kelas menengah sebentar lagi bakal turun kelas menjadi rakyat miskin. Untuk menyambung hidup, mereka harus menguras celengan bahkan tabungan di bank.
Ekonom Universitas Indonesia (UI), Ninasapti Triaswati mengingatkan, jangan heran bila jumlah penduduk miskin di Indonesia bakal melonjak tajam. Karena fenomena makan tabungan alias mantab, terus dilakukan kelompok menengah ke bawah.
Pertanyaannya sampai kapan mereka kuat? Bisa jadi umurnya tak lama. Karena, nilai tabungan kelas menengah ke bawah ini, jelas tidak besar-besar amat. "Saat ini, banyak bansos untuk kelompok paling miskin. Padahal, 30-60 persen yang kelas menengah, tidak dapat. Mereka sangat rentan miskin," ujar Nina, dikutip Kamis (21/12).
Nina mengatakan, fenomena 'makan tabungan' itu, sangat nyata, jika merujuk data-data ekonomi di Indonesia. Sejatinya, fenomena mantab ini terjadi di seluruh kelompok masyarakat. Hanya saja ada bedanya. Di mana, kelompok kaya terpaksa 'makan tabungan' untuk piknik atau healing.
"Sementara golongan menengah hingga miskin, makan tabungan, benar-benar untuk makan. Mencukupi kebutuhan sehari-hari," ungkapnya.
Nina menyebut, golongan paling miskin di Indonesia, sebesar 30 persen dari total penduduk, cukup tertolong dengan program bansos yang mendadak deras menjelang Pemilu 2024. "Nah, golongan menengah ke bawah yang mencakup 30-60 persen dari total penduduk, berada di posisi serba sulit," kata Nina.
Dia mengatakan, sebagian masyarakat menengah Indonesia sedang berada di kondisi setengah menganggur. Mereka adalah korban pemecatan saat pandemi COVID-19, dan sudah mendapatkan pekerjaan baru. Namun, tingkat gajinya lebih kecil ketimbang pekerjaan lama.
Tingkat pengeluaran kelompok setengah menganggur ini, kata dia, cenderung naik. Namun, tingkat pendapatan mereka relatif tetap atau turun. Untuk bertahan hidup, kata dia, kelompok ini terpaksa menggunakan tabungannya.
"Jadi kelompok menengah yang katakanlah antara 30 persen sampai 60 persen ini yang terkena dampak terburuk," ujar dia.
Nasih menengah ke bawah itu, kata Nina, bakalan lebih sulit bergerak karena agenda Pemilu 2024. Para investor tentunya akan wait and see, atau menunggu hasil Pemilu 2024. Artinya, tidak akan ada investasi yang berarti tidak ada tambahan lapangan kerja dan penghasilan bagi pekerja baru. "Kira-kira setahun ke depan, fenomena makan tabungan masih akan terjadi. Makanya isi tabungannya harus benar-benar dijaga agar cukup," jelas Nina. (*)
Tulis Komentar