ERP Skala Besar dan Realita Lapangan: Saat Kebutuhan Perusahaan Tidak Terjawab

Uwrite.id - Dalam dunia digital saat ini, banyak perusahaan tergoda untuk mengadopsi sistem ERP (Enterprise Resource Planning) dari vendor-vendor besar seperti Odoo dan HashMicro. Janjinya menggiurkan: fitur lengkap, integrasi antar divisi, hingga automasi proses kerja yang efisien. Tapi realitanya tidak sesederhana itu. Di balik segala kemewahan fitur tersebut, tersembunyi sejumlah tantangan dan dampak buruk yang justru bisa mengganggu stabilitas dan produktivitas perusahaan, terutama dalam fase awal implementasi.
Kebutuhan Bisnis yang Unik
Setiap perusahaan memiliki proses bisnis, alur kerja, dan kebijakan internal yang berbeda-beda. Aplikasi vendor besar biasanya dibuat generik agar bisa digunakan di berbagai industri, sehingga memerlukan penyesuaian (customization) cukup besar agar benar-benar selaras dengan kebutuhan perusahaan.
Kompleksitas Fitur
Semakin besar dan kompleks aplikasinya, semakin tinggi pula kurva pembelajarannya. Karyawan perusahaan harus beradaptasi dengan sistem baru, yang sering kali membingungkan jika tidak ada pelatihan yang memadai atau jika antarmukanya tidak ramah pengguna.
Perubahan Proses Kerja
Agar bisa mengikuti sistem, sering kali perusahaan dipaksa mengubah proses bisnisnya. Ini bisa memicu resistensi dan dampak buruk lainnya bagi perusahaan.
Keterbatasan Kustomisasi Tanpa Biaya Tambahan
Meski mengklaim dapat dikustomisasi, banyak fitur tambahan atau penyesuaian mendalam yang memerlukan biaya tinggi, baik dari sisi lisensi, waktu pengembangan, maupun jasa konsultan resmi mereka
Akhir kata, ERP bukan "pil ajaib" yang bisa menyelesaikan semua masalah,
Kadang sistem yang lebih sederhana dan fleksibel jauh lebih efektif, selama bisa menjawab kebutuhan nyata perusahaan di lapangan.
Tulis Komentar