Direktur Eksekutif INDEF, Esther Nilai Indonesia Harus Mampu Ciptakan 'Miracle' di Balik Kebijakan Tarif AS

Ekonomi | 05 Apr 2025 | 11:57 WIB
Direktur Eksekutif INDEF, Esther Nilai Indonesia Harus Mampu Ciptakan 'Miracle' di Balik Kebijakan Tarif AS
Vietnam juga mempunyai fasilitas Generalized System of Preferences (GSP) dan Bilateral Trade and Investment Framework Agreement (TIFA).

Uwrite.id - Jakarta - Pengenaan tarif timbal balik AS yang saat ini tengah menjadi bahan kajian banyak kalangan ekonom dan praktisi ekspor nasional ini bukan kali pertama bagi Trump. Pada 2019, dia melakukan kebijakan sama, yang menciptakan perang dagang antara China dan AS.

Di balik perang itu, ada satu negara yang berhasil mengambil manfaat, yaitu Vietnam, kata Direktur Eksekutif INDEF, Esther Sri Astuti.

Saat itu, kata Esther, Vietnam secara cerdik mensubtitusi produk China di AS dan memudahkan investasi asing masuk ke negaranya.

Esther berkata, Vietnam memiliki kemiripan produk ekspor yang cukup tinggi dengan China sehingga dia mampu menggantikan ruang kosong yang ditinggalkan China di AS.

"Vietnam juga mempunyai fasilitas Generalized System of Preferences (GSP) dan Bilateral Trade and Investment Framework Agreement (TIFA) dengan AS sejak 1994. Ada pula potensi pelabelan ulang produk China di Vietnam," kata Esther.

Indonesia harus mengambil ‘miracle’ di balik kebijakan pengenaan tarif impor di AS tersebut. Namun, ungkap Esther, kita masih memiliki hambatan regulasi di internal Indonesia sendiri.

"Ditambah lagi Permendag 8/2024 [tentang impor] belum juga direvisi. Jadi ekspor sulit, sementara barang impor menekan pemain tekstil pakaian jadi di domestik," katanya.

Senada, Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Mohammad Faisal menyebut separuh produk tekstil Indonesia diekspor ke Amerika.

Dia memandang, tarif yang lebih tinggi itu akan memperlemah penetrasi produk Indonesia ke AS. (*)

Menulis di Uwrite bisa dapat penghasilan, Investasikan tulisan anda sekarang juga
Daftar di sini

Jika anda keberatan dan memiliki bukti atau alasan yang kuat bahwa artikel berita ini tidak sesuai dengan fakta, anda dapat melakukan pengaduan pada tautan ini

Tulis Komentar