Dibohongi Banyak Oknum demi MBG, Moena Bangkit Bangun Dapur Resmi di Tasikmalaya

Uwrite.id - Harapan Moena Rosliana (35) untuk ambil bagian dalam program nasional Makan Bergizi Gratis (MBG) sempat kandas, bukan hanya karena satu modus penipuan, tetapi serangkaian kebohongan berlapis yang melibatkan oknum berbaju paguyuban, volunteer kampus, bahkan aparat.
Namun dari kekecewaan itu, ia bangkit. Kini, dapur miliknya di Kota Tasikmalaya justru siap jadi percontohan dapur MBG skala nasional.
Dapur yang berdiri di Perumahan Griya Mangin Persada, Kecamatan Bungursari, dibangun dari sisa-sisa kepercayaan Moena terhadap program yang diusung Presiden Prabowo Subianto tersebut.
Dengan luas 460 meter persegi dan fasilitas lengkap—termasuk dua cold storage kapasitas 2 ton, ruang produksi luas, rice steamer jumbo, serta kantor tenaga gizi dan akuntan—Moena kini siap melayani hingga 5.000 porsi makanan per hari.
Namun, di balik kesiapan itu, tersimpan kisah pahit.
Terjerat Skema Berlapis
Awalnya, pada Desember 2024, Moena ditawari kesempatan menjadi dapur MBG oleh kelompok bernama Paguyuban Jakwir.
Mereka mengaku mendapat restu dari pejabat tinggi negara, menyebut nama-nama besar seperti Mayor Teddy dan bahkan Presiden.
Tak hanya membawa proposal, mereka juga menunjukkan dokumen dan struktur organisasi seolah resmi.
Sebanyak 35 pelaku UMKM di Tasikmalaya, termasuk Moena, diminta menyetor dana sebesar Rp 8,5 juta per orang untuk keperluan administrasi dan sertifikasi halal.
Belakangan, biaya tambahan sebesar Rp 2,5 juta diminta lagi untuk pelatihan teknis. Namun, pelatihan itu tak pernah digelar.
Tak sampai di sana. Moena juga didekati oknum lain—dari unsur Kodim, relawan kampus di Sumedang, hingga penyedia food tray.
Total kerugian Moena mencapai lebih dari Rp 1,1 miliar, setelah ia membangun dua dapur sekaligus dan membeli peralatan produksi sesuai standar MBG.
“Modusnya rapi. Semua tampak seperti jaringan yang saling terhubung. Saya percaya karena mereka membawa-bawa nama institusi,” ujar Moena.
Ketika menyadari dirinya ditipu, komunikasi dengan para oknum pun terputus.
Pada 1 Februari 2025, Moena bersama dua korban lain melapor ke Polres Tasikmalaya Kota. Mereka mewakili 35 korban lokal, 80 di Ciamis, dan 65 di Banjar.
Polisi menyarankan agar korban lebih dahulu mengirimkan somasi, sembari mendalami dugaan penipuan berjaringan ini.
Bangkit dan Minta Negara Hadir
Di tengah trauma dan kerugian besar, Moena menolak menyerah. Ia menghubungi Badan Gizi Nasional (BGN) di Jakarta, melaporkan kronologi kejadian, sekaligus menawarkan solusi: membangun dapur resmi dengan standar yang bisa diverifikasi langsung.
Dukungan datang dari Wakil Ketua BGN Mayjen (Purn) Lodewijk Pusung. Moena juga dibantu oleh relawan nasional dari Nawasena 08, kelompok pendukung program MBG yang dikoordinasi Giuseppe Kapoyos.
Mereka memastikan dapur Moena layak operasional, sekaligus melaporkan dugaan sabotase ke Kantor Komunikasi Kepresidenan.
“Kasus Moena membuka mata kita bahwa banyak pelaku lokal memanfaatkan antusiasme masyarakat terhadap program MBG demi keuntungan pribadi,” ujar Giuseppe, di Tasikmalaya.
Dapur Resmi Siap Jalan
Simulasi operasional dilakukan pada 6 Mei 2025 dengan melibatkan Kodim, Koramil, mitra BGN, dan perwakilan sekolah.
Sebanyak 3.569 porsi makanan berhasil didistribusikan ke 12 sekolah. Dapur Moena kini mempekerjakan 47 tenaga produksi dan sejumlah relawan yang dilatih secara khusus.
Penundaan peluncuran sempat membuat tiga pekerjanya mengundurkan diri. Namun, koordinasi ulang dengan pihak-pihak terkait telah dilakukan. Jika sesuai rencana, dapur resmi ini akan mulai beroperasi penuh akhir Juni 2025 dengan target 5.000 porsi harian.
Harapan dari Sebuah Dapur
Di Tasikmalaya, hanya 9 dapur SPPG yang resmi beroperasi dari 83 sekolah penerima MBG. Di Kabupaten Tasikmalaya, angkanya lebih rendah. Dari 65 korban penipuan MBG di kabupaten ini, hanya tiga yang lolos verifikasi—termasuk Moena.
Kini, dapur CV Alaska Rasa Nusantara tak hanya menjadi pusat produksi, tapi juga simbol pemulihan kepercayaan terhadap program negara.
Moena berharap pengalamannya bisa jadi pelajaran bahwa niat baik harus dibarengi sistem pengawasan ketat.
“Kalau saya menyerah, anak-anak sekolah yang rugi. Saya percaya niat baik pasti sampai,” kata Moena.
Catatan Redaksi
Kasus penipuan atas nama program pemerintah seperti MBG mengindikasikan perlunya regulasi ketat dan verifikasi publik yang transparan.
Dukungan terhadap pelaku usaha yang jujur seperti Moena Rosliana adalah bagian dari menjaga keberlanjutan program yang menyasar kebutuhan dasar masyarakat: pangan dan pendidikan.
Tulis Komentar