Di Universitas Moestopo, Ketua DKPP: Jadilah Agent of Change

Pendidikan | 24 Apr 2024 | 10:39 WIB
Di Universitas Moestopo, Ketua DKPP: Jadilah Agent of Change
Universitas Moestopo gelar wisuda dan Dies Natalis ke-63 kali ini yakni 'Kolaborasi untuk Pendidikan Inklusif.'

Uwrite.id - JAKARTA - Sebagai wadah bagi banyak gagasan dan inovasi, kampus memainkan peran krusial sebagai agen perubahan dalam masyarakat. Kampus dapat menjadi sumber inspirasi yang mendorong perubahan positif dalam berbagai aspek kehidupan, berkontribusi pada penciptaan masa depan yang lebih baik untuk bangsa.

Hal ini menjadi lebih relevan di tengah era disrupsi saat ini, terutama terkait dengan perlunya menjaga demokrasi yang sehat melalui pemilihan umum yang adil dan transparan.

Ketua Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu (DKPP) Republik Indonesia, Heddy Lugito, mengangkat topik ini dalam acara wisuda mahasiswa Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama) yang berlangsung pada Selasa, 23 April 2024.

"Dari sejumlah kasus yang ditangani DKPP, kami melihat masih rendahnya kesadaran akan pentingnya menjaga dan melaksanakan kode etik dalam penyelenggaraan pemilu. Kesadaran yang rendah ini tidak hanya terjadi di tingkat masyarakat, tetapi juga di kalangan penyelenggara pemilu sendiri," ungkap Heddy Lugito.

Dalam acara tersebut, Heddy Lugito memberikan pandangan mengenai pelaksanaan Pemilu 2024, karakteristik penyelenggara pemilu, dinamika yang terjadi, dan pelanggaran yang masih kerap terjadi. Tujuannya adalah untuk memberikan renungan dan pembelajaran bagi semua pihak.

"Ini bisa menjadi pendidikan berharga bagi masyarakat, khususnya dunia kampus sebagai agen perubahan untuk menjaga demokrasi, terutama dalam konteks pemilu yang bertujuan memilih wakil rakyat untuk duduk di lembaga permusyawaratan, membentuk pemerintahan, dan melanjutkan perjuangan dalam mengisi kemerdekaan serta menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia," tegas Heddy Lugito.

Salah satu cara untuk mengurangi pelanggaran pemilu dan memajukan demokrasi adalah dengan meningkatkan literasi masyarakat. Hal ini dapat dilakukan melalui pengembangan universitas yang inklusif, yaitu tempat belajar yang memberi kesempatan kepada semua orang untuk tumbuh, terlepas dari latar belakangnya.

Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menkopolhukam) Republik Indonesia, Marsekal TNI (Purn.) Dr. (H.C.) Hadi Tjahjanto, S.I.P., menyebut bahwa pendidikan inklusif merupakan hak dan kewajiban setiap warga negara. Setidaknya tiga pasal dalam UUD 1945 menekankan pentingnya pendidikan bagi seluruh warga negara.

Dalam sambutan tertulisnya, Menkopolhukam menjelaskan bahwa para pendiri bangsa telah menetapkan salah satu tujuan nasional, yaitu 'mencerdaskan kehidupan bangsa'. Istilah 'mencerdaskan' menunjukkan kemampuan untuk mengembangkan potensi dan cepat beradaptasi dengan perubahan serta tantangan yang dihadapi.

Kecerdasan ini bukan hanya untuk segelintir orang, melainkan kemampuan bersama sebagai satu bangsa. Untuk memastikan pendidikan inklusif berjalan dengan optimal, kolaborasi menjadi kunci, terutama antara pemerintah dan masyarakat yang terlibat dalam pendidikan tinggi.

Hal ini dicontohkan oleh Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama), yang mendapat apresiasi dari Menkopolhukam karena perannya dalam menyediakan pendidikan bagi berbagai kelompok masyarakat. Dalam wisuda kali ini, Universitas Moestopo meluluskan 1.077 mahasiswa dari beberapa fakultas, termasuk Fakultas Kedokteran Gigi, Fakultas Ilmu Komunikasi, dan Fakultas Ekonomi dan Bisnis, yang sebagian besar telah memperoleh akreditasi A Unggul.

Universitas Moestopo, yang dijuluki Kampus Merah Putih, juga telah membuka fakultas teknik dengan tujuan melahirkan sarjana teknik industri dan teknik pertambangan yang kompetitif dan berintegritas. Dengan demikian, universitas ini terus berkontribusi pada pendidikan yang inklusif dan berkualitas, yang diakui oleh lembaga akreditasi internasional ASIC (Accreditation Service for International Schools, Colleges & Universities) pada 2021.

Rektor Universitas Moestopo, Prof. Dr. Budiharjo, M.Si., menegaskan bahwa semangat inklusivitas ini selaras dengan visi universitas yang sejak didirikan selalu mengutamakan toleransi dan inklusivitas.

Acara wisuda ini juga menjadi kesempatan untuk memotivasi para wisudawan untuk menghadapi masa depan dengan penuh semangat, mengingat perkembangan pesat teknologi dan kemajuan zaman yang membutuhkan komitmen untuk terus belajar sepanjang hayat. Prof. Budiharjo menyampaikan harapannya agar para lulusan siap menghadapi tantangan dan peluang di masa depan, memegang teguh nilai-nilai integritas, profesionalisme, dan kewirausahaan, serta berkontribusi untuk masyarakat dan negara.

Jika anda keberatan dan memiliki bukti atau alasan yang kuat bahwa artikel berita ini tidak sesuai dengan fakta, anda dapat melakukan pengaduan pada tautan ini

Tulis Komentar

0 Komentar