Data BPS: Sektor Pertanian Wonogiri Jadi Penyumbang Kemiskinan Tertinggi sekaligus PDRB Tertinggi
Uwrite.id - Badan Pusat Statistik (BPS) Wonogiri baru-baru ini merilis data yang menunjukkan bahwa sektor pertanian masih mendominasi struktur ekonomi di wilayah tersebut. Dalam Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Wonogiri tahun 2022, sektor pertanian memberikan kontribusi tertinggi sebesar 29,10%, melampaui sektor lainnya.
Namun ironisnya, sektor pertanian juga tercatat sebagai salah satu penyumbang angka kemiskinan yang signifikan di Wonogiri. Data dari BPS mengungkapkan bahwa sektor pertanian berkontribusi sebesar 29,95% terhadap tingkat kemiskinan di Wonogiri.
Pada tahun 2022, persentase penduduk miskin di Wonogiri mencapai 10,99%, yang berarti masih ada sekitar 105.190 penduduk Wonogiri yang hidup di bawah garis kemiskinan. Menurut definisi BPS, penduduk miskin adalah mereka yang memiliki pengeluaran per kapita per bulan di bawah garis kemiskinan.
Garis kemiskinan di Wonogiri pada tahun yang sama ditetapkan sebesar Rp376.763/kapita/bulan atau sekitar Rp12.500/kapita/hari. Dengan kata lain, mereka yang memiliki pengeluaran di bawah Rp12.500/kapita/hari termasuk dalam kategori penduduk miskin.
Data yang dirilis BPS juga mengungkapkan bahwa hampir sepertiga, atau sekitar 31.504 penduduk dari total 105.190 penduduk miskin di Wonogiri bekerja di sektor pertanian. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun sektor pertanian memberikan kontribusi yang signifikan terhadap struktur ekonomi wilayah tersebut, namun banyak pekerja di sektor pertanian masih menghadapi tingkat kemiskinan yang tinggi.
Angka Garis Kemiskinan Yang Ditetapkan BPS Dinilai Tidak Realistis dan Tidak Manusiawi
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) telah menetapkan garis kemiskinan di Indonesia dengan pendapatan sebesar Rp13.000 per orang per hari. Namun, angka tersebut oleh Managing Director PEPS (Political Economy and Policy Studies), Anthony Budiawan, dinilai tidak realistis dan tidak manusiawi untuk saat ini.
Dalam artikelnya yang berjudul "Manipulasi Garis Kemiskinan Tidak Bisa Menghapus Fakta Kemiskinan," Anthony Budiawan menyatakan pendapatnya bahwa kemiskinan adalah kondisi di mana pendapatan seseorang tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari, termasuk pangan, pakaian, tempat tinggal, kesehatan, dan pendidikan.
Kemiskinan absolut atau ekstrim terjadi ketika pendapatan seseorang tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan gizi minimum harian, yang pada akhirnya dapat berdampak negatif pada pertumbuhan manusia, seperti stunting.
BPS telah menetapkan kebutuhan gizi minimal harian sebesar 2100 kilokalori dan garis kemiskinan sebesar Rp535.547 per orang per bulan pada tahun 2022. Namun, angka tersebut dipertanyakan karena dianggap sulit diterima oleh akal sehat.
Dalam analisis yang dilakukan oleh Tim Jurnalisme Data Harian Kompas, dengan menggunakan acuan Food and Agriculture Organization (FAO) tentang makanan bergizi seimbang, biaya rata-rata nasional untuk memenuhi gizi harian seimbang mencapai Rp22.126 per orang per hari atau sekitar Rp663.791 per orang per bulan.
Berdasarkan kriteria tersebut, sekitar 183,7 juta orang atau 68 persen dari populasi Indonesia masuk dalam kategori miskin.
Analisis ini juga sejalan dengan data dari FAO yang menunjukkan bahwa 69,1 persen penduduk Indonesia tidak mampu membeli pangan yang bergizi. Oleh karena itu, kebijakan garis kemiskinan yang ditetapkan oleh BPS saat ini perlu direvisi.
Menurut Anthony, garis kemiskinan sebesar Rp13.000 per orang per hari dianggap tidak realistis dan tidak manusiawi untuk saat ini. Jumlah tersebut tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan dasar gizi harian berdasarkan standar makanan sehat.
Oleh karena itu, Anthony berpendapat bahwa revisi kebijakan garis kemiskinan menjadi hal yang mendesak guna menghadirkan pendekatan yang lebih realistis dan manusiawi terhadap permasalahan kemiskinan di Indonesia.
Tulis Komentar