Dari Mulai Kemenko Marinves hingga Pengamat Birokrasi Nilai "Rektor IKN" Isradi Zainal Lebih Layak Pimpin OIKN
Uwrite.id - Dalam menghadapi tantangan pembebasan lahan seluas 2.000 hektar di Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara, berbagai nama muncul sebagai calon potensial untuk memimpin Otorita IKN. Di antara nama-nama tersebut, satu figur menonjol dan mendapat banyak perhatian, baik dari pengamat birokrasi maupun pejabat terkait, yaitu Isradi Zainal, yang sering dijuluki "Rektor IKN". Beliau kerap disebut sebagai 'Rektor IKN' karena setiap saat mengawal, membela dan menulis tentang IKN serta menjadi narasumber IKN di dalam dan luar negeri. Istilah ‘Rektor IKN’ disematkan oleh sejumlah rektor, dekan, PII dan warga masyarakat.
Sebagai seorang eks kandidat deputi di Otorita IKN dengan skor tertinggi pada assessment test, Isradi Zainal sangat memahami permasalahan pembebasan lahan yang sering menjadi penghambat utama dalam pembangunan IKN. Tidak semua calon yang berpotensi mengisi posisi Kepala Otorita memiliki pemahaman mendalam tentang permasalahan lokal di sekitar area IKN. Namun, Isradi Zainal dibekali dengan pengalaman dan solusi untuk menangani masalah ini secara efektif.
Isradi memiliki strategi yang tidak mengesampingkan hak atas tanah ulayat milik adat masyarakat. Dia mampu menawarkan win-win solution untuk tanah yang memiliki kompleksitas konflik kepemilikan tinggi. Hal ini menjadikannya tokoh yang sangat diandalkan, terutama karena dia mengakui telah mengantongi trik-trik praktis yang sesuai dengan perundang-undangan dan juklak teknis pengadaan tanah. Di sisi lain, pengamat birokrasi, Agus Pambagio menyatakan adanya faktor brown field di balik permasalahan tanah yang belum bisa diatasi, sebagai trigger ketidakhadiran investor.
"Itu saja kan. Investor. Investor sih enggak akan datang meskipun tidak diberhentikan, karena itu masih brown field, karena itu tanah semua dari awal," kata pengamat birokrasi Agus Pambagio.
Sekretariat Negara, melalui menterinya, kini tengah berupaya mencari pemimpin yang mampu mengatasi dinamika dan kompleksitas permasalahan di IKN. Hingga saat ini, belum ada figur lain yang mampu menunjukkan kemampuan seperti yang dimiliki oleh Isradi. Beliau memiliki riwayat panjang sebagai aktivis pergerakan sejak bangku kuliah di Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin, yang membuatnya sangat teruji dalam menangani persoalan di lapangan.
Insting tajam dan kemampuan adaptasi Isradi dalam mengatasi konflik agraria membuatnya sangat dihormati. Sebagai Ketua Asosiasi Ahli K3 nasional, dia satu-satunya akademisi di Kalimantan Timur yang memiliki kemampuan tersebut. Nama Isradi Zainal sudah tidak asing lagi di kalangan pengambil kebijakan di tingkat pusat. Hubungan koordinatif dan kedinasan yang ia bangun sejak IKN belum diresmikan oleh Presiden Joko Widodo memperkuat posisinya sebagai figur kunci dalam proyek ini.
Tidak hanya itu, Isradi juga dikenal aktif menulis artikel yang memberikan saran operasional taktis seputar percepatan pembangunan IKN di berbagai media, baik lokal maupun nasional. Dua karya tulisnya berujud buku, bahkan telah diterima oleh presiden terpilih Pilpres 2024, Prabowo Subianto. Isradi sering mengajak berbagai pihak, mulai dari Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartarto hingga komentator oposisi Rocky Gerung, untuk berdiskusi mengenai solusi bagi IKN. Sehingga tak heran, banyak pengamat birokrasi yang menyebut Isradi Zainal layak memimpin OIKN.
Pemikirannya juga menjadi bahasan di Kemenko Kemaritiman dan Investasi, terutama dalam menangani masalah sosial terkait pembebasan lahan. Sebagai tokoh pendidikan di Universitas Balikpapan, dia menekankan pentingnya pembangunan sisi etik-mental bagi warga dan SDM birokrasi di lingkungan Otorita IKN. "Saya merasa untuk 50 tahun ke depan kita perlu sumber daya manusia yang betul-betul tangguh untuk memajukan dan sekaligus mengelola IKN ini," ujar Isradi.
Dukungan yang kuat dari berbagai pihak dan kemampuannya yang telah terbukti membuat banyak pengamat birokrasi menilai bahwa Isradi Zainal lebih dari layak untuk memimpin Otorita IKN. (*)
Tulis Komentar