Dari Gereja ke Masjid: Dakwah Muhammadiyah di Madrid Spanyol

Transformasi monumental di Alcala, Spanyol, menjadi penanda kebangkitan dakwah Islam Indonesia di Eropa.
Madrid, Spanyol – Sebuah babak baru dalam sejarah peradaban Islam kembali ditulis. Muhammadiyah, organisasi Islam terbesar di Indonesia, secara resmi membeli sebuah katedral bersejarah di Alcala de Henares, Madrid, Spanyol. Gereja yang dulunya dikenal sebagai Magisterial Cathedral of Saints Justo and Pastor ini akan segera diubah menjadi masjid—mengembalikan fungsinya seperti semula saat berada di bawah kekuasaan Kekhalifahan Islam berabad-abad lalu.
Langkah Muhammadiyah ini bukan hanya sekadar akuisisi bangunan, melainkan menjadi simbol internasionalisasi dakwah yang digerakkan dari akar rumput hingga menembus jantung Eropa.
Warisan Peradaban Islam dan Jejak Sejarah Panjang
Bangunan yang dibeli ini bukan sekadar tempat ibadah biasa. Ia menyimpan jejak sejarah panjang sejak masa Romawi Kuno, pernah menjadi kuil pagan, kemudian berubah menjadi gereja Kristen awal. Pada masa keemasan Islam di Andalusia, lokasi ini pernah difungsikan sebagai masjid, sebelum akhirnya direbut kembali oleh umat Nasrani.
Gaya arsitekturnya memadukan elemen Gothic, Baroque, Renaissance, dan Neoklasik, menciptakan atmosfer yang tak lekang oleh waktu. Pada tahun 1946, gereja ini diangkat sebagai basilika minor oleh Paus Pius XII, menandakan nilai spiritual dan historisnya di kalangan umat Katolik.
Magisterial: Gelar Langka yang Menyertainya
Tak banyak yang tahu, gereja ini menyandang gelar langka “Magistral,” sebuah status istimewa yang hanya diberikan kepada gereja di mana pemimpin rohaninya wajib bergelar doktor teologi. Hanya dua gereja di dunia yang mendapat gelar ini—salah satunya adalah gereja yang kini dimiliki Muhammadiyah.
Strategis di Tengah Eropa
Terletak hanya 15 menit dari pusat Kota Madrid, bangunan seluas 3.000 meter persegi ini memiliki nilai strategis tinggi. Tak hanya mudah diakses oleh masyarakat Muslim lokal dan diaspora Indonesia di Spanyol, gedung ini juga berada dalam wilayah yang telah diakui sebagai situs warisan dunia UNESCO.
Mimpi dari Muktamar yang Jadi Nyata
Keinginan membeli gereja ini pertama kali diumumkan pada Muktamar ke-48 Muhammadiyah di Surakarta, November 2022. Dr Saad Ibrahim, Ketua PWM Jatim saat itu, mengungkapkan misi besar di baliknya—membangkitkan kembali cahaya Islam di bumi Andalusia.
Negosiasi pun berjalan hingga 2023, dengan harga awal yang diajukan sebesar tiga juta euro. Gereja yang jarang dikunjungi umat sebelumnya itu akhirnya berhasil dibeli oleh Muhammadiyah, menjadikannya sebagai monumen kebangkitan dakwah internasional.
Langkah Strategis Dakwah Global Muhammadiyah
Ustadz Fathurrahman Kamal, Ketua Majelis Tabligh PP Muhammadiyah, menyebut ini sebagai bagian dari strategi dakwah global Muhammadiyah. Organisasi ini sudah memiliki cabang dan amal usaha di lima benua, termasuk Mesir, Australia, Jepang, bahkan Amerika.
“Langkah ini menandai komitmen Muhammadiyah untuk bukan hanya berdakwah lokal, tetapi juga berperan di level peradaban global,” ujarnya.
Misi yang Lebih Besar dari Sekadar Bangunan
Rencana pengubahan gereja menjadi masjid bukan hanya simbol identitas. Di masa mendatang, bangunan ini akan difungsikan sebagai pusat kajian, dialog antaragama, dan kegiatan kemanusiaan. Seperti di banyak negara, dakwah Muhammadiyah juga diwarnai dengan kontribusi sosial, termasuk pendidikan, kesehatan, dan solidaritas global.
Menghidupkan Kembali Andalusia dalam Bentuk Baru
Bagi sebagian orang, pembelian ini mungkin hanya perpindahan aset. Namun bagi umat Islam, khususnya warga Muhammadiyah, ini adalah reinkarnasi peradaban Andalusia yang pernah menjadi cahaya dunia.
Dengan dukungan umat dan visi yang kuat, langkah ini bukan akhir, melainkan awal baru dalam sejarah Islam modern yang berakar di Nusantara namun tumbuh melintasi samudra.(pd)
Tulis Komentar