Dalam Tangan Dingin Seorang Surya Paloh, Merajut Asa Negeri, Merawat Kebangsaan

Opini | 01 Sep 2023 | 20:29 WIB
Dalam Tangan Dingin Seorang Surya Paloh, Merajut Asa Negeri, Merawat Kebangsaan
Surya Paloh, sosok penuh misteri dan punya nyali serta politikus berkekuatan predictable (Istimewa)

Uwrite.id - Surya Paloh memang seorang pemain. Bahkan bisa disebut pemain utama dalam mewarnai politik nasional pasca reformasi. Paloh seperti magnet yang mampu menarik kekuatan politik untuk mendekatinya. Paloh memainkan psikologis tidak saja kandidat capres yang digadang-gadang untuk dicalonkan, tapi juga partai politik yang akan berkoalisi dengan Partai NasDem.

Gaya Paloh humble menawan, mampu merangkul partai politik yang mendekat padanya. Mendekat untuk berkoalisi dengan NasDem, partai yang diketuainya, atau hanya sekadar datang untuk bersilaturahmi. Paloh memberi angin segar pada partai politik yang datang menemuinya di NasDem Tower, markas DPP Partai NasDem.

Semua dibuat riang gembira, seolah siapa yang datang menemuinya cocok berkoalisi dengan NasDem. Paloh menunjukkan kekuatannya, meski NasDem cuma partai papan tengah. Tapi Paloh mampu mengerek NasDem menjadi setinggi NasDem Tower, gedung pencakar langit dan megah untuk ukuran kantor sebuah partai politik.

Paloh buat “radar” capresnya sendiri. Seolah capres, juga cawapres, yang muncul ada di kantongnya. Tiga nama cawapres yang sempat dihadirkan, Agus Harimurti Yudhoyono, Susi Pudjiastuti dan Khofifah Indar Parawansa. Itulah nama-nama yang muncul dari radar Paloh. namun Cak Imin-lah (tampak) menjadi pilihan terakhir yang akhirnya resmi diusung.

Koalisi hampir final dibuat, setelah suara-suara muncul bahwa NasDem akan berkoalisi dengan PKB. Sudah menjadi keniscayaan. Tentu pada saatnya NasDem, dan PKB, akan mengumumkan dengan siapa tambahan parpol lagi, koalisi itu dibuat.

Paloh bisa diibaratkan penari yang sulit ditebak gerakan arah tariannya dilesakkan. Terus menari sambil mengumbar senyum khasnya, mengajak ketua umum partai yang mendatanginya ikut menari bersamanya. Sambil senyum terus diumbar, dan pelukan hangat diberikan. Gaya keakraban ditampilkan.

Puan Maharani mendatangi NasDem, partai pertama yang didatangi PDI-P dalam silaturahim politiknya, mengindikasikan betapa pentingnya NasDem dalam konstelasi politik nasional. Paloh menyambut Puan dengan hangat, menyebutnya sebagai kemenakan. Peluk hangat dan sambil berjalan tangan Paloh dirangkulkan ke pundak “sang kemenakan”. Sepertinya cuma Paloh yang bisa “menari” seperti ini.

Hubungan “panas dingin” PDI-P dan Partai NasDem selama ini, dalam koalisi pendukung rezim Jokowi, yang itu tampak dalam sikap Megawati terhadap Paloh. Namun di hari-hari belakangan ini, semua dibuat menjadi cair. Puan disambut hangat oleh Om Paloh. Dua partai itu dibuat menjadi tidak berjarak. Seperti tidak pernah ada masalah apa-apa sebelumnya.

Kalau sudah begini kata Paloh, masa sih kemenakan ini tidak masuk “radar” NasDem. Padahal tanpa diusung NasDem, PDI-P bisa jalan sendiri mengusung capresnya. Paloh tampak percaya diri–tapi itu lebih pada bentuk keakraban–sehingga ia perlu mengumbar narasi, masa sih, Puan tidak masuk radar yang akan dicalonkan.

Tentu apa yang disampaikan Paloh itu tidak yang sebenarnya. Itu sekadar gula-gula manis yang diberikan pada tamu yang mengunjunginya. Ucapan sebagaimana yang disampaikan Paloh, juga biasa diucapkan para politisi lain, itu hal biasa. Basa-basi politik. Paloh tampak memegang kuat adagium, hanya ada kepentingan abadi dalam politik, itu dengan baik.

Pastilah “radar” yang dipegang kuat Paloh dan Partai Nasdem, tentu hasil Rakernasnya. Tidak mungkin beranjak dari itu–sebagaimana dituturkan Willy Aditya, Ketua DPP NasDem, bahwa partainya akan tetap konsisten dengan hasil Rakernas.

Tapi bisa juga apa yang disebut Paloh “radar” di luar Rakernas, itu lebih sebagai cawapres yang dipilihnya. Anies-Imin, apakah itu yang dimaksudkan Paloh, yang nantinya akan diusung partai NasDem dalam koalisinya. Tidak ada yang pasti. Semuanya masih cair mencari bentuknya untuk pada saatnya mengkristal.

Jadi biarkan saja Paloh terus menari sepuas hati, menghibur siapa saja yang mendatanginya. Itu memang gaya yang dipilihnya. Pada saatnya tarian itu akan berhenti, Paloh amat tahu persis kapan untuk menari, dan kapan untuk mengakhirkan tariannya. (*)

Menulis di Uwrite bisa dapat penghasilan, Investasikan tulisan anda sekarang juga
Daftar di sini

Jika anda keberatan dan memiliki bukti atau alasan yang kuat bahwa artikel berita ini tidak sesuai dengan fakta, anda dapat melakukan pengaduan pada tautan ini

Tulis Komentar