Ciamis Krisis HIV/AIDS, Kasus Laki seks Laki Cukup Tinggi
Uwrite.id - Kepala Sekretariat Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kabupaten Ciamis, Andi Ali Fikri, mengatakan bahwa kasus Laki seks Laki (LSL) di Kabupaten Ciamis cukup tinggi.
Hal tersebut ia sampaikan usai pengukuhan duta Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) tingkat SMP se Kabupaten Ciamis di Aula Sekretariat Daerah Kabupaten Ciamis, Jawa Barat pada Senin, 27 November 2023.
Ia juga mengungkapkan, angka kasus HIV/AIDS di Kabupaten Ciamis mengalami peningkatan sebanyak 83 kasus selama tahun 2023 hingga bulan Agustus.
Namun, ia juga mencatat bahwa pada tahun 2023 tidak ada kasus terkontaminasi HIV/AIDS di kalangan Gen Z.
Secara akumulatif, menurut data Dinas Kesehatan Kabupaten Ciamis jumlah orang dengan HIV/AIDS di Ciamis mencapai sekitar 802 orang sejak tahun 2012 hingga 2023.
Bahkan satu di antaranya tercatat sebagai tenaga pendidik dan terkonfirmasi positif HIV/AIDS (ODHA).
"Dua tahun sebelumnya terdapat 5 orang Gen Z yang terdeteksi terkontaminasi HIV/AIDS dengan rata-rata kasus Laki seks Laki (LSL). Dari mereka, 4 orang merupakan lulusan SMP dan drop out, tidak melanjutkan sekolah. Satu orang melanjutkan ke perguruan tinggi di Bali, kini kembali ke Ciamis," ungkapnya.
Cukup tingginya kasus Laki seks Laki (LSL) di Kabupaten Ciamis, menurut Andi dipengaruhi oleh banyak faktor, di antaranya perlindungan di keluarga yang seringkali berasal dari broken home, pola asuh yang kurang perhatian, dan kesibukan orang tua yang membuat anak-anak kehilangan kontrol terhadap pergaulan.
"Titik awal psikologisnya di situ, ada yang broken home, divorced orang tuanya, ada pola asuh ketika laki-laki diperlakukan seperti perempuan, dari titik itu akhirnya LSL ini melakukan perubahan-perubahan perilaku," jelasnya.
Andi menjelaskan, perilaku menyimpang LSL bisa disembuhkan dengan terapi psikologis. Kendalanya, keberadaan psikiater di Ciamis masih minim.
Selain itu, Andi menuturkan bahwa deteksi awal penularan HIV/AIDS bisa dilakukan di tingkat Puskesmas.
Ia juga menekankan pentingnya peran guru Bimbingan Penyuluhan (BP) di sekolah. Menurutnya, peran guru BP harus sebagai seorang profesional yang mengerti masalah mentalitas para siswa di masa puber, bukan hanya sekedar karir.
"Peran vital Guru BP sebagai asisten sutradara kepala sekolah sangat penting di lingkungan sekolah. Guru BP seharusnya menjalani profesi dengan profesionalisme, bukan hanya sebagai karir semata," ujarnya.
"Harapannya dan kita juga sudah memberi masukan, ke depan para guru BP adalah lulusan dari akademisi psikologi agar dapat lebih memahami mentalitas siswa, terutama dalam menghadapi masa puber, agar penanganan masalah ini lebih efektif," tambahnya.
Duta KPA Tingkat SMP jadi Garda Terdepan Penanggulangan HIV/AIDS di Kalangan Gen Z
Lebih lanjut, Andi mengharapkan bahwa para duta KPA tingkat SMP yang telah dikukuhkan dapat memainkan peran kunci dalam penanggulangan HIV/AIDS di kalangan Gen Z.
Tugas utama mereka melibatkan kemampuan menjaga diri sendiri dan menyebarkan pemahaman positif kepada teman-teman sebayanya.
"Minimal mereka bisa menjaga dirinya sendiri, bisa menularkan sisi positif dan bisa memberikan pemahaman dan merangkul teman sebayanya yang mempunyai perilaku menyimpang. Jika tidak mampu, silakan berkoordinasi dengan kita, pihak KPA," jelasnya.
Untuk mencapai hal ini, berbagai kegiatan edukatif diusung, termasuk peningkatan aktivitas ekskul, mendorong e-sport seperti Mobile Legend sebagai ekskul, dan peningkatan kegiatan spiritual melalui pengajian di sekolah.
"Menu-menu kegiatan duta KPA banyak, di antaranya, meningkatkan spiritual, salah satu caranya dengan pengajian atau melakukan kajian-kajian agama di sekolah. Kedua, kegiatan ekskul, siswa yang tidak pernah ikut ekskul dorong untuk ikut ekskul," tutur Andi.
"E-sport akan didorong untuk menjadi ekskul, salah satunya game Mobile Legend. Langkah ini sebagai langkah positif agar aktifitas online anak bisa terkontrol melalui ekskul," ucapnya.
Menghadapi tantangan HIV/AIDS di kalangan Gen Z, dalam pandangan Andi, edukasi seks di tingkat SMP menjadi fokus penting.
Keterlibatan orang tua, guru, dan pemerintah dianggap krusial dalam mendukung penanganan masalah ini.
"Edukasi seks di tingkat SMP harus mulai dilakukan, karena hari ini, penjabaran seksualitas didukung oleh teknologi.
Warga pendidikan, yang mencakup orang tua, guru dan pemerintah harus peduli," tegasnya.
Untuk diketahui, Bupati Ciamis, Herdiat Sunarya, mengukuhkan 81 orang siswa dari 81 SMP Negeri se Kabupaten Ciamis sebagai duta Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) dengan harapan puluhan Gen Z ini bisa memutus mata rantai penularan HIV/AIDS di Kabupaten Ciamis.
Pengukuhan tersebut juga bagian dari persiapan menjelang peringatan Hari AIDS Sedunia yang akan diadakan pada tanggal 1 Desember mendatang.
Tulis Komentar