Ceramah Berkelas Di Ruang Kelas

Opini | 08 Jun 2023 | 13:26 WIB
Ceramah Berkelas Di Ruang Kelas
image:pixabay.com/illustrations/classroom-teacher-board-book-woman-4197095/

Uwrite.id - Konon katanya cara mengajar di sekolah diruang-ruang kelas dengan metoda ceramah adalah metoda yang usang dan ketinggalan zaman. Metoda ceramah dianggap kurang kreatif dan membuat suasana belajar para siswa jadi membosankan dan cenderung tidak menarik atau membuat ngantuk. Namun demikian , dari dulu hingga kini, metoda ajar dikelas dengan cara ceramah  nampaknya masih ada para guru yang tetap memilihnya. Metoda ceramah adalah metoda paling akomodatif dan relatif tidak banyak membutuhkan alat-alat bantu belajar-mengajar. Meskipun bisa jadi disebagian sekolah-sekolah yang mapan terdapat peralatan canggih untuk presentasi materi ajar para guru, namun tho tetap saja itu metode ceramah, hanya saja ceramahnya dibantu oleh peralatan seperti tv layar lebar, projector, internet, dan lain-lain. Bahkan yang cukup menggelitik pikiran penulis adalah ada guru-guru yang merekam ceramahnya menjadi video lalu di upload di Yutube dengan berbagai insertion seperti bahan ajar dalam bentuk power point, dan para siswa diharapkan mengaksesnya kapan saja. Lho, kalau begitu sama saja  para siswa itu melihat  ceramah gurunya, namu bukan secara langsung dikelas. 

Ada anggapan, bisa jadi memang nyata atau hanya issue yang belum jelas, bahwa metoda ajar ceramah di kelas dianggap kuno dan usang atau membosankan. Penulis tidak sepenuhnya mengerti mengenai anggapan tersebut. Menurut pemikiran penulis, bukan metode ceramahnya yang usang atau ketinggalan zaman. Ceramah adalah salah satu keahlian public speaking , dikegiatan upacara benderapun para pembina upacara selalu melakukan ceramah singkat, dalam rangka memberi nasihat kepada peserta upacara, kenapa ceramah diupacara bendera masih dipertahankan sedangkan di ruang-ruang kelas seolah “digugat”. Seharusnya yang dikritisi bukan metoda ceramahnya, melainkan bagaimana cara berceramah dikelas. Teknologi hanyalah alat bantu, tanggung jawab utama tetap ada pada orangnya. Kecanggihan teknologi tidak serta merta menjadikan bahan ajar menjadi lebih menarik dan digandrungi, pun demikian dengan metode ceramah dikelas tidak serta merta menjadikan cara mengajar menjadi usang dan membosankan.

Lalu bagaimana agar metoda ceramah di kelas-kelas yang dilakukan oleh para guru menjadi sebuah ceramah yang selalu ditunggu-tunggu oleh para murid, ceramah dikelas seperti apa yang sedemikian hingga selalu dirindukan oleh para siswa. Ceramah dikelas juga bagian dari proses belajar mengajar yang masih relevan, tinggal bagaimana caranya agar ceramah di kelas-kelas ini menjadi menyenangan dan para murid antusias. Penulis ingin menyodorkan 3 pemikiran bagi para guru agar metoda ceramahnya mempunyai sensasi visual dan auditif dibenak para murid serta ceramah para guru itu selalu mampu menghadirkan daya kejut yang signifikan yang pada giliranya membuat para siswa selalu ingin bertemu kembali dengan gurunya itu diruang kelas minggu depan.

Pemikiran pertama adalah, sejauh mana para guru itu memahami cara berkomunikasi didalam kelas. Seorang guru dikelasnya setidaknya minimal harus memahami dan menguasai 3 paradigma komunikasi, yaitu komunikasi intrapersonal, komonikasi interpersonal dan komunikasi massa atau kelompok. Tidak cukup sampai disitu, guru-guru juga setidaknya harus mengenal beberapa teori komunikasi praktis yang sangat bermanfaat dalam membuat variasi komunikasi didalam kelas. Ibarat pisau didalam dapur, semakin banyak teori komunikasi praktis yang dimiliki maka semakin baiklah cara berkomunikasinya. Guru-guru seyogyanya memahami tetang ‘bias kognitif’, ‘semiotika-semantik’, ‘komunikasi naratif’, ‘framing’, dan lain sebagainya. Semakin banyak memahami peralatan dapur Anda, maka semakin bervariatiflah masakan yang bisa Anda buat. Pemikiran kedua yang hendak didiskusikan bersama para guru adalah, sebesar dan sedalam apa yang dimiliki oleh seorang guru sekolah akan 3 kecerdasan sekaligus yaitu Kecerdasan Emosi, Kecerdasan Sosial dan Kecerdasan Bahasa. Kecerdasan Emosi dan Sosial nampaknya bukan hal yang asing untuk  bagaimana cara meningkatkannya.  Penulis hendak lebih menanyakan bagaimana kabar keadaan Kecerdasan Bahasa para guru di kelas. Sebanyak dan sevariatif apa kosakata dan frasa yang dimiliki serta sekreatif apa dalam kemampuan merangkainya.  Seorang penyiar radio bisa jadi memiliki ratusan ribu kosa kata dalam berbagai bermacam kelompok tema, topik atau bahasan.  Tak heran seorang penyiar radio bisa bersiaran  dangan kalimat yang meliuk-liuk berbagai topik, kreatifitas seolah tanpa batas, kata-kata yang selalu memiliki efek kejut, tidak memakai kosa kata atau frasa yang itu-itu saja, omongannya meluncur deras merasuk kedalam benak para audiensnya. Ibaratnya guru adalah seorang penyiar yang sedang ‘live’ didepan para muridnya. Selanjutnya adalah pemikiran ketiga atau yang terakhir, se-uptodate apa khasanah pengetahuan para guru dalam konteks menyelami dunia para siswanya yang seringkali lebih uptodate dalam berbagai aspek kehidupan seperti gaya hidup, hobi, film, kuliner, musik, fashion, teknologi, pemikiran-pemikiran tertentu, dan lain sebagainya.

Semakin kita mengenal dan memahami banyak peralatan dapur dan fungsi-fungsinya, maka kita berpotensi membuat masakan yang enak dan bervariatif. Jangan-jangan kita hanya mengenal 1 jenis saja pisau dapur yang dipakai untuk memotong, mengupas, mengiris. Kita menggunakan pisau yang itu-itu lagi untuk memotong sayur, daging, roti, buah, ikan, rempah dan seterusnya. Kita dari dulu hanya menggunakan alat masak yang sama untuk menggoreng, merebus, menumis, memanggang dan seterusnya. Yuk, perluas perbendaharaan kosakata dan frasa dalam otak kita, perbanyak pengetahuan tentang public speaking beserta teori-teori komunikasi praktisnya, serta selalu mau keluar mengajak benak dan otak kita untuk sekedar “berjalan-jalan” memahami dunia luar yang sangat akrab dengan para siswa. Semoga dimasa mendatang metoda ceramah berkelas diruang kelas selalu menjadi ceramah yang ditunggu-tunggu oleh para siswanya meskipun disekolah belum memiliki internet, projector dan laptop.

 

 

 

Menulis di Uwrite bisa dapat penghasilan, Investasikan tulisan anda sekarang juga
Daftar di sini

Jika anda keberatan dan memiliki bukti atau alasan yang kuat bahwa artikel berita ini tidak sesuai dengan fakta, anda dapat melakukan pengaduan pada tautan ini

Tulis Komentar

0 Komentar