Cara Menjadi Guru Kreatif

Pendidikan | 05 Jun 2023 | 00:14 WIB
Cara Menjadi Guru Kreatif
imagesource: pixabay.com/illustrations/back-to-school-school-plate-girl-5514999/

Uwrite.id - Guru yang kreatif digadang-gadang akan mampu membuat suasana belajar mengajar di kelas semakin dinamis, tidak membosankan dan merangsang antusiasme dan kreatifitas siswa dalam belajar. Konon cara guru mengajar yang masih  “satu arah” dengan metode ceramah dikelas sudah usang dan ketinggalan zaman. Benarkah begitu? Tentu akan panjang pembahasan dan diskusi mengenai hal tersebut. Belakangan civitas pendidikan memperkenalkan metode flipped classroom, silakan Anda bisa cari sendiri di Google apa dan bagaimana itu flipped classroom. Para guru juga dimotivasi untuk membuat materi ajar yang lebih “kreatif” yaitu dalam kemasan audio-video, digital multimedialah pokoknya. Para guru secara berkesinambungan diberikan pelatihan ini itu guna meningkatkan kapasitas dan kapabilitas dalam meramu materi pembelajarannya agar selalu dapat mengikuti perkembangan dan derap dinamika zaman yang biasanya berkaitan erat dengan kemajuan teknologi terkini baik itu dalam perangkat lunak, sistem IT pendidikan, hingga produksi multimedia materi ajar. 

Segala upaya yang dikerjakan bahu membahu antara civitas sekolah, masyarakat serta para pembuat kebijakan disektor pendidikan tentu patut kita apresiasi dan acungi 2 jempol. Pada tulisan ini penulis tidak akan  mengajak pembaca untuk menelusuri kreatifitas apa saja yang kini telah dilakukan oleh para guru sekolah baik yang ada di wilayah-wilayah terpencil, terlebih di perkotaan. Namun, menurut hemat penulis meskipun sebagian para guru sudah akrab dengan teknologi terkini dengan segala dimensinya baik perangkat keras dan lunak yang mampu menunjang kegiatan belajar siswa, namun persoalan kreatifitas para guru dalam konteks kegiatan belajar mengajar kadangkala masih terasa hingga hari ini. Entah sejak kapan sebenarnya berbagai pelatihan bagi para guru itu sudah dimulai baik dilevel nasional maupun daerah kabupaten / kota, lalu indikator seperti apa yang hendak dicapainya. Jangan-jangan permasalahan utama para guru dalam konteks “kreatifitas mengajar” bukan pada persoalan penguasaan teknologi belaka, namun ada hal lain yang berpotensi menjadi hambatan besar dalam membangun kreatifitas para guru sekolah diberbagai jenjang.

Pada kesempatan ini penulis menyodorkan beberapa hal yang dapat dilakukan oleh para guru dalam rangka meningkatkan kreatifitas mengajar bagi para muridnya. Disini penulis tidak akan mengupas hal-hal yang berkaitan dengan teknologi pendidikan dan berbagai turunannya. Kreatif adalah relatif, bukan berarti metode ajar dengan ceramah dikelas menjadi usang dan ketinggalan zaman. Pun demkian halnya para guru yang sudah merekam ceramahnya dalam bentuk audio-video dan diupload di Yutube atau akun medsosnya, maka ia sudah berhak menyandang guru kreatif of the year. Berikut adalah beberapa hal yang kiranya bisa menjadi bahan perenungan dan diskusi hangat dilingkungan para pengajar berbagai jenjang sekolah. Pertama adalah jangan hanya fokus pada kedalaman ilmu, namun juga perluas daya jelajah khasanah pengetahuan sang guru. Ini berkaitan erat dengan kekuatan daya nalar dan wawasan seorang guru didepan para siswanya dikelas. Seorang guru pelajaran ilmu antropologi misalnya, juga harus suka membaca politik, sains, otomotif, gaya hidup, olah raga, religi, filsafat, ekonomi, kuliner, film, musik, wisata, dan lain sebagainya sevariatif mungkin. Apakah berat? Tentu tidak, karena membaca adalah dasar dari pembentukan daya nalar. Membaca harusnya menjadi hobi dasar seorang guru. Hanya membaca, bukan harus mempelajarinya lho. Semakin banyak dan bervariatif yang dibaca maka semakin baiklah perbendaharaan kosakata, frasa  dan daya nalar orang itu dari waktu ke waktu. Percaya atau tidak, keluasan wawasan seorang guru ditambah kedalaman suatu ilmu akan meningkatkan kreatifitas diri ketika melakukan proses mengajar dikelas. Rasakan betapa kaya dan bervariatifnya kosakata dan frasa sang guru yang berwawasan luas akan meluncur deras didalam kelas membuat para murid terhipnotis menikmati ceramah sang guru.

Lalu yang harus dipahami dan direnungkan kembali oleh para guru adalah kemampuan komunikasi. Setiap guru minimal harus menguasai ilmu komunikasi pada 3 jenis yaitu pertama komunikasi intrapersona, kedua adalah komunikasi antarpersona, dan ketiga adalah komunikasi kelompok. Kepiawaian dalam meramu 3 jenis komunikasi ini akan sangat membantu para guru untuk menjadi guru yang terasa kreatif dalam menyampaikan materi ajarnya. Kemampuan komunikasi pada 3 level ini bisa diasah dengan salah satu cara, namun harus kontinyu, yaitu bangunlah budaya diskusi kelompok antar guru, guru-guru dan kepala sekolah,  para siswa dan seluruh civitas sekolah lainnya. Namun bukan didalam kelas atau diskusi pelajaran, diskusikanlah hal-hal yang sedang hangat dimasyarakat baik dalam maupun luar negeri, fenomena-fenomena yang sedang terjadi atau menjadi sorotan publik, bahaslah berita-berita terkini di media-media mainstream.  Lalu beranikan diri untuk membuat analisa sederhana mengenai dampak apa yang bisa terjadi dari hal yang dibahas tersebut. Anggaplah kegiatan ini semacam morning coffee di sekolah sebelum dimulainya pelajaran dikelas. Tidak harus berlama-lama, cukup 15 sampai 30 menit setiap sesi, namun lakukanlah setiap hari sepanjang tahun!.

Terakhir, pahamilah fungsi media. Setiap sekolah hampir seluruhnya mempunyai website resmi sekolah atau media sosial, bahkan guru-gurunya secara individupun demikian. Content is the king! Maka pahamilah secara mendalam fungsi-fungsi media, maka konten ajar akan menjadi lebih kreatif dan bermakna. Sebagai perkenalan, penulis hanya akan menyodorkan 2 fungsi dari media yang dimiliki oleh sekolah maupun guru secara personal. Fungsi edukasi dan kontrol adalah 2 fungsi dari media yang dimiliki sekolah dan atau para guru. Fungsi edukasi pada media mempunyai minimal 3 tujuan yaitu mengubah pendapat, mengubah perilaku dan mengubah sikap. Lalu fungsi kontrol pada media adalah bagaimana caranya media sang guru atau sekolah menjadi acuan siswa dalam memverifikasi suatu informasi serta menjadi sumber rujukan siswa dalam mencari kebenaran ilmu dan wawasan. Pada lain artikel mudah-mudahan penulis dapat memaparkan lebih luas dan dalam mengenai kemampuan komunikasi para guru dan bagaimana  memahami fungsi media sebagai salah satu cara menjadi guru kreatif. So, bisa jadi bukan metoda ceramahnya yang usang, namun cara berceramahnya yang harus di-upgrade.

 

Menulis di Uwrite bisa dapat penghasilan, Investasikan tulisan anda sekarang juga
Daftar di sini

Jika anda keberatan dan memiliki bukti atau alasan yang kuat bahwa artikel berita ini tidak sesuai dengan fakta, anda dapat melakukan pengaduan pada tautan ini

Tulis Komentar