Bedog Arts Fest 2025: Festival Seni Tepian Sungai yang Satukan Alam, Warga, dan Budaya

Seni | 10 Oct 2025 | 21:28 WIB
Bedog Arts Fest 2025: Festival Seni Tepian Sungai yang Satukan Alam, Warga, dan Budaya
Pembukaan Bedog Arts Festival 2025 (Foto Yusuf)

Uwrite.id - SLEMAN — Di tepian Sungai Bedog yang asri, warga dan seniman kembali bersatu dalam perayaan budaya. Bedog Arts Fest (BAF) 2025, yang digelar di Studio Banjarmili, Kradenan, Sleman, pada 10–20 Oktober 2025, menghadirkan semangat baru lewat tema “Sambung-Menyambung”.
Festival ini mengajak publik untuk melihat keterhubungan antara manusia, alam, dan kebudayaan dalam satu napas kehidupan yang berkelanjutan.

Tahun ini, BAF memperluas ruang geraknya. Tak hanya menyajikan pertunjukan seni, festival ini juga menghadirkan pameran arsip maestro tari Martinus Miroto, pelatihan lingkungan bagi warga, hingga program Almost Green Festival yang menyoroti pengelolaan sampah ramah lingkungan.

Menghormati Warisan Maestro Tari

Rangkaian acara dibuka dengan pameran “(Te)topengan Miroto”, menampilkan arsip dan artefak kekaryaan Martinus Miroto, pendiri Bedog Arts Fest.
Pameran ini menjadi refleksi atas gagasan Miroto tentang seni yang berpihak pada alam dan kehidupan.

“Bagi kami, Miroto bukan hanya seniman, tapi juga pengingat bahwa tubuh manusia punya spiritualitas yang terhubung dengan bumi,” ujar Bayu Pramana, kurator dari Kalanari Theatre Movement.

Sesi tanya jawab dalam Bedog Arts Fest 2025 (Foto Yusuf)

Selain pameran, dokumenter “Penumbra: Perjalanan Miroto” juga ditayangkan pada 19 Oktober, menampilkan perjalanan sang maestro yang dikenal dengan gerakan tari ekologisnya.

Festival dari dan untuk Warga

Sebagai bagian dari Sleman Creative Weeks 2025, Bedog Arts Fest menjadi ajang kolaborasi antara Yayasan Banjarmili, warga Kradenan, dan pemerintah daerah.
Kepala Dinas Pariwisata Sleman, Dwi Hartono, menilai BAF menjadi contoh festival berbasis komunitas yang patut dicontoh.
“BAF menunjukkan bahwa pariwisata dan seni bisa tumbuh dari partisipasi warga. Ini model community-based tourism yang nyata,” ujarnya.

Warga Kradenan sendiri turut bangga menjadi bagian dari festival ini. “Kami ikut gotong royong dari awal. Rasanya seperti merayakan rumah sendiri,” kata Sukarni (47), relawan yang setiap tahun membantu jalannya acara.

Langkah Hijau Menuju Festival Berkelanjutan

Lewat program “Almost Green Festival”, panitia menggandeng Yayasan Get Plastic Indonesia dan Bank Sampah Go-Green untuk mendampingi karang taruna dalam pengelolaan sampah dan energi alternatif dari plastik.
“Ini bukan hanya soal kebersihan, tapi soal kesadaran bersama menjaga lingkungan,” ujar Ria Prabandari, Direktur Yayasan Banjarmili.

Bagi warga muda seperti Satrio (22), pengalaman ini menjadi hal baru. “Kami belajar langsung cara memilah sampah dan mengolah plastik jadi energi. Festival ini bikin kami merasa ikut berkontribusi,” katanya.

Panggung Alam dan Seni yang Hidup

Seni pertunjukan tetap menjadi inti Bedog Arts Fest. Pada 17–18 Oktober, tepian Sungai Bedog akan menjadi panggung terbuka untuk beragam penampil lintas disiplin — dari Wayang Kudung Wakul dan Raja Kirik’s Phantasmagoria of Jathilan, hingga Ela Mutiara dan Kalanari Theatre Movement.

“Seni di alam terbuka punya kekuatan sendiri. Alam ikut menari bersama kami,” ucap Lintang Ayodya Wahyu Aji, salah satu seniman penampil.

Dengan suasana yang intim, partisipasi warga, dan semangat ekologis yang kuat, Bedog Arts Fest 2025 menjadi cerminan bagaimana seni bisa hidup berdampingan dengan alam dan manusia. Dari tepian Sungai Bedog, festival ini mengalirkan pesan sederhana namun penting: kebudayaan tumbuh ketika manusia mau menyambung kembali hubungan dengan lingkungannya. (Yusuf)

Menulis di Uwrite bisa dapat penghasilan, Investasikan tulisan anda sekarang juga
Daftar di sini

Jika anda keberatan dan memiliki bukti atau alasan yang kuat bahwa artikel berita ini tidak sesuai dengan fakta, anda dapat melakukan pengaduan pada tautan ini

Tulis Komentar