Bangun Budaya Baca Pada Siswa

Opini | 08 Jun 2023 | 11:30 WIB
Bangun Budaya Baca Pada Siswa
image:pixabay.com/vectors/girl-books-stack-read-160172/

Uwrite.id - Proses belajar mengajar di sekolah salah satu tujuannya adalah untuk membangun daya nalar siswa agar mereka dapat menganalisa setiap persoalan demi keberlangsungan hidupnya. Mana yang baik dan buruk, apakah ini salah atau benar, apakah suatu hal boleh dilakukan atau tidak, mampu menimbang suatu persoalan dan mecari jalan keluarnya, dan masih banyak lagi manfaat yang diraih bila daya nalar siswa terbangun dengan baik dan memadai. Logika yang terbangun dengan baik dan sehat pada diri seorang siswa akan memengaruhi tindak tanduknya dalam keseharian.

Satu dari sekian banyak metoda dalam rangka membangun daya nalar yang baik dan prosporsional adalah dengan banyak membaca dan membangun budayanya. Di sekolah-sekolah mulai jenjang dasar hingga menengah atas, kini apakah budaya membaca tersebut sudah menjadi suatu kelaziman ataukah masih bersifat impulsif dan sporadis? Apakah budaya meminjam buku diperpustakaan sudah menjadi kebiasaan keseharian para siswa ataukah ketika ada tugas atau permintaan saja dari para guru. Budaya membaca pada siswa sejatinya adalah budaya dasar yang menjadi ciri khas utama lingkungan sekolah. Di sekolahlah para siswa seharusnya menemukan ekosistem budaya membaca yang menyenangkan, akomodatif, dan mampu merangsang keinginan siswa untuk bercengkrama dengan buku. Perpustakaan sekolah bisa menjadi titik awal dan ujung tombak dari terbangunnya budaya membaca pada siswa. Di jam-jam kosong atau bahkan istirahat, siswa antusias untuk mendatangi perpustakaan mencari buku bacaan favoritnya. Buku sebagai jendela dunia haruslah menjadi nyata dilingkungan sekolah, bukan jargon semata.

Membangun budaya membaca pada siswa ini jelas membutuhkan aliran energi yang cukup besar dari para guru, dan seluruh civitas sekolah. Klub-klub baca di sekolah harusnya didirikan dan kegiatan membaca buku bersama juga haruslah dihidupkan. Andaikan saja upacara bendera itu cukup digelar sebulan sekali, maka pada hari Senin pagi lainnya bisa diisi dengan kegiatan membaca bersama di masing-masing kelas atau bahkan dilapangan upacara secara simultan dimana 1 orang siswa membaca 1 halaman dan terus bergantian. Apapun itu caranya, budaya membaca pada siswa harus masuk menjadi bagian dari misi utama sekolah. Para guru harus terus mencari cara agar siswa-siswanya menjadi suka membaca dan bila perlu diadakan jam-jam pelajaran yang khusus diisi dengan kegiatan membaca secara penuh. Targetkan setiap minggu selesai membaca 1 buku apapun itu temanya.

Tentu akan banyak cara yang bisa dilakukan oleh sekolah - sekolah bila budaya membaca pada siswa ini dipahami sebagai bagian dari cara ampun dalam pendidikan karakter dan pembangunan daya nalar para siswa. Sekolah harus mampu mengalokasikan energi yang cukup besar akan keberadaan dan fungsi perpustakaan. Perpustakaan tidak sekedar dijadikan “gudang buku”, namun ia juga harus “hidup”. Perbanyaklah kegiatan-kegiatan sekolah berbasis perpustakaan dan bila perlu dilakukan diruang perpustakaan itu sendiri bila memadai. Keigatan bedah buku mingguan, story telling, pelatihan berbagai cara dan gaya menulis, diskusi dengan para novelis atau penulis buku ilmiah, diskusi sejarah dan budaya, membedah sebuah cerpen, bedah biografi, dan masih banyak lagi kegiatan-kegiatan berbasis perpusatakaan yang pada gilirannya diharapkan dapat membangun budaya baca pada siswa.

Lalu peran pemerintah harus bagaimana, katakanlah pemerintah provinsi dalam hal ini Dinas Pendidikan Daerah. Idealnya pemerintah daerah melalui OPD-nya yaitu Dinas Pendidikan mampu menyediakan support system dan infrastruktur yang ideal pula dalam rangka membangun budaya baca pada siswa di sekolah. Kita juga ketahui bersama bahwa pemerintahan provinsi juga biasanya memiliki perpustakaan daerah yang mumpuni baik dalam infrastruktur, anggaran dan para SDM nya. Jalinlah kolaborasi yang cantik semua potensi pemerintah daerah itu dengan sekolah-sekolah dalam bentuk apapun  yang positip dan kondusif dalam  rangka membangun budaya baca pada siswa. Bila anggaran memadai, dan sudah seharusnya memadai, importlah buku sebanyak-banyaknya berbagai topik dan bahasan lalu terjemahkanlah secara massal dengan para penerjemah yang tersumpah. Perbanyaklah buku berbahasa Indonesia di sekolah-sekolah hingga kepelosok. Gelarlah program alih bahasa buku-buku berbahasa asing menjadi bahasa nasional Indonesia, termasuk tentunya dalam bentuk buku - buku braille, sehingga pembangunan budaya baca pada siswa menjadi semakin terbuka lebar jalannya.

Menulis di Uwrite bisa dapat penghasilan, Investasikan tulisan anda sekarang juga
Daftar di sini

Jika anda keberatan dan memiliki bukti atau alasan yang kuat bahwa artikel berita ini tidak sesuai dengan fakta, anda dapat melakukan pengaduan pada tautan ini

Tulis Komentar

0 Komentar